Polije Jember memang tak seterkenal Unej Jember, tapi tak masalah. Toh, tidak semua hal harus dikenal dan terkenal kan?
Kalau bicara kampus negeri di Jember pasti yang duluan disebut Unej nama lain dari Universitas Jember, padahal di Jember juga ada kampus negeri lain yang nggak kalah bergengsi, meski dia bukan universitas, tapi politeknik.
Menjadi satu-satunya kampus politeknik negeri di Jember bahkan di Keresidenan Besuki membuat Polije—sebutan Politeknik Negeri Jember—luput dari sorotan. Padahal kalau mau ditelusuri banyak hal yang bisa buat bangga dari Polije Jember dan nggak dimiliki kampus lain.
Wajar sih, kebanyakan lulusan sekolah menengah atas pasti larinya ngejar universitas dibanding politeknik karena dianggap sebagai tempatnya lulusan SMK, padahal nggak juga.
Meski begitu, nggak buat saya berkecil hati. Justru saya sebagai alumni Polije berbangga hati dan sedikit menyombongkan diri karena nggak semua orang bisa “kuat” kuliah di Polije.
Branding kampus pertanian dan satu-satunya kampus yang punya kebun kelapa sawit di Jember
Polije memang dikenal luas sebagai kampus pertanian. Inilah yang membedakan dari kampus-kampus lainnya di Jember. Nggak heran jika pertama kali masuk ke kawasan kampus Polije bakal disuguhi barisan pepohonan kelapa sawit yang berdiri gagah di kanan kiri gapura masuk.
Jadi kalau ada yang tanya, “emang di Jawa ada ya tanaman kelapa sawit?”, jawabnya pasti ada dong. Buktinya di Polije Jember, tanaman kelapa sawit ditanam dan dibudidayakan sebagai kebun praktikum mahasiswa perkebunan.
Bisa jadi kebun kelapa sawit di Polije adalah kebun kelapa sawit satu-satunya nggak hanya di kampus-kampus di Jember melainkan di seluruh Jember. Memang nggak begitu luas, mungkin hanya 2 sampai 3 hektare dengan populasi tanaman 130 sampai 250 tanaman, berkembang menjadi maskot ikonik Polije yang nggak dimiliki kampus lain di Jember.
Selain kebun kelapa sawit, di Polije juga ada kebun kopi, kebun kakao, kebun sayuran, dan greenhouse yang gede dengan produk andalannya melon yang banyak diburu juga sama masyarakat umum nggak hanya warga Polije.
“Orang-orang menyebutnya melon Poltek atau melon Polije”, begitu kata teman saya yang dulu alumni mahasiswa hortikultura. Bukan omon-omon doang kalau Polije emang pantas dilabeli sebagai kampus pertanian.
Sebutan Kampus Rusa yang kadung mengakar
Di Polije Jember, ada lagi yang ikonik, yaitu rusa. Hewan yang notabene bukan sebagai hewan peliharaan macam sapi, kambing, atau ayam yang dipelihara sebagai fasilitas praktikum mahasiswa peternakan ini justru menjadi maskot Polije.
Makanya Polije disebut sebagai kampus rusa ya karena keberadaan rusa yang ada di dalam kampus ini. Meski jumlahnya hanya dua dan nggak beranak pinak, rusa sudah kadung menjadi maskot Polije yang sering ditonton oleh masyarakat umum ketika ke Polije.
Selama ini kalau ingin melihat rusa harus ke kebun binatang. Tapi sejak ada rusa di Polije, masyarakat nggak perlu jauh-jauh buat melihat rusa.
Makanya sebagai maskot dan kebanggaan Polije yang nggak ditemui di kampus lainnya, berharap rusa-rusa ini diberanak-pinakkan biar nggak punah di Polije. Bagaimanapun Polije populer juga salah satunya karena rusa-rusa ini kan.
Mahasiswa Jurusan Kesehatan diklaim lebih mewakili “wajah” Polije
Status sebagai kampus pertanian, rupanya pesona mahasiswa jurusan kesehatan justru yang dianggap sebagai wajah sesungguhnya dari mahasiswa Polije. Jurusan kesehatan yang kebanyakan mahasiswi, sudah santer rame dikenal karena parasnya yang rupawan, wangi, rapi dan bersih. Setidaknya, dibanding mahasiswa kesehatan di kampus-kampus lainnya di Jember.
Ini klaim sepihak dari orang-orang luar sana ya. Prestasi yang tidak seperti di bayangan kalian, tapi nyatanya inilah yang bikin Polije Jember dikenal.
Tapi apa pun itu, biarlah Polije jarang menjadi sorotan dan berdiri di belakang Unej. Toh pesona Polije nggak bakal bisa tenggelam justru bakal bersinar.
Sebagai alumninya saya justru bangga, di balik keheningannya Polije nyatanya nggak pernah tertidur, malah makin menguatkan brandingnya sebagai kampus pertanian.
Toh yang benar-benar berprestasi nggak bakal dirinya klaim berprestasi, biar masyarakat umum yang menilai. Mungkin begitulah nilai-nilai yang diterapkan di Polije. Jadi tetap santuy.
Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Membayangkan Nasib Jember Jika UNEJ Tidak Pernah Berdiri, Kacau Betul Jadinya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















