Tanyakan kepada sembarang orang, mana yang lebih nyaman, toilet bus atau kereta, pasti mereka akan bingung menjawabnya. Tapi, besar kemungkinan mereka akan menjawab toilet kereta.
Toilet yang tersedia di dua transportasi umum tersebut memang terkenal tidak nyaman. Bahkan bisa dibilang tak bisa digunakan. Anggapan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, toilet dua moda transportasi tersebut susah digunakan dan jauh dari kata nyaman.
Tapi, di antara keduanya, toilet kereta masih bisa diampuni, dan bisa dibilang jauh lebih mendingan ketimbang toilet bus. Sebab, toilet bus memang terkenal benar-benar tak nyaman. Seringnya malah tak bisa digunakan atau tak pernah digunakan.
Saya pribadi jarang menaiki bus. Kalau terpaksa naik bus, saya memilih menaiki bus biasa atau kelas ekonomi yang notabene tidak ada toilet di dalamnya. Jarang sekali saya menemui bus dengan toilet di dalamnya. Kalaupun saya menemuinya, pasti hanya di bus patas dan tentunya harganya lebih mahal dari bus biasa atau kelas ekonomi. Beruntung, sejak adanya bus yang melintasi jalur tol, harga tiket antara bus biasa dan patas yang melewati tol menjadi tidak begitu jauh. Dan beberapa waktu yang lalu, saya sempat menjajal toilet di dalam bus untuk pertama kalinya. Setelah sekian lama menaiki bus, akhirnya saya mencobanya untuk pertama kali.
Pengalaman saya mencoba toilet di dalam bus bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Bagaimana tidak, saya harus menjaga kestabilan tubuh saya selama di toilet dengan sangat amat baik. Seperti yang kalian tahu, kebanyakan bus melaju dengan ugal-ugalan. Salah satunya adalah bus yang saya naiki saat itu. Kalian pasti pernah melihat video bagaimana gokilnya sopir bus yang mendahului kendaraan di depan mereka. Dari situ kalian bisa membayangkan bagaimana kondisi di dalam bus yang saya tumpangi.
Ketika masuk pertama kali ke dalam toilet, saya sudah khawatir dengan pintunya yang tidak bisa dikunci dari dalam. Saya kesal sekali karena selot tidak terpasang dengan pas sehingga mustahil untuk mengunci dari dalam. Di dalam toilet, saya hanya berharap-harap cemas agar tidak ada yang membuka pintunya secara tiba-tiba. Saya hanya berpikir jika sebelum saya masuk, pintunya selalu tertutup, dan pintunya juga cukup berat untuk dibuka. Jadi setidaknya ada jeda waktu bagi saya untuk menahan pintunya apabila ada orang yang masuk dengan tiba-tiba.
Akhirnya masuk ke pertunjukan utama. Di tengah ketidakstabilan kendaraan bus yang saya tumpangi, saya harus mengatur kestabilan sambil mencoba menunaikan tugas saya di dalam toilet. Selain itu, untuk berjaga-jaga, tangan saya juga selalu siap untuk menahan pintu apabila ada tanda-tanda akan terbuka. Setelah selesai, tentunya saya harus menyiram apa yang telah saya tinggalkan. Air yang tersedia tidak begitu banyak, mungkin karena airnya akan tumpah jika baknya terisi penuh. Hal ini yang membuat saya tidak mengambil banyak air di gayung saya.
Singkat cerita, misi saya untuk menjajal toilet bus telah berhasil tanpa sedikit pun air yang terciprat ke pakaian saya. INI PRESTASI LOH.
Itulah yang saya maksud dengan betapa mustahilnya memakai toilet dalam bus. Pertama, bus biasanya ugal-ugalan. Kedua, toiletnya kadang ya seadanya. Kondisi tersebut bikin menahan pipis atau BAB jadi pilihan paling masuk akal. Ya gimana, tempatnya nggak memadai.
Nah, itulah yang kadang bikin saya bertanya-tanya, toilet itu fasilitas atau hiasan doang? Kalau fasilitas, kok ya susah digunakan. Kalau hiasan, kok ya selo.
Mungkin, kalau bus tidak ugal-ugalan, atau toiletnya benar-benar memadai, mungkin tak akan ada lagi orang ragu menggunakan fasilitas tersebut. Tapi ya, kayaknya masih jauh sih angan-angan itu.
Sekarang tahu kan kenapa toilet kereta jauh lebih mendingan? Ya karena kereta nggak akan nyalip kereta lain. Itu sih karena nggak bisa, Bambang.
Penulis: Adriel Prastyanto
Editor: Rizky Prasetya