Bagi anak perantauan, kos-kosan adalah tempat ternyaman untuk melakukan banyak kegiatan. Terlebih kalau dapat kos murah, plus nyaman. Namun, hal itu tidak berlaku untukku. Banyak hal-hal yang misterius dan menegangkan yang sering saya alami. Bahkan tidak hanya saya, teman-teman yang tinggal di kosan saya juga begitu.
Ketahananku terhadap gangguan aneh di kosan terasa biasa saja. Apalagi di Jogja saya sudah tinggal kurang lebih delapan tahun dan itu adalah kos ketigaku. Jadi saya tinggal di situ kurang lebih tujuh tahunan. Kosku dekat kuburan, selisih sekitar 2-3 rumah dari kuburan. Lokasinya cuma lima menit dari kampus Bulaksumur. Kosku adalah salah satu dari beberapa kos murah di daerah itu. Kenaikan biaya sewanya setiap tahun juga sangat kecil.
Kos saya punya fitur unik, di halaman tengah tidak ada atapnya alias langsung kelihatan langitnya. Halaman tengah itu ada beberapa pohon seperti pohon rambutan, mangga, sirsak, dan belimbing. Meskipun halaman tengah tidak begitu luas tetapi bapak ibu kos memaksakan pohon-pohon itu tetap tumbuh di situ. Rumah kos itu tidak pernah dicat, sehingga kalau dilihat dari luar seperti tidak terawat.
Yaaa namanya kos murah, minta dicat putih dan terawat gitu? Ngimpi.
Pemilik kos saya orangnya unik. Blio tinggal di rumah induk depan dan sering memelihara binatang, tapi caranya memelihara yang unik. Misalnya, blio memelihara ayam tapi tidak dikandangkan dan hanya diikat satu kakinya. Blio cuman memelihara satu ekor. Sungguh aneh. Selain itu, blio pelihara ular dan anak-anak kos sering geger karena ular bapak kos sering lepas yang pada akhirnya ular itu lepas dan nggak kembali lagi.
Sialnya, ular itu ternyata tidak lenyap dari kos. Ternyata dia bersarang di gudang dan memakan tikus-tikus. Dua tahun kemudian, ular itu ditemukan dan sudah tumbuh besar sepaha orang dewasa. Ada juga kucing liar banyak sering masuk. Jangan lagi ditanya masalah kecoa dan tikus, dua binatang tersebut kan “fitur” kos murah wqwqwq.
Keanehan demi keanehan sering terjadi, bahkan sejak awal saya kos di tempat itu. Masih jelas di ingatan. Saat itu jam 8 malam saya pulang ke kos, ada suara wanita tertawa keras sekali saat saya membuka pintu gerbang kos. Saya tetap positif thinking, ya wajar jam segitu mungkin mbak-mbak kos sedang bercanda ria.
Terlihat beberapa kamar di bawah terlihat sepi dan lampu masih mati, pertanda tidak ada penghuni di tempat itu. Lanjut saya naik ke lantai atas, saya tanya ke teman-teman apakah ada yang tertawa, ternyata jawabannya tidak. Oke, saya santai saja. Mungkin pendengaranku yang salah, meskipun tidak mungkin suara tersebut berasal dari kos sebelah karena itu kos khusus laki-laki.
Suatu hari saya bertiga sedang di kamar dan salah satu temanku mandi. Saat itu hari sudah petang, kira-kira sudah masuk waktu shalat maghrib. Temanku tiba-tiba teriak di kamar mandi, dia memukul gayung sambil meminta supaya kami berdua jangan tertawa. Saya yang hanya tinggal berdua dengan temanku yang lain itu hanya tatap-tatapan mata. Dalam hati berkata, siapa yang tertawa? Kami berdua tak mendengar ada yang tertawa. Entah siapa yang tertawa, kami pun tak tau.
Saya tipe mahasiswa yang sering nongkrong dan main sana sini. Jadi kegiatanku bukan hanya kuliah dan berkutat dengan tugas-tugas. Saya sering ngopi sampai larut malam bahkan pagi. Kebiasaan itu membuatku semakin sering merasakan keanehan di kosanku.
Pernah saya pulang larut malam karena ikut Maiyahan di Bantul, waktu itu saya sendirian. Sudah pukul dua pagi, saya akhirnya sampai kos. Saya masukkan motor pelan-pelan tanpa suara supaya ibu kos tidak terbangun. Namun tiba-tiba ada suara siulan beberapa kali, sampai akhirnya saya cari di mana suara siulan itu berasal. Semakin dicari suara itu semakin hilang. Akhirnya saya melupakan hal itu, meskipun di lain hari saya juga menemukan hal janggal lagi.
Tengah malam saya pulang dari sebuah coffee shop dan saya pulang sendirian. Saat saya akan sampai di kamar saya di lantai dua, saya mendengar dari suara keran air menyala sendiri. Jelas saya sudah paham kalau kosku itu tidak ada keran air otomatis, jadi pasti ada yang membuka keran. Saya mendekat ke kamar mandi dan tiba-tiba keran air mati sendiri. Semakin merinding saya jadinya dan langsung lari menuju kamar dan kukunci pintu rapat-rapat. Keesokan harinya coba bertanya pada beberapa teman kos, ternyata memang tidak ada sama sekali orang di lantai dua pada malam itu.
Ada beberapa serangan yang memang menyebalkan dari kosku. Mulai dari temanku digentayangi sosok wanita berambut panjang dan berpakaian putih sedang di depan kaca sampai pintu kamar yang diketuk-ketuk tanpa ada sosok yang mengetuknya. Tak lupa juga anak-anak kos seringkali ketindihan saat tidur yang konon katanya diganggu makhluk halus. Saya termasuk yang jarang diganggu di kos itu, tapi yang lain beda ceritanya.
Kos murah, Bos, maklum.
Nah, saya ada cerita lagi. Jogja memang sering gempa, namun berbeda dengan gempa yang dirasakan oleh temanku yang numpang nginep. Teman saya saat itu “ditarik” dan digoyang-goyang saat tidur sehingga terasa seperti gempa. Padahal tidak ada gempa sama sekali, dan hal itu terjadi beberapa kali.
Masalahnya adalah, saya tidak pernah diganggu saat di kamar sendiri. Jadi makhluk-makhluk itu hanya menyerang orang lain yang singgah dan numpang. Memang cukup mengesalkan jika adanya serangan itu membuat temanku jadi malas dan takut main. Meskipun begitu saya tetap tinggal di situ sampai saya lulus. Apalagi kalau bukan karena tempatnya strategis dan harga yang sangat murah.
Sekian itu cerita sedikit tentang kos murah yang saya tempati dulu. Sekarang saya sudah lulus dan pindah dari Jogja. Meskipun tempat tinggalku di Jogja penuh dengan kisah horor, namun di tempat lain saya banyak mengukir kenangan indah.
Bagi saya, Jogja tetap istimewa, tapi tidak dengan kos murah yang saya tempati dulu. Ampun dah.