Lemonilo baiknya berguru ke Mie Sedaap kalau mau bertarung melawan Indomie
Di mana-mana, baik di televisi maupun di YouTube, iklan Lemonilo selalu hadir. Lemonilo merupakan salah satu produk mi instan yang belakangan cukup mendapatkan perhatian. Salah satu hal yang menjadi perhatian banyak orang adalah karena Lemonilo mengklaim dirinya sebagai mi yang sehat.
Namun sepertinya, marketing yang dilakukan oleh Lemonilo cenderung gagal dan kurang menarik banyak calon konsumen. Terbukti berdasarkan data yang dirilis oleh Compas.co.id, Lemonilo hanya menduduki peringkat 4 sebagai mi terlaris yang dijual di Shopee dan Tokopedia selama periode 17-31 Januari 2022.
Lemonilo hanya terjual sekitar 4,3 persen. Berbeda dengan Indomie yang terjual 40,5 persen di urutan pertama dan Mie Sedaap 22,3 persen di urutan kedua. Memang tidak buruk-buruk amat, tapi jika dibandingkan dengan Indomie dan Mie Sedaap jelas kalah jauh.
Kalau Lemonilo mau berhasil dan meningkatkan penjualan, cobalah untuk meniru apa yang sudah dilakukan oleh Mie Sedaap. Meski masih kalah dengan Indomie, namun tetap bisa bersaing dengan sangat ketat.
Jangan terlalu idealis
Lemonilo mengklaim dirinya sebagai mi instan yang sehat. Menurutku ini terlalu idealis dan sama sekali tidak melihat pasar, untuk tidak mengatakan aneh.
Bukan hal yang salah jika ingin menjual makanan atau minuman sehat, tapi mengapa harus diterapkan pada mi instan? Memang apa sih yang dimaksud dengan mi instan sehat itu? Terlalu berlebih-lebihan disebut mi sehat hanya karena tidak ada MSG di dalamnya.
Mungkin Lemonilo lupa, namanya mi instan itu tetap ada kandungan karbohidrat. Terlalu banyak makan karbohidrat, bisa bikin kegemukan. Jadi klaim makan Lemonilo bisa bikin sehat jelas salah kaprah. Lagipula, pasar masyarakat Indonesia nggak peduli soal kesehatan, kalau makan mi yang penting enak. Udah itu aja.
Lha kalau memang mau cari sehat, ya mending makan makanan lain lah.
Mie Sedaap mampu bersaing karena tidak terlalu idealis. Tidak pernah mengklaim sebagai mi yang sehat, tetapi mi yang sedap (enak). Sesuai taglinenya “Jelas Terasa Sedapnya”, Mie Sedaap coba menyampaikan bahwa minya enak dan terasa nyata. Dan terbukti pesan ini bisa diterima baik oleh konsumen.
Perbaiki rasa
Soal rasa, mungkin sifatnya subjektif ya. Tapi menurutku, rasa Lemonilo itu kurang enak dan sepertinya memang kurang cocok bagi orang-orang Indonesia. Sebab, untuk mi instan, rasa ini nomor satu. Kalau Lemonilo masih tetap bertahan pada kampanye mi sehatnya, kemungkinan besar sulit bersaing dengan Indomie sebagai raja mi instan nomor satu di Indonesia saat ini.
Saya sarankan, Lemonilo harus buat mi yang enak, bukan mi yang sehat.
Lain halnya dengan apa yang dilakukan oleh Mie Sedaap. Mie Sedaap berhasil menciptakan produk yang punya karakteristik yang beda, namun tak mengorbankan rasa.
Penyesuaian harga
Alasan lain yang membuat Lemonilo tidak laris di pasaran adalah karena harganya yang cukup mahal. Di tempatku, mi instan yang satu ini dijual seharga Rp7000 per bungkusnya. Jelas jauh lebih mahal ketimbang Indomie dan Mie Sedaap.
Daripada beli mi yang harganya Rp7000, lebih baik pilih dua-tiga yang harganya sama, tapi bisa bikin kenyang. Lha, tujuan makan kan biar kenyang kan?
Karena pada dasarnya mi instan ini target pasarnya adalah sobat misquen seperti saya, maka alangkah lebih baik jual dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Jika Lemonilo dijual di bawah Rp5000 per bungkusnya, mungkin masih ada harapan mendapatkan lebih banyak pelanggan. Dan kalau bisa, harganya tidak begitu jauh dari harga Indomie dan Mie Sedaap saat ini.
Jadi kesimpulannya, kalau mau berhasil menjual mi instan dan menarik banyak calon konsumen setidaknya Lemonilo harus memenuhi beberapa keinginan pasar yaitu: enak dan murah. Sesuai marwah mi instan yang sesungguhnya, penyelamat kaum miskin ketika akhir bulan mulai menghantui.
Penulis: Firdaus Deni Febriansyah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Iklan Lemonilo, Pertanda Bencana Akan Datang di Sinetron Indonesia