Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Pria Ini Hidupnya Nyaris Berakhir Karena Tulisannya Ditolak Redaktur Mojok

Abul Muamar oleh Abul Muamar
15 Mei 2019
A A
ditolak

ditolak

Share on FacebookShare on Twitter

Penyebab bunuh diri bisa apa saja. Bisa karena patah hati, putus cinta ditinggal kekasih, gagal tes PNS, gagal berangkat ke luar negeri, dan macam-macam lainnya. Orang yang melakukannya juga bisa siapa saja. Bisa itu orang yang ditinggal nikah pacarnya, orang yang gagal lolos PNS, orang yang gagal pergi ke luar negeri, orang yang baru dipecat atasan, istri yang suaminya selingkuh, lulusan Australia yang nggak nemu-nemu pekerjaan, bintang film, penyanyi, politisi, maupun–yang katanya paling keren, tapi kere—penulis.

Baru-baru ini, ada seorang pria yang bunuh diri karena tulisan-tulisannya terus-terusan ditolak oleh redaktur Mojok. Meski ditolak dengan halus dan sopan, sertai digombali pula dengan kata-kata ‘Mas yang baik’, pria itu tetap frustasi dan akhirnya ia bunuh diri.

Jangan heran kenapa penulis—orang yang selalu berpikir—bisa bunuh diri. Wong penulis kenamaan dan peraih nobel sastra macam Ernest Hemingway dan Yasunari Kawabata saja melakukannya, kok.

Hemingway, misalnya. Penulis novel ‘The Old Man and The Sea’ itu bunuh diri dengan cara menembak kepalanya dengan senapan pada Minggu pagi, 2 Juli 1961. Entah benar atau tidak, banyak orang percaya bahwa keluarga Hemingway mengidap penyakit turunan yang dikenal sebagai hemokromatosis—suatu penyakit yang menyebabkan depresi akibat konsentrasi zat besi yang berlebihan di dalam darah. Buktinya, ayah Hemingway, Clarence Hemingway, serta dua saudaranya Ursula Hemingway dan Leicester Hemingway, serta cucunya Marguax Hemingway, juga mati bunuh diri

Lalu, Kawabata. Ia adalah penulis Jepang pertama yang meraih Nobel Sastra, tepatnya tahun 1968, berkat karya-karya adiluhung seperti ‘Negeri Salju’, ‘Seribu Burung Bangau’, dan ‘Ibu Kota Lama’. Ia bunuh diri dengan meracuni dirinya dengan gas pada tahun 1972. Menurut spekulasi yang berkembang saat itu, Kawabata bunuh diri karena terus dihantui oleh almarhum sahabatnya yang juga penulis hebat—Yukio Mishima—yang juga bunuh diri dua tahun sebelumnya, dengan cara merobek perut.

Lho, tapi kan, cuma gagal nembus Mojok doang? Ah, tak ada tapi-tapi. Pokoknya, tulisan ditolak itu menyakitkan, apalagi berkali-kali. Seandainya masih hidup dan mereka mau mengirimkan tulisannya ke Mojok, Hemingway dan Kawabata mungkin juga akan kesal kalau ditolak. Mereka pasti akan heran, ‘Tulisanku sudah di mana-mana dan sudah diterjemahkan di banyak negara, kok bisa ditolak ya sama Mojok?’

Tanpa maksud mengikuti jejak Hemingway dan Kawabata, pria itu lantas nekat bunuh diri setelah puluhan tulisannya selalu ditolak oleh redaktur Mojok—kadang ditolak dalam tempo dua hari. Kadang dibuat baper dulu selama seminggu, sampai surat cinta penolakan itu pun akhirnya masuk ke emailnya. Kadang-kadang lainnya ditolak tanpa ada pemberitahuan sama sekali.

