Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mahasiswa Jurusan Perkebunan Nggak Harus Kerja di Kebun Kelapa Sawit, Rezeki Masih Bisa Dicari di Kebun Lain, kok

Dodik Suprayogi oleh Dodik Suprayogi
1 Juni 2025
A A
Mahasiswa Jurusan Perkebunan Nggak Harus Kerja di Kebun Kelapa Sawit, Rezeki Masih Bisa Dicari di Kebun Lain, kok

Mahasiswa Jurusan Perkebunan Nggak Harus Kerja di Kebun Kelapa Sawit, Rezeki Masih Bisa Dicari di Kebun Lain, kok

Share on FacebookShare on Twitter

Saya adalah lulusan jurusan perkebunan. Kayak orang pada umumnya, saya sering ngobrol dengan sejawat yang ada hubungannya dengan jurusan saya kuliah. Nah, berawal dari obrolan ngalor-ngidul dengan seorang kolega yang sempat bekerja di kelapa sawit, muncullah pertanyaan, “Kenapa nggak bekerja di kelapa sawit? Gajinya tinggi lho”.

Kelapa sawit, yang dianggap sebagai raja komoditi pertanian Indonesia ini memang menjadi fokus utama pemerintah untuk mengejar swasembada energi, melalui produksi minyak kelapa sawit yang digenjot habis-habisan.

Meski menghadapi trade war dan ancaman-ancaman intimidatif terkait isu deforestasi untuk produk kelapa sawit dan turunannya oleh Uni Eropa, nyatanya geliat bisnis perkebunan sawit di Indonesia tetap tidak ada matinya dan makin menggairahkan.

Nggak heran jika bekerja di perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu cita-cita wajib bagi para lulusan jurusan perkebunan. Iming-iming gaji tinggi, bonus tahunan yang berkali-kali lipat, dan kesejahteraan yang diperhitungkan, menjadi framing bahwa bekerja di perkebunan kelapa sawit merupakan pekerjaan dambaan.

Namun nggak semua lulusan mahasiswa jurusan perkebunan yang tertarik bekerja di kelapa sawit meski iming-iming gaji tinggi. Salah satunya saya sendiri.

Kuliah Jurusan Perkebunan nggak melulu belajar kelapa sawit

Pertama yang harus diketahui, kuliah jurusan perkebunan nggak melulu belajar tentang kelapa sawit saja. Baik dari teknis budidaya, panen, pasca panen, hingga agribisnisnya. Melainkan juga belajar komoditi lainnya.

Berbeda dengan jurusan pertanian pada umumnya seperti agronomi atau agroteknologi, kuliah jurusan perkebunan lebih spesifik belajar tentang tanaman perkebunan. Atau istilah lainnya tanaman tahunan, seperti kopi, kakao, teh, tembakau, karet, vanili, dan tanaman serat.

Komoditi-komoditi tanaman perkebunan tersebut dipelajari lengkap sama halnya mata kuliah tanaman kelapa sawit. Jadi peluang lulusan berkarier mahasiswa jurusan perkebunan nggak hanya sebatas di perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga:

Konsumen Produk Sawit Harus Pastikan Barang yang Dibelinya Dibuat Tanpa Merusak Alam

Buktinya banyak juga yang bekerja sebagai sinder atau manajer kebun di perkebunan kopi, kakao, atau tembakau milik perusahaan negara. Meski nggak sedikit juga yang menyebrang ke komoditi tanaman pertanian lainnya. Seperti jagung, padi atau bahkan kentang dan hidupnya jauh lebih mentereng dibanding yang bekerja di tengah hutan, eh, kebun sawit.

Selama lulusan mahasiswa jurusan perkebunan nggak kerja di bank, itu bukan suatu aib, catat itu ya!

Hidup di tengah hutan, rica-rica ular menjadi santapan

Seperti cerita rakyat yang dituturkan turun temurun, di tengah ingar bingar framing glamor yang dipertontonkan mereka yang bekerja di perkebunan kelapa sawit, terdapat segelintir kengerian yang sedikit dibincangkan.

