Sejujurnya, saya sendiri tidak ber-KTP Banyumas. Saya hanya seorang warga Cilacap yang sempat menetap di Purwokerto selama 6 tahun semasa kuliah di UIN Saifuddin Zuhri.Â
Selama tinggal di Purwokerto, saya merasakan bahwa daerah ini memang sangat menyenangkan untuk menjadi tempat tinggal seterusnya. Makanya saya nggak heran kalau Purwokerto masuk dalam daftar kota untuk slow living dan menikmati pensiun.
Namun, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Purwokerto sendiri punya beberapa problem yang, menurut saya, mulai menggunung.
Oleh sebab itu, sebagai orang yang mencintai Purwokerto, anggap saja tulisan ini menjadi surat terbuka untuk Pak Sadewo. Beliau adalah Bupati Banyumas yang akan dilantik di Februari ini. Siapa tahu, surat ini bisa membantu kerja-kerja Pak Sadewo.
Banyaknya tukang parkir liar di Purwokerto
Saat ini, saya merasa parkir liar mulai marak di Banyumas. Di Purwokerto sendiri, ada banyak titik jajanan UMKM dihinggapi tukang parkir liar. Saking banyaknya, kita seakan dikepung!
Yang demikian itu tentu membuat penduduk dan pengunjung resah. Mereka muncul di tempat-tempat yang seharusnya bebas parkir. Sudah tidak pakai seragam, nggak ada karcis, nggak terlatih, tapi tiba-tiba minta uang.Â
Lagian, markir kok di kaki lima kayak penjual siomay atau minuman yang belanjanya nggak seberapa. Dan yang nggak kalah bikin males: markiri di ATM. Asli, males banget!
Banyaknya operasi liar tukang parkir ini pasti akan jadi persoalan serius. Dampaknya pun nggak main-main karena bisa mengurangi omset. Secara lebih luas akan memperburuk citra Purwokerto di mata para wisatawan.
Baca halaman selanjutnya: Masih punya banyak pekerjaan rumah.




















