Banyaknya calo penginapan di Trawas Mojokerto justru mencoreng nama Trawas sebagai daerah wisata.
Trawas, sebuah daerah wisata yang terletak di lereng Gunung Penanggungan, memang dikenal sebagai salah satu destinasi favorit di Jawa Timur. Keindahan alamnya yang memikat dengan pemandangan pegunungan yang asri serta udara sejuk menjadikan tempat ini sebagai pilihan yang tepat bagi mereka yang ingin melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kota. Tidak heran jika penginapan-penginapan di Trawas Mojokerto sering kali menjadi buruan wisatawan, terutama pada akhir pekan atau musim liburan.
Namun di balik daya tariknya, Trawas menyimpan sebuah masalah yang cukup meresahkan bagi para pengunjungnya. Masalah tersebut adalah banyaknya calo penginapan yang sering kali terkesan memaksa.
Daftar Isi
Fenomena calo penginapan di Trawas Mojokerto
Fenomena calo penginapan di Trawas sebenarnya bukan hal baru. Calo-calo ini biasanya berkeliaran di sekitar jalan menuju tempat-tempat wisata populer di Trawas, seperti Air Terjun Dlundung atau Candi Jolotundo. Mereka kerap kali mengadang kendaraan yang melintas dan menawarkan berbagai penginapan dengan janji-janji manis seperti harga yang lebih murah atau fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang ada di aplikasi pemesanan online.
Meskipun beberapa pengunjung mungkin merasa terbantu dengan adanya calo ini, tak sedikit pula yang merasa terganggu. Terutama karena pendekatan mereka yang cenderung memaksa.
Para calo ini sering kali tidak segan-segan untuk menghentikan kendaraan, bahkan ketika pengemudi sudah memberi isyarat bahwa mereka tidak berminat. Jika mereka melihat ada potensi, seperti wisatawan yang tampak kebingungan atau baru pertama kali mengunjungi Trawas, mereka akan semakin gigih menawarkan jasa mereka.
Kondisi ini tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan bagi para wisatawan yang mungkin hanya ingin menikmati perjalanan mereka tanpa harus berhadapan dengan tekanan semacam ini.
Taktik yang digunakan calo
Calo penginapan di Trawas Mojokerto memiliki berbagai taktik untuk menarik perhatian calon pelanggan. Salah satu yang paling umum adalah menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga resmi yang biasanya dipajang di aplikasi pemesanan online.Â
Akan tetapi harga murah ini sering kali diikuti dengan beberapa “jebakan”. Misalnya, penginapan yang ditawarkan ternyata tidak sesuai dengan deskripsi yang diberikan oleh calo, atau fasilitas yang dijanjikan tidak tersedia. Ada pula kasus di mana pengunjung harus membayar lebih dari yang disepakati awalnya dengan alasan yang tidak jelas.
Taktik lainnya adalah dengan memberikan informasi yang menyesatkan tentang ketersediaan penginapan. Calo sering kali menyatakan bahwa penginapan-penginapan tertentu sudah penuh atau tidak tersedia, sehingga wisatawan merasa tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dari calo tersebut. Padahal jika dicek melalui aplikasi pemesanan, masih banyak penginapan lain yang tersedia. Taktik-taktik ini tentu saja sangat merugikan wisatawan, baik dari segi kenyamanan maupun finansial.
Dampak terhadap industri pariwisata Trawas Mojokerto
Maraknya calo penginapan yang memaksa di Trawas tidak hanya berdampak pada kenyamanan wisatawan, tetapi juga bisa merusak citra Trawas Mojokerto sebagai destinasi wisata. Wisatawan yang merasa terganggu atau dirugikan oleh calo-calo ini mungkin akan enggan untuk kembali ke Trawas atau bahkan memberikan ulasan buruk di media sosial dan platform perjalanan. Hal ini tentu saja akan berdampak negatif pada industri pariwisata di Trawas yang selama ini sangat bergantung pada kunjungan wisatawan.
Selain itu, praktik percaloan ini juga merugikan pemilik penginapan yang sah. Pemilik penginapan yang bekerja sama dengan calo sering kali harus membayar komisi yang cukup besar, sehingga mereka harus menaikkan harga kamar atau mengurangi kualitas layanan untuk menutupi biaya tersebut. Di sisi lain, penginapan yang tidak bekerja sama dengan calo justru kehilangan potensi pelanggan karena pengunjung sudah terlebih dahulu dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh calo.
Upaya yang dapat dilakukan
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerja sama antara pemerintah setempat, pemilik penginapan, dan masyarakat. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memperketat pengawasan terhadap praktik percaloan di daerah wisata. Pemerintah daerah Mojokerto bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk melakukan razia terhadap calo-calo yang meresahkan di Trawas ini. Selain itu, pemerintah juga bisa menyediakan layanan informasi resmi bagi wisatawan. Misalnya seperti posko informasi atau aplikasi yang memberikan informasi akurat mengenai penginapan di Trawas.
Di sisi lain, pemilik penginapan juga bisa lebih proaktif dalam mempromosikan usahanya melalui saluran resmi seperti website, media sosial, atau bekerja sama dengan platform pemesanan online. Dengan demikian, wisatawan bisa mendapatkan informasi yang jelas dan terpercaya mengenai penginapan yang mereka inginkan tanpa harus bergantung pada calo.
Masalah calo penginapan di Trawas Mojokerto memang menjadi salah satu isu yang perlu segera ditangani untuk menjaga kenyamanan dan keamanan wisatawan. Jika tidak, masalah ini bisa berdampak negatif pada citra Trawas sebagai destinasi wisata yang menarik. Dengan kerja sama yang baik antara semua pihak terkait, diharapkan masalah ini bisa diatasi. Sehingga ke depannya wisatawan bisa menikmati keindahan Trawas tanpa gangguan dari calo yang meresahkan.
Penulis: Darsih Juwariah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Trawas, Tempat Wisata Indah di Mojokerto namun Terkendala Kemacetan yang Nggak Ngotak.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.