Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nggak Usah Resek Ngatain Orang Hedon Deh!

Dani Alifian oleh Dani Alifian
20 Oktober 2019
A A
hedon

hedon

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam budaya kita, hedonis hanya dipandang sebagai ajang hura hura, buang buang duit hanya demi kesenangan dunia semata. Kamus besar bahasa Indonesia memang mengartikan hedonis sebagai pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Lalu, ukhti dan akhi yang kerap mengatasnamakan agama acapkali menyarankan untuk mengingat adanya kehidupan pasca kematian. Stigma yang lekat dalam masyarakat bahwa orang hedonis itu salah? ng…. ya nggak juga sih menurut saya.

Sekarang, siapa yang merasa hidup ini tidak butuh kesenangan? Atau hidup hanya melulu memikirkan sesuatu hal yang terjadi pasca kematian? Betapa ngerinya! Kesenangan itu berbanding lurus dengan kemampuan. Ya, kalau anak pejabat mau hedon dengan beli mobil dan pakaian branded karena mampu ya tidak masalah. Sebaliknya, anak orang biasa pakaiannya biasa, hanya berkendara motor, rambut acak acakan dia bahagia dengan keadaan ya karena memang mampunya demikian.

Justru, dalam pandangan saya seseorang dikatakan hedonis ketika memaksakan sesuatu yang tidak seharusnya, apalagi masih atas nama jerih payah orang tua. Misalnya, seorang berasal dari keluarga menengah ke bawah, karena ingin terlihat keren mengikuti tren dan teman sebaya, lalu berusaha branded memaksakan diri—itu baru hedon. Karena di balik rasa senangnya terdapat sakit mendalam. Sebaliknya orang kaya yang berpenampilan sok pengemis demi mencari rating youtube—kalau itu sih ya… sungguh hedonis yang keterlaluan.

Mbak Aprilia Kumala beberapa waktu lalu pernah membahasa tentang pengertian hedonis dan mereka yang menganut paham hedonisme. Disebutkan bahwa hedonis menurut teori Aristippus meyakini bahwa di dunia ini hanya ada dua hal: kesenangan dan rasa sakit.

Mbak imut itu lalu menuliskan kebahagiaan terbesar dari penganut paham hedonis adalah kebebasan dari rasa takut dan ketiadaan rasa sakit, baik mental ataupun fisik. Penganut hedonis mempercayai bahwa semua orang di dunia memiliki hak bebas untuk melakukan apa pun, demi bertujuan mencapai kebahagiaan. Lagi pula, hedonisme percaya bahwa kesenangan dan kebahagiaan seseorang haruslah jauh lebih banyak dan melimpah ruah jika dibandingkan dengan rasa sakit!

Lalu apa salahnya berhedon hedon ria dengan apa yang memang saya mampu untuk dimiliki. Saya suka membeli barang dengan harga tidak murah-–tidak berarti mahal. Sepengalaman saya selama membeli barang dengan kategori itu berbanding lurus. Menurut saya pakaian yang saya kenakan juga tidak terlalu glamour, ya standarlah buat jalan di mall, tetapi mengapa mereka suka memanggil saya hedonis? Padahal saya merasa gaya hidup ini cukup standar seperti kebanyakan. Hanya saja memang saya akui betapa soal fashion dan penampilan saya tidak mau ambil sembarangan.

Saking parahnya demam ejekan hedonis ini, membeli es krim magnum dengan balutan emas bahkan dianggap hedon. Lalu, pertanyannya memangnya kenapa kalau saya hedon? Uang hasil jerih payah orang tua saya, terkadang saya juga kerja sendiri, atau hasil menabung setelah beberapa lama saya belikan barang sesuai kebutuhan.

Baca Juga:

Sports Station Bukan Tempat Belanja Kebutuhan Olahraga, yang Laku Cuma Kebutuhan Fashion Casual

Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

Saya masih bingung tolak ukur hedonis terletak di mananya? Sejujurnya milenial selalu merasa getir hati jikalau fashionnya terlihat berbeda dengan kawan sepermainnya. Tetapi, hedonis tanpa paham batasan juga mesti diperhatikan. Misalnya, mahasiswa yang rela nggak bayar kuliah dan lebih milih duitnya dipake buat beli smartphone paling keren di abad ini. Ada juga yang nilep duit semesteran demi bisa belanja barang-barang branded, pokoknya nggak mau kalah sama yang dipunya temen.

Mohon maap nih, itu duit belum hasil sendiri, kecuali kalau sembari freelance macam saya ini ya terserah. Secara, saya belum punya tanggung lain selain menikmati hidup. Hedon saya selama ini tidak pernah ngerecoki hidup orang, atau ngajak jamaah buta hedon hedonan bareng. Kesalnya, mereka acap kali ngerecoki hidup saya yang bahagia ini dengan julid-–omongan di belakang menyebut saya orang hedon.

Jadi, sebagai kesimpulannya hedon sebenarnya lebih pantas disematkan pada gaya hidup yang lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Meski beli barang mahal, dan masih sesuai koridor kemampuan dan kebutuhan masih sah sah saja. Sebaliknya meski barangnya diskonan, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan—bisalah kamu panggil doi dasar hedon! (*)

BACA JUGA Curhatan Saya yang Punya Gaji UMR Mendengar Cerita Orang yang Gajinya 2 dan 3 Digit atau tulisan Dani Alifian lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Oktober 2019 oleh

Tags: barang brandedHedonHedonisme
Dani Alifian

Dani Alifian

ArtikelTerkait

Mengapa Kebanyakan Penerima Beasiswa Kurang Mampu Bergaya Hidup Hedonis?

Mengapa Kebanyakan Penerima Beasiswa Kurang Mampu Bergaya Hidup Hedonis?

1 Februari 2020
uang utang

Menyelami Pikiran Kawan Hedon yang Hobi Minta Utang

17 Mei 2019
Sports Station Bukan Tempat Belanja Kebutuhan Olahraga, yang Laku Cuma Kebutuhan Fashion Casual

Sports Station Bukan Tempat Belanja Kebutuhan Olahraga, yang Laku Cuma Kebutuhan Fashion Casual

11 Januari 2024
Alasan Paling Mashok yang Perlu Dipertimbangkan untuk Nggak Beli Barang Branded dan Mahal terminal mojok

Alasan Paling Mashok yang Perlu Dipertimbangkan untuk Nggak Beli Barang Branded dan Mahal

9 Juni 2021
Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

8 November 2023
Self Rewards Mulu, Ingat Saldo ATM yang Sekarat

Self Rewards Mulu, Ingat Saldo ATM yang Sekarat

22 November 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.