Jalan Pemalang-Randudongkal yang membentang di Kabupaten Pemalang memang terkenal akan pemandangannya yang indah. Sepanjang jalan kalian disuguhi pemandangan khas pedesaan yang masih asri. Bahkan, di salah satu ruas jalan masih dikelilingi oleh hutan jati. Benar-benar cuci mata bagi kalian yang sehari-hari melihat gedung beton.
Akan tetapi, dibalik keindahan itu, Jalan Pemalang-Randudongkal sebenarnya lumayan bikin resah. Coba saja masukan nama jalan ini di Google. Sebagian besar dihiasi oleh berita kecelakaan lalu lintas. Saya yang pernah beberapa kali lewat Jalan Pemalang-Randudongkal nggak heran sih. Jalan dengan pemandangan indah ini memang berbahaya. Kalau pengendara nggak ekstra waspada, bisa berakhir mengenaskan .
Pengendara harus bersaing dengan truk-truk kelebihan muat
Selama melintas di Jalan Pemalang-Randudongkal, para pengendara akan berpapasan dengan truk besar yang mengangkut bahan bangunan. Bahan bangunan yang saya maksud adalah pasir dan batu. Bukan hanya satu dua truk saja, jika dihitung, kalian bisa berpapasan dengan puluhan truk. Mantep kan, Lur?
Saat sopir truk mengangkut muatan, mereka (pengemudi truk) cenderung mengemudi dengan kecepatan rendah. Biasanya, mereka (para sopir) memacu kendaraan dengan kecepatan 20 hingga 30 kilometer per jam. Masalahnya, ada puluhan truk yang berderet di sepanjang jalur ini.
Bayangkan, setiap kalian menyalip satu truk dengan susah payah, eh ketemu truk lain yang membawa bahan bangunan serupa. Mau nggak mau pengendara harus lihai memainkan tuas gas, kopling, dan rem. Kalau nggak berani nyalip, kesabaran kalian yang harus dipertebal.
Hal lain yang bikin was-was, truk-truk yang melintas kebanyakan kelebihan muat. Saya memang tidak tahu berapa ton pasir atau batu yang ideal dalam satu truk. Namun, saya melihat langsung pasir dan batu yang diangkut begitu menggunung, jauh melebihi ukuran bak truk. Terlihat berbahaya dan meresahkan.
Truk yang membawa muatan seperti puncak gunung itu bisa menjadi bagi siapa saja, bahkan sopir truk sekalipun. Itu mengapa kalau melihat truk seperti ini, kalian harus super waspada.
Sopir truk Jalan Pemalang-Randudongkal ugal-ugalan
Saya nggak pernah bisa memahami tingkah laku pengguna jalan di Indonesia. Tidak terkecuali supir truk di Jalan Pemalang-Randudongkal. Selain muatannya yang dipaksakan, mereka berkendara secara ugal-ugalan ketika muatan sudah diturunkan. Padahal jelas-jelas ukuran kendaraan mereka terhitung besar.
Para sopir akan memacu kendaraan di atas 60 kilometer per jam tatkala nggak mengangkut muatan. Iya kalian nggak salah dengar, kendaraan sebesar itu memacu kendaraan begitu cepat di jalanan yang nggak luas-luas amat. Bahkan, terkadang mereka seperti “memaksa” untuk mendahului semua pengendara yang ada di depannya. Tentu ada trik dan caranya seperti; membunyikan klakson, menggeber-geberkan tuas gas dan memainkan lampu jarak jauh. Benar-benar mengganggu.
Kalau sudah seperti itu, hanya ada satu hal yang bisa saya lakukan. Menepikan kendaraan dan mempersilahkan kendaraan superior itu untuk menyalip. Tidak bisa dipungkiri, saya merasa kesal. Namun, demi sebuah kenyamanan dan ketenangan, saya pun mengalah.
Di atas pengalaman saya melewati Jalan Pemalang-Randudongkal yang membentang di Kabupaten Pemalang. Jalanan ini memang menyajikan pemandangan indah, tapi semua itu nggak sebanding dengan tingkat bahayanya. Kalian harus berhadap dengan truk-truk kelebihan muatan dan sopir ugal-ugalan, benar-benar mencekam.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jalan Gegerkalong Kota Bandung Semakin Menyebalkan karena Pemkot dan Pengguna Jalan yang Nggak Peka
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.