Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Anggapan Karya Fiksi Lebih Rendah dari Karya Nonfiksi Itu Konyol

Fadlir Nyarmi Rahman oleh Fadlir Nyarmi Rahman
18 September 2021
A A
karya fiksi UT kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

Share on FacebookShare on Twitter

“Betah amat koh mbacain novel anu khayalan thok padahal,” kata seorang teman kamar mes saya belum lama ini. Lain waktu sebelumnya, teman saya yang lain pernah berkomentar juga dan lebih mengarah ke book-shaming, “Aduh bacaanmu kok novel terus, banyakin baca yang nonfiksi dong biar nggak halu mulu.” Dan, dengan dasar menjaga hubungan pertemanan, maka tanggapan saya adalah cuma menghela napas berbunyi “huh”, tiada dapat yang lain soalnya. Meskipun dalam hati banyak yang ingin saya ungkap. Jadi, melalui tulisan inilah satu-satunya jalan damai.

Kedua komentar teman saya tersebut, tentu punya makna dan niat yang berbeda. Teman pertama itu murni karena heran dan mungkin belum pernah merasakan kenikmatan membaca novel atau karya fiksi, sementara yang kedua mau merendahkan jenis bacaan saya. Meski berbeda, tapi tetap ada persamaan antara keduanya. Bahwa mereka hanya berhenti pada pemahaman kalau karya fiksi adalah khayalan dan bualan semata, tidak lebih. Dan, hal ini adalah kekeliruan yang cukup meresahkan namun terus bertahan di lingkungan pergaulan kita.

Kita bisa melihatnya di Twitter belakangan ini. Bagaimana masih banyak orang yang merendahkan jenis bacaan orang, terutama karya fiksi. Dan kali ini, bahkan menjadi trending, adalah Jisoo personel BlackPink yang jadi korban book-shaming saat akun Twitter @readmenid mengunggah daftar bacaannya yang kebanyakan adalah novel.

Hal ini bisa kita lihat juga dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kita sering memakai kata “fiksi” untuk menggambarkan kebohongan atau sesuatu yang tak nyata. Memang tidak ada yang salah dengan itu. Fiksi memang sebuah karangan, buah imaji dari penulisnya. Namun, yang perlu untuk dipahami juga adalah bahwa kebohongan dan khayalan dalam karya fiksi itu sebuah kebenaran. Loh kok bisa?

Mario Vargas Llosa dalam esai berjudul Benarnya Kebohongan, yang termuat dalam buku terjemahan berjudul Matinya Seorang Penulis Besar (Immortal dan Octopus, 2018) menulis bahwa, “Fiksi adalah pengganti sementara kehidupan.” Maksudnya, kita dapat hidup dalam imaji yang tak nyata itu sehingga kita tergugah untuk mempertanyakan kehidupan nyata yang tidak ideal ini; menentang status quo.

Melalui karya sastra yang berkisah pencapaian harapan atau utopia tokohnya, misalnya, kita bisa hanyut di dalamnya. Untuk kemudian merasa heran dan resah mengapa kenyataan nggak seindah di sana. Nah, dari sinilah daya kritis dalam diri pembaca terpantik. Sebab, kenyataan tak pernah mengungkap secara jujur kebutuhan-kebutuhan itu, dan hanya karya fiksilah yang sanggup.

Atau, misalnya melalui kisah-kisah penderitaan atau distopia macam novel Bumi Manusia. Bagaimana Minke yang seorang pribumi selalu diperlakukan buruk oleh lingkungan yang terdidik itu. Bahkan, kekasihnya dirampas dari pelukannya. Kita hanyut di dalamnya dan menyadari bahwa kenyataan bisa seburuk itu, bahkan lebih. Sebagai contoh betapa magis pengaruh karya fiksi, novel tersebut bahkan memengaruhi pembaca untuk menentang Orba sehingga masuk daftar hitam di masanya.

Intinya khayalan-khayalan itu mampu, walau sedikit, memengaruhi pembaca untuk membelot pada kenyataan yang tidak memadai ini. Pun pada saat bersamaan, melalui sastra kita diantarkan pada keyakinan bahwa dalam situasi paling celaka pun, harapan tetaplah ada sehingga hidup ini layak diupayakan.

Baca Juga:

Mencoba Menyelesaikan Perdebatan Mana yang Lebih Maju, Kebumen atau Purworejo

Bus Sleeper (Jelas) Lebih Unggul daripada Kereta Eksekutif, Ini Alasannya!

