Honda Vario 160 jelas tidak cocok dikendarai orang mungil. Selain secara visual terlihat tidak seimbang, ada alasan-alasan lain. Yang jelas, bikin sengsara!
Saat di lampu merah, saya sering mengamati mbak-mbak atau ibu-ibu pengendara motor bertubuh kecil mengendarai motor yang terlalu besar. Saya langsung menghakimi dalam hati, “udah tahu badannya kecil kok naik motor gede”. Dan ternyata, sekarang saya adalah ibu-ibu itu
Hal paling tidak enak punya tinggi badan kurang dari 160 cm yaitu tidak bisa mengendarai sembarang motor. Apalagi motor yang saya kendarai sehari-hari adalah Honda Vario 160. Saya beritahu duluan sebelum saya dihakimi, “Sudah tahu badannya kecil, kok pilih Vario 160”, motor tersebut adalah motor keluarga, dan dipakai bergantian dengan anak dan suami.
Kesalahan saya cuma satu, nggak ikut bersuara, cuma manut saat pilihan beli motor jatuh pada Vario 160. Soal ini saya juga sedikit sebal, karena suami saya menganggap saya cukup lincah dan lihai mengendarai motor. Padahal itu dulu saat masih mengendarai Honda Beat generasi awal.
Dari pengalaman saya, Vario 160 jelas tidak cocok dikendarai orang mungil. Selain secara visual terlihat tidak seimbang, ada alasan-alasan lain mengapa Vario 160 sebaiknya tidak dikendarai orang bertubuh mungil, terutama ibu-ibu seperti saya yang tenaganya tak seberapa.
Honda Vario 160 terlalu tinggi buat orang mungil
Sebelum mengendarai Honda Vario 160, motor pribadi saya dulu Honda Beat karbu. Sesekali saya juga mengendarai Vario Techno 110 cc milik adik saya. Dari pengalaman terdahulu, saya paling nyaman mengendarai Honda Beat karena ukurannya pas dengan tinggi badan, kaki saya bisa menapak sempurna menahan beban motor. Tapi saya tidak punya masalah saat harus mengendarai Vario 110. Meskipun tenaganya lebih besar dan bodinya lebih gemuk, kaki saya masih bisa menjangkau aspal tanpa kesulitan.
Tanpa perlu punya pengetahuan yang mendetail soal motor, Vario 160 jelas punya body yang lebih berat dan lebih tinggi dibandingkan Vario 110, apalagi Honda Beat. Buat saya, soal berat motor tidak masalah saat berkendara di atas kecepatan 40km/jam, asal saat jalanan macet dan harus jalan pelan kurang dari 20 km/jam telapak kaki saya tidak kesulitan menyentuh aspal.
Vario 160 ini bikin saya berubah jadi balerina yang lihai menari di atas ujung kaki. Sayangnya ini di jalan bukan di panggung, ujung kaki saya, jempol dan telunjuk, menjadi tumpuan utama. Hanya ujung kaki yang bisa mencapai aspal dan menopang beban motor saat harus jalan pelan, apalagi saat berhenti di lampu merah. Sungguh berat jadi balerina jalanan.
Butuh effort lebih kalau parkiran motor sempit
Memarkir motor itu seharusnya soal sepele, akan jadi masalah serius kalau parkiran motornya sempit, cara tukang parkir menata motor seperti tukang pentol; rapet-rapet tak berjarak, lalu tukang parkirnya tidak kelihatan batang hidungnya.
Buat saya yang mungil, memarkir Honda Vario 160 di tempat sempit pasti butuh bantuan tukang parkir. Saya rela menunggu tukang parkir yang sedang makan siang, daripada harus mengerahkan semua jurus: maju, mundur, maju lagi lalu turun dari motor, kemudian menyeret pantat motor. Sudah motornya tinggi, berat pula.
Honda Vario 160 tidak cocok buat bawa belanjaan banyak
Tidak disarankan seseorang yang tingginya tidak sampai 160 cm, mengendarai Vario 160 sambil membawa barang berat atau barang dalam jumlah banyak. Alasannya karena motornya saja sudah berat, ditambah bawaan yang berat. Beban pengendara mungil yang kakinya tak bisa menjangkau aspal dengan sempurna sudah pasti kesulitan menjaga keseimbangan motor.
Membawa barang ringan dalam jumlah banyak juga berbahaya, apalagi kalau barang diletakkan di footstep sehingga menyulitkan posisi kaki. Saya sempat hampir terjatuh saat harus membawa cukup banyak barang belanjaan yang saya letakkan di bawah kaki. Saya terpaksa menaruhnya di luar jok, karena jok Honda Vario 160 tidak sebesar yang saya duga.
Bikin kaki kram dan boyok kecetit saat macet
Wajar kalau badan terasa capek setelah berkendara jauh, atau terjebak kemacetan yang tidak berujung. Berbeda dengan orang mungil dengan tinggi badan tidak sampai 160 cm, mengendarai Vario 160 jarak dekat dan melalui lalu lintas yang normal sudah bikin capek. Tak hanya capek yang biasa, ini capek yang menyiksa raga.
Lalu lintas tidak selalu lancar, jalan yang dilewati juga tak melulu lurus dan pasti ada perhentian di lampu merah. Seandainya mengendarai Vario 160 tak perlu menapakkan kaki saat berhenti, dan tak pernah terjebak kemacetan, saya tidak punya masalah apa-apa saat mengendarai Vario 160.
Coba bayangkan, posisi telapak kaki harus selalu di posisi jinjit saat jalanan sedang macet, antre bensin dan saat berhenti di lampu merah. Posisi jinjit terus-terusan dan menopang beban seberat motor Vario 160 bisa bikin kaki kram, saya pernah mengalaminya. Selain kram kaki, motor yang terlalu tinggi juga bisa bikin punggung bagian bawah (boyok) kecetit, karena hanya salah satu kaki yang menopang berat motor.
Kalau mengendarai motor sendiri saja kewalahan dan kesulitan, pendek kata “nggak ngatasi tapi mekso”, jelas resiko terjadi kecelakaan lebih besar. Alasan-alasan yang saya kemukakan di atas muaranya satu, yaitu keselamatan di jalan. Alasan utama mengapa Vario 160 tidak cocok untuk orang dengan tinggi badan kurang dari 160 cm, adalah membahayakan diri sendiri dan pengendara lain.
Saya kapok mengendarai Vario 160, sekarang saya memilih naik ojol daripada saya kenapa-kenapa di jalan. Bagi saya, Vario 160 ini seperti pemerintah, bikin capek setiap hari.
Penulis: Rina Widowati
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Motor Terbaik yang Pernah Honda Produksi, yang Jelas Nggak Ada Vario 160!

















