Banyak orang sepakat bahwa mi ayam adalah makanan pemersatu umat. Kita bisa menemukan mi ayam dengan hargakurang dari sepuluh ribu rupiah sampai lebih dari lima puluh ribu per porsinya di berbagai daerah. Dari yang toppingnya sederhana sampai dengan yang njelimet, dari yang ada di pinggir jalan sampai dengan yang ada di foodcourt mal mewah. Pokoknya, mi ayam adalah makanan paling dikenal banyak orang, selain nasi goreng tentu saja.
Sebagai warga Malang, pun kuliah dan wira-wiri dari kabupaten ke kota, saya melakukan survei mi ayam terenak dengan ketentuan:
1. Harga per porsi tidak boleh lebih dari Rp10 ribu
2. Porsi banyak
3. Lokasi ada di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang)
Setelah melakukan survei di WA, IG, dan bertanya pada kawan-kawan yang hobi kulineran mi ayam, saya mencoba 5 yang paling banyak disebut dan mengurutkannya dari yang paling enak.
Mi Ayam Sultan Agung, Kota Batu
Tampilan dari mi ayam ini nggak terlalu menggugah selera. Selain nggak ada sate-satean, ceker, dan telur, mi ayam satu ini nggak punya pilihan porsi seperti mi ayam pada umumnya. Kita hanya akan mendapat tawaran, “Basah? Kering? Atau nyemek-nyemek?”. Tapi jangan salah, rasa mi ayam Sultan Agung Kota Batu ini bisa membuyarkan kesan sederhananya.
Pertama, tekstur mi dan ukurannya pas, nggak terlalu kenyal dan nggak terlalu lembek. Ini membuat bumbu dari mi ayamnya meresap sempurna. Selanjutnya, kuahnya kental. Buat apa makan mi ayam kalau kuahnya encer, kan? Cukup tambahkan sambal atau cabai hijau yang tersedia di meja, rasanya yang mewah dan kaya rempah bikin lidah bergoyang. Sluuurp, kuah dan bumbu ayamnya memberikan sensasi sereh, daun salam, dan segarnya daun jeruk yang nggak terlalu menyengat dan mengganggu rasa dari mi ayamnya sendiri. Kalau beruntung, kita bisa menemukan kulit ayam di dalam potongan ayamnya juga.
Kekurangan mi ayam Sultan Agung ini menurut saya adalah hanya tersedia satu varian porsi, nggak tersedia topping seperti sate-satean, telur puyuh, dan semacamnya. Hanya tersedia kerupuk. Tapi, rasa mi ayamnya memang bikin saya lupa dengan topping tambahan lainnya. Toh, porsinya pas dan mampu bikin kenyang dalam jangka waktu cukup lama.
Lokasi mi ayam ini berada di Jalan Sultan Agung, masuk gang ke arah Stadion Brantas. Atau kalau menggunakan Google Maps, kalian bisa mengetik kata kunci “Kantor Kejaksaan Negeri Kota Batu”. Tenda mi ayamnya berada tepat di barat kantor tersebut. Bukanya mulai pukul 6 pagi sampai habis. Harganya Rp8 ribu per porsi. Mantap.
Mi Ayam Tunggal Rasa, Kabupaten Malang
Dari Kota Batu, kita ke bagian barat Malang Raya. Mi ayam dengan urutan nomor dua terenak ada di Kecamatan Pujon, tepatnya di Jalan Brigjen Abd. Manan Wijaya No. 14. Lurus saja kalau ke arah Kediri, nggak sampai masuk gang dan ada di kanan jalan, lebih tepatnya 100 meter di barat SMKN 1 Pujon. Mi ayam Tunggal Rasa buka mulai pukul 8 pagi sampai habis.
Mi ayam ini memiliki kuah yang juga kental seperti mi ayam pertama. Hanya ada sedikit tulang di dalam potongan ayam, pun tulang tersebut lunak. Ketika masuk ke mulut, lidah akan menyambut dengan tarian-tarian untuk mengundang suapan-suapan berikutnya. Kita bisa memilih pilihan porsi dan tambahan topping seperti sate-satean (kalau beruntung, karena biasanya jam 12 sudah habis) dan telur puyuh. Nilainya nyaris sempurna untuk semangkuk mi ayam. Bedanya bumbu pada mi ayam Tunggal Rasa ini nggak sekuat mi ayam Sultan Agung di urutan pertama.
