Merokok sambil boker itu enak, tapi puntung rokoknya dibuang di luar, Bos!
Saya bukan perokok, dan tidak benci dengan perokok. Keluarga saya banyak yang merokok, jadi rokok adalah hal biasa bagi saya. Meski begitu, saya benci beberapa kelakuan (oknum) perokok yang menyebalkan. Beberapa kelakuan ini, punya andil besar bikin nama perokok jelek.
Beberapa yang menurut saya menjengkelkan dari perokok adalah merokok dengan motoran, merokok di kendaraan umum, merokok sedang di dekatnya ada balita (ini sih edan), dan terakhir adalah mereka yang membuang puntung rokoknya di toilet umum. Tenanan, koen sing koyok ngnui diamput!
Nah, bagian membuang puntung rokok dalam toilet umum itu yang bagi saya benar-benar bikin emosi.
Membuang puntung rokok dalam toilet itu, selain bikin kotor, juga bikin bau rokoknya nggak hilang-hilang. Tembakau kena air itu baunya nggak menyenangkan. Kalau dibiarin lama, noda tembakau bisa menempel dalam waktu yang lama. Bersihinnya nggak gampang, Bos.
Saya tahu kalau merokok sambil boker itu nikmat. Katanya doang sih, kan saya bukan perokok. Teman-teman saya yang perokok menjelaskan boker sambil mengisap rokok adalah sebuah seni dalam mengaktualisasikan diri. Seseorang bisa mendapat inspirasi-inspirasi liar ketika boker sambil merokok, mulai dari judul skripsi sampai dengan alur cerita pendek dan potongan-potongan puisi. Kata seorang teman saya boker sambil merokok selain mendapat inspirasi juga bentuk dari multitasking. Daripada sekadar ngeden mending juga sambil ngudud, begitu katanya.
Saya bersyukur dengan teman-teman yang mendapat banyak hal dengan berlama-lama di toilet tanpa membawa HP untuk melakukan hal aneh lain. Tapi saya tidak ragu mendamprat teman saya atau bahkan orang yang tidak saya kenal yang berlama-lama ada di toilet kemudian meninggalkan puntung rokok dan abunya yang menjijikan.
Ketahuilah, wahai kalian yang suka merokok di toilet umum baik warkop atau minimarket pinggir jalan. Menggunakan toilet umum yang bekas digunakan orang merokok itu tidak nyaman. Bau asap kalian itu bertahan beberapa lama di dalamnya, sudah bau, pengap pula.
Belum lagi kalau bercampur dengan pesing. Asap dan bau rokok itu tidak seperti tai kalian yang bisa disiram dan lenyap. Jadi, jangan ditambah kebangsatan kalian itu dengan membuang puntungnya di WC, tapi bawalah puntung rokok kalian keluar dari toilet. Kalau tidak sanggup membuangnya, telan saja bersama tai kalian.
Kalau kalian nggak ngeh, toilet umum itu nggak tiap hari dibersihkan. Kalau dibersihkan tiap hari pun, apa kalian nggak kasihan sama petugasnya harus kerja dobel-dobel gara-gara polah kalian?
Carilah inspirasi sangar di toilet dengan ngudud, tak mengapa, apalagi di toilet kalian sendiri. Baik kalian yang bercita-cita menjadi seniman dan intelektual. Tapi perlu diingat, seniman dikenal dengan meninggalkan karya seninya, para intelektual juga dihargai dengan tulisan-tulisan akademisnya. Saya kira seniman dan intelektual tidak dikenal karena meninggalkan puntung rokok di toilet umum. Dan, membuang sampah—termasuk puntung rokok—tidak pada tempatnya hanya dilakukan oleh orang yang otaknya juga tidak pada tempatnya.