Jum’at 22 Maret 2024, masyarakat di Kabupaten Tuban diguncang oleh gempa bumi sebanyak 3 kali yang memiliki skala bermacam-macam. Diantaranya pada pukul 11:22:45 WIB gempa dengan skala 6 magnitudo, kedua pada pukul 12:31:12 WIB gempa dengan skala 5.3 magnitudo. Dan yang terakhir pada pukul 15:52:58 WIB gempa dengan skala 6.5 kembali mengguncang bumi Tuban hari ini.
Meski menurut BMKG, gempa ini dipastikan tidak berpotensi tsunami. Tapi, tetap saja, warga Tuban tetap harap-harap cemas dan ada trauma mendalam.
Daftar Isi
Maret Kelabu bagi warga Tuban
Maret bagi kami, warga Tuban, adalah bulan paling kelabu tahun ini. Betapa tidak, berbagai musibah harus kami alami di tengah hiruk pikuk Ramadan dan berbagai persiapan lebaran. Pertama, kami harus menghadapi banjir bengawan yang memiliki kedalaman cukup serius beberapa minggu lalu, hingga aktivitas menyambut Ramadan pertama kami menjadi karut marut. Meski begitu kami terus berdoa agar semuanya selamat.
Tidak hanya itu, puting beliung datang dan menimpa masyarakat Desa Karangtinoto, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, dekat rumah saya. Akibat musibah ini, musala dilahap angin mengerikan itu.
Ketiga, dan saya harap jadi yang terakhir, adalah gempa. Sungguh, Maret bagi saya dan warga Tuban lainnya sangat kelabu. Entah pertanda apa, semoga semua baik-baik saja.
Seakan Tuhan mengingatkan kami
Saking banyaknya musibah yang terjadi bulan ini, takbir bergema di langit-langit Tuban. Masyarakat bersorak takbir menyaksikan teguran Allah yang maha dahsyat. Saya menyaksikan sendiri, tepat pada hari ini, kala gempa itu mengguncang tanah kelahiran saya. Masyarakat bersorak takbir, memohon ampunan dan perlindungan kepada Sang Mahapasti.
Saya mengikuti mereka, sembari melamun sejenak untuk mengingat bahwa benar, mungkin ini adalah satu di antara peringatan-Nya.
Trauma
Beruntung, bahwa di desa saya tidak ada korban jiwa atau bangunan ambruk seperti di berita-berita. Sebab, banyak di sekitar kami yang terkena efek gempa cukup parah dan begitu menampar. Saya dan warga Tuban lainnya cukup trauma.
Sungguh, saat duduk saja saya selalu waswas dan seakan goyang-goyang, padahal tidak. Tapi, yang tak bisa saya pahami, kok ya masih ada oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendongkrak popularitas.
Ada saja oknum yang menakut-nakuti warga Tuban
Ada saja oknum-oknum yang berusaha memanfaatkan kesempatan ini untuk mendongkrak popularitas dengan menyebarkan berita bohong, tidak valid, atau tanpa sumber yang jelas. Bukannya malah memberi informasi bagi kami, tetapi malah menyebabkan takut dan trauma yang berkepanjangan bagi warga Tuban.
Padahal efek berita bohong ini benar-benar mengerikan. Bayangkan, di saat warga Tuban begitu fragile, sensitif terhadap hal-hal yang berpotensi mengancam nyawa, dihantam berita negatif yang bikin mereka makin goyang. Kalau tidak ada kejadian buruk, tentu berita tersebut dengan mudah ditepis. Tapi, ketika mental sedang rapuh-rapuhnya, mana bisa?
Sayangnya, itu realitas masa kini. Trauma orang lain, jadi cara terbaik merengkuh klik. Manusia hari ini seakan-akan tak bisa hidup tanpa klik. Tak peduli bahwa mereka bisa saja bikin banyak manusia kehilangan akal dan nalar.
Semoga oknum-oknum tersebut segera sadar, dan apa-apa yang terjadi, tidak menimpa mereka.
Penulis: Sugiati
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Berkaca pada Kampung Miliarder Tuban, Ganti Rugi Bukanlah Solusi