Banyak orang tak sadar, kalau Sesar Lembang ternyata berkaitan dengan legenda Sangkuriang
Indonesia dikenal sebagai negara yang rawan bencana alam. Mulai dari banjir, longsor, gempa bumi, gunung meletus hingga tsunami. Di daerah pesisir, ada ancaman gempa bumi dan tsunami. Di dataran tinggi bisa terjadi longsor sewaktu-waktu. Apalagi jika musim hujan datang. Di area pegunungan, gunung aktif bisa meletus kapan saja. Bahkan di area dataran rendah bisa terjadi bencana angin puting beliung dan badai. Jadi, di mana pun berada, ancaman bencana alam akan selalu ada.
Hal ini karena letak Indonesia yang berada di Sirkum Pasifik. Sirkum Pasifik yaitu tempat bertemunya berbagai lempengan tektonik. Selain itu, Indonesia juga salah satu daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi.
Bencana alam juga bisa terjadi di kota-kota besar. Bandung merupakan Ibu Kota Jawa Barat yang tak lepas dari ancaman bencana alam. Memang letaknya tidak di pinggir pantai yang rawan tsunami, tidak di atas pegunungan yang rawan gunung meletus atau di perbukitan yang rawan longsor. Namun, ancaman itu tetap ada. Yaps, ancaman itu berupa Sesar Lembang. Sesar Lembang merupakan patahan geser aktif yang ada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sedangkan panjang dari Sesar Lembang mencapai 29 km. Di mana kilometer 0 ada di daerah Padalarang dan kilometer 29 ada di daerah Palintang.
Bingung nggak guys? Nih, saya kasih pemahaman gampangnya saja. Bumi itu dinamis, nggak diem aja, selalu bergerak. Ada bagian bumi yang bergerak berbeda arah. Inilah yang menyebabkan retak atau robek. Lah jalur retakan atau robekannya tuh disebut sesar aktif. Gimana? Tambah pusing, kan?
Sesar Lembang menjadi ancaman nyata bagi seluruh rakyat Bandung Raya, karena Sesar Lembang bisa menjadi bencana yang terjadi kapan saja. Ahli geologi mengungkapkan bahwa kejadian ini bisa terjadi dalam tentang waktu 170-670 tahun. Gempa terakhir yaitu pada abad 15. Berarti, Sesar Lembang bisa terjadi patahan yang menyebabkan gempa pada hari ini atau 100 tahun yang akan datang.
Nah, yang menarik dari Sesar Lembang adalah keterkaitannya dengan Legenda Sangkuriang. Cerita yang sudah kita dengar sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kisah yang menceritakan Sangkuriang yang hendak mempersunting Dayang Sumbi. Namun, pernikahan itu gagal karena Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anak kandungnya yang telah lama berpisah dengan dirinya. Lantas Ia mengajukan syarat untuk dibuatkan sebuah danau dan perahu besar. Sangkuriang hampir berhasil, tapi, Dayang Sumbi meminta bantuan dewa agar Sangkuriang gagal menjalankan tugasnya. Akhirnya Sangkuriang gagal mempersunting Dayang Sumbi.
Kisah Sangkuriang ini juga identik dengan bukti geologis yang ada di wilayah tersebut. Pertama, tahun yang sama. Kisah Sangkuriang populer pada abad ke 15 an. Sedangkan Sesar Lembang juga terjadi patahan terakhir kali pada abad yang sama, yaitu abad 15.
Kedua, pohon tumbang. Dalam kisah Sangkuriang, disebut bahwa Ia menebang pohon untuk dijadikan kapal besar. Kapal yang menjadi syarat agar dirinya bisa menikahi Dayang Sumbi. Penebangan pohon menimbulkan getaran. Getaran ini yang disebut-sebut sebagai pertanda pernah terjadi gempa. Gempa yang dirasakan di sekitar cekungan Bandung.
Ketiga, arah pohon yang tumbang. Dikisahkan bahwa pohon yang ditebang Sangkuriang itu roboh dari sisi timur ke arah barat. Hal ini sama saja dengan patahan Sesar Lembang sepanjang 29 km dari arah timur ke barat. Keempat, posisi Bukit Tunggul. Dalam kisah Sangkuriang disebutkan bahwa pohon yang roboh itu dari arah timur ke barat. Tunggul ada di sebelah timur dan ranting ada di sebelah barat. Menariknya Bukit Tunggul juga ada di sebelah timur Sesar Lembang. Sedangkan ranting dalam kisah Sangkuriang di interpretasi sebagai Gunung Burangrang.
Itulah sejumlah fakta mengenai keterkaitan antara Sesar Lembang dengan kisah Sangkuriang. Mau percaya atau tidak, itu urusan Anda. Tugas saya hanya menyampaikan informasi. Kalau pengin tau lebih dalam, tanyakan saja pada para peneliti. Memang mereka digaji untuk melayani masyarakat. Jangan lupa untuk senantiasa hati-hati. Sebab, ancaman bencana alam bisa datang tanpa ada prediksi. Tidak seperti saat Liverpool main. Kalau itu si gampang diprediksi. Pasti kalahe, Lur!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Ujungberung, Daerah yang Punya 4 Versi Sejarah yang Berbeda