Saya pikir, jadi anak rohis itu gampang. Paling cuma perlu sering-sering baca Al-Qur’an, datang ke masjid untuk salat berjamaah, atau datang ke majelis taklim untuk dengar ceramah. Gampang banget, kan? Alasan-alasan tadi akhirnya mendorong saya memilih rohis sebagai kegiatan kampus ketimbang kegiatan lain macam paduan suara, basket, futsal, atau resimen mahasiswa.
Eh, ternyata, ekspektasi saya meleset, Hyung. Jadi anak rohis nggak semudah yang dibayangkan. Bahkan, saya perlu ekstra kerja keras untuk bisa bertahan hidup di lingkungan anak-anak rohis. Salah satunya adalah panggilan ana-antum dan akhi-ukhti yang menurut saya sih nggak perlu-perlu banget. Sebetulnya cukup panggil saya-kamu dan mas-mbak saja sudah cukup, kok. Sing penting kan orang-orang ngerti.
Selain itu, dalam pergaulan anak-anak rohis juga sering terlontar ucapan-ucapan dalam bahasa Arab yang saya nggak paham artinya dan tentu saja nggak tahu cara membalasnya. Dan, ternyata ucapan-ucapan itu tetap muncul sampai sekarang dan sepertinya sudah jadi bahasa percakapan sehari-hari. Coba deh perhatikan istilah-istilah berikut. Pasti kamu juga sering menjumpai dalam percakapan sehari-hari, entah itu percakapan langsung atau percakapan melalui WhatsApp.
#1 Barakallah
Ucapan ini paling sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari, baik itu langsung maupun di WhatsApp. Biasanya, ucapan yang berarti “semoga Allah memberkahi” ini digunakan untuk mengucapkan selamat atas sesuatu. Bisa selamat ulang tahun, selamat menempuh hidup baru, selamat atas prestasi, atau selamat atas kesuksesan seseorang.
Nah, kalau kamu dapat ucapan “barakallah” dari seseorang, nggak perlu panik. Cukup balas dengan ucapan “amin” atau “amin yaa Rabbal’aalamiin”. Selesai urusan.
#2 Tafadhal
Meski nggak sesering ucapan “barakallah”, ucapan “tafadhal” juga kerap muncul dalam percakapan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan yang melibatkan anak rohis. Ucapan ini intinya adalah mempersilakan seseorang atau meminta seseorang dengan bahasa yang sopan. Kalau kita mungkin cukup bilang “silakan”, orang Jogja cukup bilang “monggo”, nah, kalau anak rohis ya “tafadhal” tadi.
Ucapan “tafadhal” ini nggak perlu balasan, kok. Karena ucapan itu sendiri merupakan balasan dari permintaan izin seseorang untuk melakukan sesuatu.
#3 Fii amanillah
Biasanya ucapan “fii amanillah” ini sering diucapkan ketika ada seseorang yang akan bepergian. Artinya kurang lebih “semoga kamu selalu dalam lindungan Allah”. Kalau saya,sih biasanya mengucapkan “titidije” alias “hati-hati di jalan” saja kalau ada teman yang bepergian. Itu pun disambung dengan “jangan lupa oleh-oleh, ya”. Wqwqwq.
Kalau kamu dapat ucapan seperti tadi, cukup balas dengan ucapan “ma’asalamah” yang artinya kurang lebih “semoga keselamatan menyertaimu”.
#4 Jazakallah
Terakhir dan saya yakin ini yang paling sering kita dengar di percakapan sehari-hari adalah ucapan “jazakallah”. Ucapan ini artinya “semoga Allah membalasnya”. Ucapan ini punya banyak kombinasi seperti “jazakallah” yang ditujukan untuk laki-laki, “jazakillah” untuk perempuan, dan “jazakumullah” untuk banyak orang.
Cara membalasnya juga bisa berbeda-beda tergantung jenis kelamin orang yang dituju. Kalau laki-laki, cukup ucapkan “wa iyyaka”. Kalau perempuan, cukup balas “wa iyyaki”. Dan kalau orang banyak ucapkan “wa iyyakum”.
Segitu saja dulu. Semoga berguna dalam percakapan kamu sehari-hari, ya. Hikmah yang bisa dipetik adalah bahwa ucapan-ucapan tadi nggak sekadar ucapan biasa, tapi juga doa. Ini patut ditiru oleh kita semua dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pemerintah kerjanya nggak beres, ya jangan langsung dihujat. Doakan saja yang baik-baik, semoga ada perubahan dan kerjanya makin bagus. Kalau masih nggak beres juga, baru deh dihujat. Wqwqwq.
Sumber Gambar: Pixabay