Eka Kurniawan pun dalam sebuah acara di Kafe Basabasi, pernah menyatakan hal serupa. Bahwa karya sastra mungkin tidak bisa mengubah dunia tapi bisa mengubah cara pandang kita pada dunia. Jadi, sebuah fiksi tidaklah murni kebohongan atau membohongi. Sebab, ia bukan bertugas merekam kehidupan manusia apa adanya seperti karya nonfiksi, melainkan menampakkan kebenaran atau kedalaman hasrat, nafsu, penderitaan, dan kondisi psikologis lain yang mustahil dibeberkan di kehidupan nyata maupun karya nonfiksi. Dengan kata lain, dengan membaca buah khayalan itu, kita sebagai pembaca juga semakin merasa nyata.

Maka, anggapan bahwa karya fiksi melulu khayalan yang tak layak dipercayai bahkan dibaca, menjadi keliru. Pada kenyataannya, secara sadar maupun tidak, pembaca fiksi pun bisa sampai pada pemahaman yang kritis. Toh, daya kritis tidak dimonopoli karya nonfiksi. Kalau oleh beberapa pembacanya yang snob lah, mungkin iya. Hehehe.

Lebih jauh, Vargas Llosa masih dalam esai yang sama, bahkan memiliki pandangan ekstrem, bahwa kenyataanlah yang justru kerap membohongi. Mengapa? Sebab ia dibentuk oleh doktrin-doktrin untuk memuluskan kepentingan penguasa seperti pengarangan sejarah yang sebenarnya palsu, contohnya. Saya kira, beliau sedang merujuk pada ungkapan bahwa sejarah ditulis oleh penguasa. Ya, kita juga tahu sendiri kalau kita itu korban kebohongan Orba melalui narasi antikomunisnya. Dengan demikian, kenyataan yang dibentuk oleh kebohongan macam itu mendorong kita ke jurang penderitaan.

Dari situlah, kehadiran karya fiksi menjadi tak kalah penting untuk bikin kita sadar, atau minimal resah terhadap apa yang sedang kita jalani. Maksudnya, oleh sebab dunia fiktif, kita jadi nggak bisa lagi main “ikhlasin aja”. Sebab ada kebenaran yang indah melalui khayalan atau utopia yang didapatkan dari karya fiksi sehingga dalam kenyataan hidup kita harus memperjuangkannya.

Maka, apa pun jenis bacaan yang ada punya pengaruh yang sama pentingnya. Tak ada yang lebih unggul dari yang lainnya kecuali kesombonganmu itu. Jadi, berhentilah berpikir bahwa fiksi cuma bualan belaka sampai kamu merasa boleh merendahkannya. Sebagai penutup, perlu ditekankan bahwa saya, kamu, Jisoo, atau siapa pun berhak memilih bacaan apa pun tanpa perlu merasa unggul satu sama lain.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 September 2021 oleh

Tags: Fiksikarya sastranonfiksiperbandingan
Fadlir Nyarmi Rahman

Fadlir Nyarmi Rahman

Seorang radiografer yang sedikit menulis, lebih banyak menggulir lini masa medsosnya. Bisa ditemui di IG dan Twitter @fadlirnyarmir.

ArtikelTerkait

pembunuh

Orang Lain Menyebutnya Pembunuh

17 September 2019
Pantai Papuma Jember Pantas Dinobatkan sebagai Objek Wisata Alam Termahal di Jawa Timur

Orang Jember Iri sama Jogja Itu Nggak Masuk Akal, Nggak Usah Mengada-ada deh!

20 Juli 2023
Jasa Screenshot iPhone, Bisnis yang Lebih Nyeleneh dari Sewa iPhone dan Nyelenehnya Lagi, Saya Ikutan Nyoba android

Setelah 3 Tahun Pakai iPhone, Saya Paham Kenapa Remaja Lebih Memilih iPhone ketimbang Android

29 Maret 2024
Jogja atau Solo: Mana yang Lebih Nyaman untuk Ditinggali?

Jogja atau Solo: Mana yang Lebih Nyaman untuk Ditinggali?

13 Juli 2022
plagiat

Kok Bisa ya Ada Orang Kepikiran buat Plagiat

17 Juni 2020
senja hari minggu

Senja Kelabu di Hari Minggu

23 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.