Rozi (28) bukan nama asli, saat kuliah dulu semangatnya menggebu-nggebu untuk meniti karier di perkebunan sawit. Sehingga dia mempersiapkan semuanya dengan baik nggak hanya otak yang diisi melainkan otot juga dilatih.

Kondisi berbalik ketika dia sudah merasakan magang di salah satu perkebunan kelapa sawit besar di Kalimantan Timur selama tiga bulan. Iming-iming gaji tinggi, nggak ada apa-apanya dibanding kehidupan Jawa yang penuh dengan kemudahan.

“Bayangin saja, tiap sore menjelang maghrib, kita harus naik bukit buat nyari signal. Gaji tinggi tapi di sini apa-apa harga tinggi, mending di Jawa sajalah”, cerita dia sepulang program magang yang tiap tahun dilaksanakan rutin oleh program studi.

Masih menurut ceritanya, rica-rica ular piton sudah menjadi santapan spesial di kehidupan perkebunan kelapa sawit. Bukan soal mahalnya harga-harga makanan, melainkan di tengah hutan yang tersedia hanya ular piton, babi hutan, kalau mujur ya dapat sejenis rusa. Daging ayam dan kambing sangat langka dijumpai di sana.

Atas dasar pengalaman Rozi inilah, 8 kawan saya yang saat itu mengikuti program magang, enggan kembali ke perkebunan kelapa sawit tersebut. Meski mereka nggak perlu repot-repot mengikuti tahapan rekrutmen lagi, tetap mereka nggak kembali. Soal gaji tinggal tutup mata, sudah pasti menggiurkan, katanya sih. Tapi ya, nggak worth it buat mereka.

Realistis saja, nggak perlu idealis harus kerja di kelapa sawit

Lulusan mahasiswa jurusan perkebunan nggak perlu minder atau resah harus meniti karier di komoditi apa. Selama kopi-kopi masih dijajakan di kafe-kafe, maka di situlah lulusan perkebunan masih bisa cari makan.

Saya jadi teringat ucapan salah satu dosen saya kala itu merespons ditolaknya tawaran kerja kembali di perkebunan kelapa sawit oleh 8 teman saya yang mengikuti program magang.

“Angkatan kalian angkatan memble, nggak ada yang berani ke sawit!”, ujar beliau dengan nada tinggi.

Kerja di perkebunan kelapa sawit bukanlah arena untuk adu siapa yang keren atau siapa yang berani. Semua orang berhak memilih jalan hidupnya masing-masing, termasuk soal pekerjaan.

Nggak semua yang terlihat memesona dari bekerja di kelapa sawit itu berakhir bahagia. Banyak juga yang berakhir duka seperti penahanan ijazah oleh perusahaan, terlibat intrik konflik dengan penduduk lokal, atau gaji yang nggak sesuai kesepakatan. Itu semua nggak mungkin diceritakan dengan dalih untuk melatih mental.

Jadi untuk adik-adik jangan terlena ya dengan kata-kata promosi yang dbalut ucapan manis nan indah di balik iming-iming gaji tinggi kerja di perkebunan sawit. Lulusan jurusan perkebunan masih punya banyak peluang untuk meniti karier, nggak usah berpikir sempit.

Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Seberapa Baik Sesungguhnya #SawitBaik Itu?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Juni 2025 oleh

Tags: jurusan perkebunankebun kelapa sawitkelapa sawit
Dodik Suprayogi

Dodik Suprayogi

Pegiat pertanian yang sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Trisakti.

ArtikelTerkait

sertifikat ispo sertifikasi perkebunan kelapa sawit trifos terminal mojok.co

Konsumen Produk Sawit Harus Pastikan Barang yang Dibelinya Dibuat Tanpa Merusak Alam

16 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Sungguh Mengganggu Keuangan Saya, Pengeluaran Semakin Boros! Mojok.co

Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Sungguh Mengganggu Keuangan Kaum Mendang-Mending

6 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.