Beberapa makanan tradisional dari Jogja dan Jawa Tengah berikut kurang familier di telinga Gen Z.
Makanan tradisional Indonesia kaya akan cita rasa dan sejarah. Sayangnya seiring perkembangan zaman, banyak yang mulai dilupakan oleh generasi sekarang. Dulu, beberapa di antaranya menjadi sajian sehari-hari, tapi kini hanya bisa ditemukan dalam acara-acara tertentu atau diwariskan di lingkungan keluarga saja.
Dalam kesibukan dunia modern, generasi muda sering kali lebih memilih makanan cepat saji yang praktis, tanpa menyadari bahwa di balik setiap makanan tradisional terdapat cerita dan nilai budaya yang mendalam. Berikut 4 makanan tradisional yang menurut saya enak dan memiliki sejarah tapi sayang mulai dilupakan oleh Gen Z.
Daftar Isi
#1 Hawuk-hawuk, makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang
Makanan tradisional pertama yang mulai dilupakan Gen Z adalah hawuk-hawuk. Makanan dari Jawa Tengah ini terbuat dari beras ketan yang diolah dengan cara tertentu. Sebelum dimasak dengan cara dikukus, hawuk-hawuk dibungkus dengan daun pisang. Makanan tradisional yang pernah saya temui ini disajikan dengan isian gula merah dan kelapa parut. Isian ini memberikan rasa yang manis dan gurih.
Aroma harum dari daun pisang juga menambah sedap makanan ini. Biasanya hawuk-hawuk disajikan dalam acara spesial seperti pesta pernikahan karena menyimbolkan kebersamaan dan kekeluargaan.
#2 Grontol, makanan manis yang berbahan pokok jagung
Grontol salah satu makanan tradisional favorit saya dari Jogja. Makanan ini terbuat dari jagung manis.
Cara pembuatannya adalah jagung direbus terlebih dulu, kemudian kelapa parut dan daun pandan dikukus. Setelahnya, kelapa parut dicampurkan ke dalam jagung yang sudah dikukus dan dipipil. Jangan lupa tambahkan gula pasir agar rasanya manis.
Grontol berkaitan erat dengan pola makan masyarakat desa yang mengandalkan sumber daya alam di sekitar. Menurut saya makanan ini sangat cocok jika dimakan sambil bersantai dengan ditemani teh tawar hangat.
#3 Growol kurang dikenal Gen Z karena sudah sulit ditemukan
Nama makanan tradisional satu ini hampir mirip grontol tapi beda. Saya pernah mencicipi growol waktu ikut ibu berbelanja ke Pasar Ngasem Jogja.
Makanan ini terbuat dari singkong yang difermentasi. Menurut saya cita rasanya sangat unik, terdapat rasa gurih dan manis ketika dimakan. Beberapa anak muda mungkin enggan mencicipi growol karena ada aroma yang sedikit aneh dari makanan tradisional satu ini. Hal ini karena proses fermentasi dari singkong selama dua hingga empat hari.
Sayangnya, growol sekarang sulit ditemukan di pasar tradisional. Padahal makanan ini memegang peranan penting dalam menjaga keberagaman kuliner di Indonesia dan melestarikan budaya yang kaya.
#4 Bolu emprit, makanan tradisional dari Jogja yang bercita rasa manis gurih
Saya mencicipi bolu emprit lantaran makanan ini sering diberikan eyang uti pada saya. Bolu emprit terbuat dari tepung terigu, telur, gula, dan santan. Ketika memakan makanan tradisional Jogja ini, saya merasakan rasa manis dari gula dan gurih dari santan.
Bolu emprit berbentuk kecil setengah bulat dengan warna coklat yang menyerupai warna burung gereja yang disebut sebagai “emprit”. Mungkin itu juga yang menjadi alasan kenapa kue ini disebut bolu emprit. Makanan ini biasa ditemui dalam acara hajatan.
Makanan tradisional seperti hawuk-hawuk, grontol, growol, dan bolu emprit di atas adalah makanan yang mempunyai keunikan dan nilai budaya yang tinggi. Sayangnya, keempatnya makin jarang ditemukan. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Gen Z kurang familier dengan makanan-makanan di atas. Padahal dengan mengenal dan menghargai makanan tradisional, kita bisa memahami kekayaan kuliner Indonesia dan pentingnya menjaga warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad.
Penulis: Pradnya Nareswari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Makanan Khas Jogja yang Mulai Punah dan Susah Ditemui, padahal Enak!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.