Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Terlahir sebagai Laki-laki, Jawa, dan Islam Adalah Privilese yang Tak Boleh Kami Dustakan

Fadlir Nyarmi Rahman oleh Fadlir Nyarmi Rahman
30 Juli 2021
A A
Terlahir sebagai Laki-laki, Jawa, dan Islam Adalah Privilese yang Tak Boleh Kami Dustakan terminal mojok.co

Terlahir sebagai Laki-laki, Jawa, dan Islam Adalah Privilese yang Tak Boleh Kami Dustakan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kelas sosial bukan barang gaib di kehidupan bernegara kita. Ia ada, nyata, dan dimiliki oleh kita semua. Dan pemuncak kelas ini adalah seorang laki-laki, Jawa, Islam, dan kaya. Jika kamu punya minimal dua dari kriteria itu, kamu beruntung. Lantaran kamu punya keuntungan ini, dalam kehidupan sosial mestinya nggak boleh jahat!

Selain kamu manusia, sebab ada kelas lain juga yang sama sekali tak memiliki kriteria tersebut. Lantas, mereka dipaksa harus hidup berdampingan serta mengikuti sistem sosial pemuncak kelas. Dengan kata lain, mereka tertindas secara sistemik dan struktural, seperti kemiskinan di negara ini, bisa dibilang.

Sayangnya, sering kali dengan privilese yang demikian timpang jika dijejerkan sama mereka yang tertindas ini, kami denial. Saya sebut kami, sebab seorang lelaki Jawa dan Islam, tapi nggak kaya seperti saya, jumlahnya bejibun. Gobloknya, kami sangat yakin bahwa posisi ini biasa saja dan tak menguntungkan sama sekali. Akan tetapi, yang tak kami sadari adalah kami hidup di negara yang sangat Jawasentris sehingga diskriminatif. Dengan demikian, bahkan minimal orang Jawa saja secara otomatis punya modal lebih dari yang di luar sana, apalagi kami.

Sebelum lanjut, tentu saya sedang berkaca pada kejadian baru-baru ini yang dialami seorang warga Papua yang di-bully dengan diinjak kepalanya oleh anggota TNI AU. Lantas, ada orang seperti kami dengan segala privilesenya bilang bahwa kejadian ini terlepas dari isu rasisme. Oh, betapa anjingnya.

Denial dengan opini jeleknya itu semakin membuktikan bahwa banyak dari kami tak menyadari posisi menguntungkan ini. Mungkin karena kami memperolehnya begitu ceprot saat lahir yang kebetulan dari rahim seorang Jawa dan kemudian besar di atas tanahnya. Dipikir-pikir, dengan tak menyadari hal ini saja, sudah merupakan dosa sosial yang cukup besar. Sebab mau tak mau, ketidakadilan begitu menguntungkan kami. Dari segi akses ke banyak hal, perlakuan yang lebih, dan yang penting tak pernah menjadi korban rasisme dan diskriminasi. Di luar kami, tentu banyak yang tak memilikinya bahkan menjadi korbannya.

Tak menyadari privilese saja sudah dosa besar, kok ya malah punya opini sejelek itu? Parahnya tak sedikit pula yang setuju dengannya.

Maksud saya, bayangkan saja jika korbannya adalah kami, tentu tak akan sampai hati kedua anggota itu menginjak kepala kami. Paling cuma dibentak, dicengkeweng, atau ditampar. Tak mungkin kami mendapat perlakuan sedemikian merendahkannya di hadapan kemanusiaan.

Kita tahu, sudah banyak kasus diskriminasi terhadap orang Papua. Mulai dari dikatai monyet, tempat tinggalnya diserang, tak diterima oleh masyarakat, dan lain-lain. Semua itu penyebabnya cuma satu: mereka bukan orang Jawa.

Baca Juga:

Culture Shock Orang Jakarta Ketika Pertama Kali ke Jayapura, Ternyata Nggak Terpelosok seperti dalam Bayangan

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

Sebagai orang Jawa, kami punya akses kesehatan, pendidikan, dan tetek bengek lainnya dengan kualitas yang lebih baik. Kami dinilai lebih “unggul” dan lebih paham dalam berbagai hal. Padahal, bisa jadi kami hanya sok tahu. Olokan yang disematkan pada orang Jawa, palingan mentok dikatain kuli. Tapi, bukankah kuli masih manusia yang bermartabat karena itu adalah pekerjaan halal? Bukan olokan binatang seperti yang sering mereka dapatkan. Apakah masih sulit untuk mendustakan privilese ini?

Oleh karena itu, kami nggak boleh jahat dengan privilese ini. Jangan sampai kami jadi ikan di akuarium yang nggak percaya bahwa ada orang yang pakai pukat harimau untuk membunuh ikan-ikan di laut bebas sana.

BACA JUGA Saya Terlahir sebagai Anak Papua dan Saya Mensyukuri Banyak Hal atau tulisan Fadlir Nyarmi Rahman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: diskriminasiJawalelakipapuaPojok Tubir TerminalPrivilese
Fadlir Nyarmi Rahman

Fadlir Nyarmi Rahman

Seorang radiografer yang sedikit menulis, lebih banyak menggulir lini masa medsosnya. Bisa ditemui di IG dan Twitter @fadlirnyarmir.

ArtikelTerkait

31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali, Terus Kenapa 31 Negara Mencekal Pelancong dari Indonesia?

14 Juli 2021
Lips Service dan Politik Abang-abang Lambe terminal mojok.co

Lips Service dan Politik Abang-abang Lambe

29 Juni 2021
laptop merah putih proyek ambisius mojok

Laptop Merah Putih dan Hasrat Berdikari yang Amat Besar dari Pejabat Negara Kita

27 Juli 2021
laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Vaksinasi Berdasarkan Domisili KTP itu Blas Ora Mashok!

23 Juni 2021

Mixed Feeling HRD Saat Mengetahui Ada Karyawan yang Ajukan Resign

2 Juni 2021

5 Alasan BTS Meal Wajib Dimiliki Seorang Army!

10 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang Mojok.co

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

9 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Alasan Orang Lamongan Lebih Sering Healing ke Tuban daripada Gresik

Alasan Orang Lamongan Lebih Sering Healing ke Tuban daripada Gresik

9 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.