Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Membandingkan Burger King dan McDonald’s Tidaklah Sulit: Jelas Lebih Enak Burger King, Lah!

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
4 Oktober 2019
A A
Burger King

Burger King

Share on FacebookShare on Twitter

Sewaktu SD saya seringkali datang ke acara ulang tahun seorang teman. Kala itu, rasanya senang karena bisa berbagi keceriaan dengan teman-teman. Membawa kado yang sudah disiapkan oleh Ibu sebelumnya, memakai topi ulang tahun, adanya seorang badut sulap yang lucu dan menghibur, sampai membawa kembali bingkisan camilan dari tuan rumah berupa beberapa ciki dan minuman.

Itu jika acara ulang tahun diadakan di rumah. Belum lagi jika dirayakan di salah satu restoran cepat saji seperti McDonald’s. Biasanya akan lebih meriah lagi. Apalagi bingkisan yang dibawa pulang terkesan mewah, ada kentang goreng, nasi, beserta ayam tepung ala McDonald’s. Pada kesempatan lain, terkadang dapat makanan berupa burger McDonald’s. Itu kali pertama saya menikmati burger restoran cepat saji. Ada kesenangan dan kemewahan tersendiri pada masa itu—sekira 20 tahun lalu.

Kini, untuk sebagian orang, makan Big Mac (burger khas ala McDonald’s) bukan suatu hal yang asing. Ditambah dengan gerai yang semakin tersebar di mana-mana. Sampai akhirnya, saya mencoba Whopper kepunyaan Burger King. Sedikit aneh ketika saya baru mencobanya pada kisaran tahun 2014, sewaktu teman-teman yang lain sudah mencobanya lebih dulu.

Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk menyukai Burger King, apalagi setelah mencoba beberapa varian burger lainnya. Utamanya, favorit saya sih tetap Whopper ukuran reguler. Setelahnya, Burger King menjadi pilihan utama, sedangkan Big Mac milik McDonald’s secara otomatis tersisihkan ketika saya ingin memakan burger sesekali—khususnya ketika ada uang tambahan.

Tidak sulit bagi saya bertahan dan tetap menjadi pelanggan Burger King hingga sekarang. Selain varian burgernya lebih banyak, cara marketingnya pun unik dan—harus saya akui—elegan. Seperti diketahui bersama, Burger King mempekerjakan pegawai yang memiliki keterbatasan khususnya dalam berbicara dan mendengar.

Niat baik seperti itu pun sempat dipertanyakan, apakah hanya bagian dari strategi pemasaran atau memang betul-betul tulus memberi kesempatan kepada mereka yang memiliki keterbatasan untuk bekerja. Sampai akhirnya, akun Twitter resmi Burger King memberi pernyataan terkait hal tersebut dan menjawab keraguan salah satu pengguna Twitter.

It’s not a marketing strategic shit. It’s just an equal right for everyone to have a decent job thing. Thanks for the shout out tho! 😬 https://t.co/7uOl6hcNBs

— Burger King Indonesia (@BurgerKing_ID) September 5, 2019

Ya, pada akhirnya, hal seperti itu yang membuat Burger King semakin dikenal dan disukai banyak orang. Tanpa harus promosi, justru orang lain yang secara tidak langsung mempromosikan.

Baca Juga:

Burger Bangor, Burger Lokal yang “Berbahaya”, Sekali Gigit, Nggak Bisa Berhenti!

Kasta Minuman McD dari yang Paling Enak sampai yang Rasanya Ambyar Bikin Kecewa

Beberapa waktu lalu, Burger King juga sempat membagikan informasi bahwa dalam satu hari, mereka tidak menyediakan menu Whopper andalan mereka untuk mendukung McDonald’s yang sedang ada campaign untuk membantu anak-anak penderita kanker. “A Day Without Whopper”, begitu yang tertulis pada gambar yang tersebar di internet.
Ada pula yang beranggapan, hal itu dilakukan Burger King agar penikmat Whopper paling tidak dalam satu hari bisa mendukung gerakan yang dilakukan McDonald’s dengan membeli Big Mac—yang kemudian keuntungannya bisa didonasikan bagi anak-anak penderita kanker. Apa pun pendapat orang lain, bagi saya, saat persaingan bisnis berubah menjadi saling mendukung untuk kebaikan sesama, tetap saja tergolong baik. Hehe

Selain itu, setiap bulannya Burger King selalu membagikan kupon potongan harga, baik melalui selebaran yang bisa didapat melalui outlet maupun promo lewat akun resmi media sosialnya. Tentu, kupon ini berguna untuk menarik lebih banyak pelanggan. Belum lagi cashback yang didapat dengan pembayaran melalui beberapa platform dompet digital.

Meskipun begitu, bukan berarti saya tidak lagi membeli Big Mac. Pada waktu tertentu, jika rindu dengan rasanya, saya tidak akan ragu untuk membelinya. Hanya saja, sampai dengan saat ini, Whopper dan varian burger lain yang tersedia di Burger King selalu terlihat jauh lebih menarik. Soal pelayanan pun, sampai dengan saat ini selalu mendapatkan yang terbaik. Semoga memang selalu seperti itu.

Sebelum mengakhiri paragraf ini, perlu saya tegaskan juga bahwa tulisan ini bersifat subjektif, tidak ada paksaan apalagi seolah menjadi buzzer bagi salah satu produk yang saya sebutkan. Semuanya tulus karena pengalaman yang dirasakan hingga saat ini. Lagipula, rasanya tidak perlu lah memperdebatkan soal mana yang lebih enak, pasti para pelanggan pun memiliki selera masing-masing. Tapi, masa sih nggak suka sama Whopper-nya Burger King yang enak itu? Yakin? (*)

BACA JUGA Ibu Saya Anggota DPR yang Sedang Didemo dan Anak-anaknya Ribut di Grup WhatsApp atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Agustus 2021 oleh

Tags: A Day Without Whopperburgerburger kingfastfoodMcDonald's
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Sudah Saatnya McD Indonesia Merilis Happy Meal untuk Orang Dewasa Terminal Mojok

Sudah Saatnya McD Indonesia Merilis Happy Meal versi Dewasa

8 Oktober 2022
Ayam Jatinangor House, Ayam Goreng McD KW Super yang Sempat Viral di Media Sosial

Ayam Jatinangor House, Ayam Goreng McD KW Super yang Sempat Viral di Media Sosial

4 April 2023
5 Menu McD yang Rasanya Gagal Terminal Mojok

5 Menu McD yang Rasanya Gagal

13 November 2022
K-Meals McD x NewJeans Lebih Baik daripada BTS Meal

K-Meals Kolaborasi McD x NewJeans Lebih Baik daripada BTS Meal, ARMY Udah Ngiri Belum sama Bunnies?

15 Juli 2023
5 Hal Terkait McKids dari McD Indonesia yang Perlu Diketahui Orang Tua

5 Hal Terkait McKids dari McD Indonesia yang Perlu Diketahui Orang Tua

16 Juni 2023
makanan yang bisa dimakan kurang dari 20 menit PPKM level 4 mojok

Seni Bertahan Hidup Saat PPKM Level 4: List Makanan yang Bisa Habis 20 Menit

26 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Mensiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.