Sate Ponorogo bukan daging ayam biasa, melainkan warisan budaya yang bertahan sejak era Warok. Konon, sate ini awalnya terbuat dari daging kerbau. Meski kini memakai daging ayam, kejayaannya sebagai ikon kuliner tak lepas dari pertarungan dengan saingannya: sate kambing kuah gulai yang empuk dan sate Madura yang manis.
Keunikan sate ayam satu ini terletak pada dagingnya yang padat, sambal kacang gurih pedas, dan aroma bumbu kuning yang menggoda. Kali ini, saya akan mengajak jamaah Mojok untuk mengetahui lebih dalam soal sate Ponorogo berdasarkan tempat asal produksinya.
Mungkin belum banyak orang tahu kalau ada tiga daerah yang cukup terkenal sebagai tempat industri sate ayam di Ponorogo. Ketiga daerah tersebut antara lain Gang Sate di Kelurahan Nologaten, Kelurahan Purbosuman, dan Kelurahan Setono. Sate Ponorogo yang dihasilkan dari ketiga daerah ini memiliki ciri khas masing-masing.
Sate ayam Ponorogo produksi Gang Sate Kelurahan Nologaten sudah terkenal seantero Nusantara
Pertama, sate ayam di kawasan Gang Sate, Kelurahan Nologaten. Tempat ini sudah terkenal seantero Nusantara, dan bahkan menjadi langganan pejabat ibu kota yang datang ke Ponorogo.
Ada tiga warung legendaris di sini, yakni warung sate H. Saikun, H. Slamet Sobikun, dan H. Tukri Sobikun. Namun dari ketiga warung sate hanya H. Tukri Sobikun yang sangat terkenal dan memiliki review lebih dari 5 ribu di Google Maps. Jauh sebelum banyak food vlogger di media sosial, tempat ini sudah pernah dikunjungi Pak Bondan “maknyus”.
Sate ayam Ponorogo yang berasal dari Gang Sate Nologaten ini memiliki bentuk tusukan yang besar. Sambal kacangnya pun memiliki aroma sangrai yang menggoda, terasa legit di lidah tanpa terlalu pedas. Sambal kacang ini berpadu sempurna dengan daging tebal berbalut bumbu bakar kuning. Makan seporsi sate ayam Ponorogo dengan lontong dijamin bikin kenyang sampai pagi.
Sate dari Kelurahan Purbosuman memiliki ukuran daging lebih kecil, tapi rasanya tak kalah enak
Tempat produksi sate ayam Ponorogo kedua adalah Kelurahan Purbosuman. Sebenarnya sate yang diproduksi di sini hampir sama dengan Gang Sate. Bedanya, sate produksi Kelurahan Purbosuman ukuran dagingnya lebih kecil dan bumbu kacangnya sedikit lebih pedas.
Di kawasan Purbosuman kebanyakan hanya tempat produksinya, sementara untuk tempat jualannya para pedagang sate akan berkelompok di pojokan Jalan HOS Cokroaminoto yang dulu lebih dikenal dengan nama Segitiga Emas Ngepos. Ada tiga warung yang cukup terkenal di sini, yakni Sate Ayam Ngepos Ponorogo Pak Koris, Sate Ayam Pak Boiran Hendrik, dan Sate Ayam Pak Darmanto.
Sate ayam dari Setono punya bumbu kacang halus dengan cita rasa gurih dan pedas
Terakhir, tempat produksi sate ayam Ponorogo yang terkenal adalah kawasan Setono. Sate ayam yang diproduksi di kawasan ini memiliki ukuran daging lebih kecil tapi padat. Harganya juga terjangkau sehingga menjadi favorit warga lokal.
Satu hal yang membedakan sate ayam produksi kawasan ini adalah bumbu kacangnya yang lebih halus, gurih, dan pedasnya nendang. Berbeda dengan penjual di Gang Sate atau Purbosuman, para penjual sate di Setono biasanya berjualan di lokasi ramai seperti perempatan Jalan Batoro Katong.
Beberapa warung sate legendaris dari kawasan ini adalah warung sate Pak Iyang dan Bu Sipur. Selain itu, sate khas Setono juga bisa ditemui hampir di tiap sudut Ponorogo.
Sekarang sudah tahu kan perbedaan sate ayam Ponorogo dilihat dari daerah produksinya? Kalian pilih sate ayam dari Gang Sate, Purbosuman, atau Setono? Apa pun pilihannya, yang pasti sate ayam khas Ponorogo jangan cuma dicicipi sekali, soalnya nggak akan puas!
Penulis: Rudi Kurniawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 6 Dosa Penikmat Sate Ayam Ponorogo yang Sebaiknya Dihentikan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