Pria itu bukannya tak berusaha. Sebelum bunuh diri, ia terus belajar memahami bagaimana selera redaktur Mojok. Ia tahu bahwa redaktur Mojok suka tulisan-tulisan yang lucu dan nyeleneh, namun tetap berbobot, kreatif, dan cerdas. Ya, walaupun sesekali, ia juga menemukan tulisan-tulisan yang setelah dibacanya sampai tuntas, tidak ada bobot kecerdasannya dan tak ada lucu-lucunya sama sekali.

Baca Juga:

Beberapa Alasan untuk Tidak Menulis di Terminal Mojok

Belajar Menembus Jutaan Pageviews dari Agus Mulyadi

Meski begitu, pria itu sepenuhnya mafhum bahwa penilaian itu relatif. Cerdas, berbobot, dan lucu bagi redaktur Mojok, belum tentu cerdas, berbobot, dan lucu bagi dirinya. Begitu pun sebaliknya. Maka, berkali-kali ia mengirim tulisan yang ia anggap cerdas, berbobot, dan lucu, tetap saja ditolak karena barangkali tidak demikian di mata redaktur Mojok yang membaca.

Di detik-detik keputusannya bunuh diri, pria itu merasa, bagaimana pun ia tak akan bisa seperti Haris Firmansyah, yang tulisan-tulisannnya nongol tiga hari sekali, atau paling lama tujuh hari sekali. Ia juga tak akan bisa seperti Alexander Arie, Novi Basuki, atau Kalis Mardiasih, Esty Diah Imaniar, atau Iqbal Aji Daryono, atau Edi AH Iyubenu. Bahkan, untuk mengimbangi Irvan Fadhil, bocah SMA itu saja ia tidak bisa.

Yang bikin pria itu tambah kesal, redaktur Mojok seolah membohonginya. Kalau bukan membohongi, ya mengejek namanya. Masak iya, Mojok memuat artikel-artikel yang hanya butuh waktu seperminuman kopi saja untuk menulisnya, tulisan yang dihasilkan sambil boker, saat naik angkot, atau saat nunggu kereta. Ah, yang betul aja! Ini hoaks paling menyesatkan! Penulis-penulis yang tulisannya dimuat di Mojok—hayo ngaku—berapa lama kalian menuliskan tulisan-tulisan kalian itu?

Belakangan, Mojok menyediakan Terminal Mojok, sebuah platform User Generated Content (UGC). Selain sebagai wadah bagi orang-orang yang ingin menuangkan uneg-uneg, Terminal Mojok juga semacam tempat pelarian bagi orang-orang yang tulisannya ditolak oleh redaktur-redaktur Mojok. Seperti tulisan-tulisan pria yang bunuh diri itu. Beberapa tulisannya yang pernah ditolak oleh redaktur Mojok, kini terpampang cantik di Terminal Mojok.

Oh Tuhan, ternyata redaktur Mojok baik juga—menolak cinta tapi menyediakan tempat pengalihannya. Coba kalau orang yang mau kita tembak juga begitu, kan enak, bisa cepat move on kita.

Maka begitulah. Setelah capek berusaha agar tulisannya bisa diterima oleh redaktur Mojok, pria itu lantas memutuskan “bunuh diri” (dengan tanda petik—yang di awal tulisan sengaja tidak dibuat). Bukan dengan cara menembak kepala atau minum racun tentunya, melainkan dengan menulis “Pria Ini Bunuh Diri Karena Tulisannya Ditolak Terus oleh Redaktur Mojok”. Ya, tulisan nirfaedah yang sedang kalian baca ini.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2021 oleh

Tags: Ditolak RedakturRedaktur Mojok
Abul Muamar

Abul Muamar

Petualang, pengincar buah-buahan yang tumbuh di pinggir jalan.

ArtikelTerkait

Beberapa Alasan untuk Tidak Menulis di Terminal Mojok

Beberapa Alasan untuk Tidak Menulis di Terminal Mojok

13 Februari 2021
pageviews ala agus mulyadi

Belajar Menembus Jutaan Pageviews dari Agus Mulyadi

2 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.