Harganya pun terjangkau. Hanya perlu merogoh kocek Rp7 ribu untuk porsi biasa dan Rp9 ribu untuk porsi jumbo. Sate-satean dan kerupuk dijual dengan harga Rp2 ribuan.
Mi Ayam Maju Mapan (5758), Kota Malang
Rekomendasi mi ayam ketiga terletak di Jalan Bandung, sekitar 800 meter ke timur dari Matos, seberang MIN 1 Malang. Gerobak mi ayamnya berwarna putih dengan tulisan angka 5758. Mi ayam Maju Mapan ini buka dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.
Rasa dari mi ayam satu ini nggak terlalu kuat, namun juga nggak tawar. Kuahnya lagi-lagi nggak sekental mi ayam Sultan Agung dan Tunggal Rasa, namun tekstur mi ayam Maju Mapan sangat pas. Porsinya kurang banyak, kalau mau puas, saya sarankan tambah topping seperti ceker dan telur. Tenang saja, cekernya enak, kok. Teksturnya lembut dan bumbunya meresap sampai ke tulang.
Kalau kalian makan di tempat, bersiaplah antre dan kebingungan mencari kecap, saus, dan sambal yang terpisah-pisah.
Mi Ayam Cirebon, Kota Malang
Namanya Mi Ayam Cirebon lantaran satu warung dengan Bubur Cirebon. Lokasinya berada di Jalan Kerto Leksono. Patokannya adalah gerbang depan UIN Malang, dari seberang gerbang masuk ke dalam gang. Belok kiri, lokasinya tepat di pojokan. Tempatnya sedikit sempit, sih. Buka mulai subuh sampai tengah malam. Harganya Rp7 ribu untuk mi ayam biasa dan Rp9 ribu untuk mi ayam spesial (tambah telur).
Sebenarnya mi di sini menggunakan mi keriting. Cara masaknya yang pas membuat mi nggak terlalu keras dan nggak terlalu lembek. Yang bikin spesial adalah kuahnya yang kental, potongan ayamnya yang besar, dan topping telur yang bisa kita request setengah matang. Bayangin, mi ayam yang kuahnya kental dengan potongan ayam gede, kulit ayam empuk, dan lumeran kuning telur. Buh!
Selain itu, mi ayam Cirebon ini memiliki sambal yang berbeda dari sambal mi ayam pada umumnya. Biar beda tetap enak, lho.
Kekurangannya? Kocrotan minyak yang menurut saya terlalu banyak, belum lagi dengan minyak dari kulit ayam (enak, sih) dan tulang dari potongan ayamnya yang agak mengganggu. Selebihnya oke lah.
Mi Ayam ITN, Kota Malang
Rekomendasi mi ayam terenak kelima di Malang Raya ada di depan ITN Malang Jalan Sigura-Gura. Lurus di perempatan sesudah Matos kalau ke arah Kediri/Dinoyo. Buka mulai pukul 10 pagi sampai habis. Harganya Rp8 ribu untuk seporsi mi ayam dan Rp2 ribu untuk topping tambahan seperti ceker atau telur ayam.
Satu porsi mi ayam ITN ini lumayan banyak, potongan ayamnya banyak, cekernya pun empuk. Kekurangannya yang bikin mi ayam ini berada di posisi kelima adalah bumbunya yang kurang nendang ketimbang 4 mi ayam di atas. Tapi, mi ayam ini tetap bisa dijadikan pilihan karena termasuk top 5 mi ayam terenak di Malang Raya.
Saya akan menutup tulisan ini dengan apa yang dikatakan Puthut EA pada laman Instagram blio, “Berdebat soal rasa makanan itu salah satu hal menggelikan di dunia ini. Lebih afdhol mencicip dan melahap makanan daripada memperedebatkan enak atau tidaknya…” Saya setuju, mana mungkin menyamakan persepsi lidah orang yang juga beda-beda, mending fokus menyamakan perasaan dan tujuan dengan yayang masing-masing (kalau punya).