Atas saran seorang teman yang katanya menemukan sang pacar di Aplikasi kencan, ini adalah tahun kedua saya menyematkan salah satu aplikasi kencan di ponsel pintar milik saya. Berbeda dari pengalaman kawan tadi, perjalanan saya di aplikasi kencan justru dipenuhi beberapa hal menggelitik yang kadang bikin saya jengkel, tapi juga kasihan dalam waktu yang sama.
Memang sih, kita memang tak bisa menutup mata pada fakta bahwa ada banyak sekali orang yang justru menemukan pacar atau teman hidup dari media sosial atau aplikasi kencan. Dan barangkali, ini adalah salah satu manfaat dari teknologi yang harus kita syukuri. Namun fakta lain yang juga dua tahun belakangan ini saya perhatikan adalah, hampir 85% lelaki di aplikasi kencan justru hanya ingin mencari kesenangan, entah untuk mengisi waktu luang atau mencari teman tidur untuk semalam.
Tak ada yang salah memang, selama si pencari menemukan yang dicari tanpa adanya paksaan. Itu terserah mereka. Tapi, setiap manusia, baik laki-laki atau perempuan tampaknya perlu paham jika orang-orang yang ada di aplikasi kencan, tak selalu cari teman tidur yang bisa dibawa pulang.
Tanpa ba-bi-bu-be-bo, saya pernah mendapat sebuah pesan yang cukup menggelitik dari sesosok laki-laki yang jika dilihat dari perawakannya sepertinya kita tak yakin jika kalimat itu lahir dari isi kepalanya.
“Hello there, aku tertarik banget sama b**ir kamu. Nggak tahu kenapa pas liat notif match, aku bawaannya pengen buru-buru ny**ot. Mau ketemu untuk merealisasikannya?”
Sebelumnya, saya jelaskan. Pada laman profil akun milik saya, hanya ada 3 foto. Dan dipotret dari jarak yang menurut saya cukup jauh. Karena sebelumnya saya sudah antisipasi, agar tak terlalu memperlihatkan wajah dari dekat. Seperti pesan diatas, saya memang dianugerahi bibir yang tebal, yang bagi sebagian laki-laki selalu dijadikan bahan bercandaan hingga sumber kesangean.
Nah, jika kalian penasaran bagaimana ekspresi saya ketika membaca pesan tersebut, 3 detik pertama saya kaget, lalu di detik ke 6 saya tertawa karena kasihan padanya. Kasihan, karena sepertinya ia tak bisa memilah kalimat mana yang pantas untuk diucapkan.
Beliau mungkin merasa punya celah, karena saya memberi swipe kanan atas akunnya. Tapi apakah itu jadi alasan untuk mengirim pesan yang demikian? Tentu tidak, kan? Ada beberapa hal yang perlu dipahami, walau sama-sama menyukai dari algoritma aplikasi belum tentu juga sesuai prediksi jika sudah bertemu secara langsung.
Seperti kejadian lain yang justru membuat saya membuka mata, jika beberapa lelaki yang tampangnya kadang terliihat urakan justru jauh lebih bisa mengontrol diri dan kewarasan. Iya, setelah rutin berkirim pesan untuk membicarakan banyak hal. Saya memutuskan untuk memberanikan diri untuk bertemu seorang lelaki yang match dengan saya di aplikasi kencan.
Ia datang 30 menit lebih dulu dari jam yang dijanjikan dan saya telat 5 menit yang kemudian jadi sebuah sesal. Karena rasanya tak enak, membuat orang menunggu di kali pertama bertemu. Tapi, baru 10 menit mengobrol, ia mendadak terlihat gusar, berkali-kali memperbaiki posisi duduk, mengecek ponsel hingga akirnya bilang harus buru-buru pulang karena ada sesuatu yang ingin dikerjakan. Lalu, hal lain yang justru membuat saya ingin tertawa adalah sebuah pengakuan yang ia buat setelah saya sampai di rumah. Iya, alibi tentang pekerjaan tersebut ternyata hanyalah sebuah akal-akalan belaka. Karena nyatanya, setelah saya sampai di rumah, ia justru mengirimi saya pesan yang cukup menggelikan.
“Kamu udah sampai rumah? Sorry tadi buru-buru, sebenarnya aku nggak ada kerjaan apa-apa. Cuma dari kamu duduk di depan aku, bawaannya aku pengen c**m. Daripada aku digampar, mending pulang. Maaf ya, aku udah nggak sopan.”
Setelah selesai membaca pesannya, saya masih bingung harus berkata apa. Hingga akhirnya saya balas dengan, “It’s okay, terimakasih sudah jujur. Itu lebih baik sih, karena kalau kamu justru nyerobot buat c**m aku. Mungkin pesanmu sudah jadi ceklis satu.”
Saya tak akan menyalahkan siapa saja yang ingin mencari teman tidur, fwb, atau kakak-adek yang konon bisa ditemukan dengan mudah di aplikasi kencan. Tapi aturan pertama yang juga perlu dipahami semua manusia, tak semua orang yang kau temukan di sana, bisa dibopong pulang sesuai isi kepala.
Dan kesalahan beberapa laki-laki yang kerap membuat perempuan illfeel adalah terburu-buru dalam menyampaikan niat yang sudah difokuskan pada seks atau perbuatan ena-ena lainnya. Lalu lupa untuk membangun chemistry dan hal pendukung lain yang mungkin bisa memperlancar keinginnya. Lagipula, seks tanpa feeling, apa enaknya?
BACA JUGA Menjustifikasi Jones pada para Pengguna Aplikasi Pencari Jodoh Adalah Tindakan Naif Belaka atau tulisan Larajingga lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.