Ketika seseorang sudah jatuh ke dunia ke-Korea-an cukup dalam, besar kemungkinan ia bakal belajar bahasa Korea. Rasanya kurang afdal kalau ngaku suka K-Pop atau K-Drama, tapi bahasa Korea yang diketahui masih sebatas “Annyeonghaseyo” atau “Saranghaeyo”.
Dalam rangka belajar dan mewujudkan wishlist untuk bisa lancar berbahasa Korea, banyak cara yang ditempuh. Beberapa cara yang saya lakukan, misalnya nonton konten Korea sebanyak-banyaknya, membiasakan diri dengan aksen dan pengucapan bahasa Korea lewat lagu dan dialog drama, sampai ikut kelas bahasa Korea. Selain itu, kalau saya perhatikan, banyak orang Indonesia yang kepingin ngobrol langsung dengan orang Korea. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk praktik berkomunikasi dengan penutur aslinya langsung.
Menemukan orang Korea yang bersedia jadi teman latihan ini susah-susah gampang dan kebetulan saya pernah mengalaminya. Dulu saya selalu menyempatkan diri untuk mencari teman dari luar negeri untuk bertukar pesan setiap kali merasa gabut. Berhubung saya lebih suka mengirim pesan yang langsung panjang dan bukannya chat real-time, saya lebih sering menyambangi website, seperti Student of the World atau Interpals. Saya nggak begitu sreg dengan aplikasi chat online dengan orang luar negeri karena terlalu banyak fitur yang kurang penting ditambah dengan ukuran aplikasinya yang terlalu besar untuk HP saya yang dulunya tergolong kentang.
Saat mulai serius belajar bahasa Korea, saya juga pengin bisa latihan bersama orang Korea langsung. Tapi pesan yang saya kirim buat mereka jarang banget dibales, padahal mereka baca atau minimal online. Kejadian ini berulang sampai beberapa tahun. Rupanya, beberapa mutual saya di Twitter yang lagi belajar bahasa Korea juga mengalami hal yang serupa. Teman Korea nggak berhasil mereka dapat, yang ada mereka malah capek sendiri setelah chat sana sini.
Berdasarkan pengalaman dan observasi yang saya lakukan bersamaan dengan patah hati karena pesan saya dikacangin, saya menemukan beberapa kemungkinan alasan mengapa mereka nggak membalas pesan saya—dan mungkin juga pesan kalian.
#1 Nggak semua orang Korea suka K-Pop
Saya yakin sebagian besar orang yang ngirim pesan ke orang Korsel pasti menanyakan perihal idola mereka, begitu juga dengan saya. Nyatanya, ada orang Korsel yang bukan pendengar musik K-Pop. Ada, lho, orang Korea yang suka musiknya Alan Walker, Bebe Rexha, dan musisi Barat lainnya. Saya pernah menjumpai orang Korsel yang memasang caption di bio-nya bahwa ia nggak sudi menerima kiriman pesan yang menanyakan soal BTS, NCT, atau grup K-Pop lainnya. Ada juga yang memasang nama-nama penyanyi Barat di halamannya dengan harapan biar pengunjung halamannya tahu bahwa ia bukan penggemar K-Pop.
Kalau kalian pikir ini nggak masuk akal, coba lihat di sekeliling kalian. Dangdut adalah musik khas Indonesia dan hampir tiap hari kita mendengar musik dangdut di mana-mana. Tapi, apakah lantas semua orang gemar mendengarkan musik dangdut? Nggak juga, kan?
#2 Pesan yang mereka terima sudah overload
Jumlah orang Korea yang menggunakan website di luar buatan negaranya sendiri itu sedikit. Kalaupun ada, lazimnya mereka nggak seaktif itu dalam memanfaatkannya. Kuantitas mereka yang terbatas ini jadi bahan rebutan seluruh warga dunia. Setiap ada profil orang Korea yang muncul di rekomendasi atau sedang online, pasti ratusan hingga ribuan orang yang langsung nge-chat di direct message atau meninggalkan pesan di beranda. Mereka pasti sudah males duluan buat balesin satu-satu, apalagi kalau ketemu pesan yang rese. Sudah kayak admin saja. Bedanya, yang ini tanpa bayaran.
Memang perlu diakui kalau banyak banget orang, terutama mereka yang sudah terpapar K-Pop, yang kepingin lancar berbahasa Korea. Coba saja kalian klik profil para pengguna dari luar negeri. Pasti banyak yang pasang bio bahwa mereka lebih berminat nge-chat orang Korea asli buat belajar bahasa Korea. Nah, perlu digarisbawahi kalau kelangkaan ini masih dipengaruhi lagi sama dua poin di bawah.
#3 Orang Asia Tenggara bukan favorit
Inilah yang sering saya temui waktu mencari teman di Interpals. Banyak banget user dari Korea Selatan yang memblokir negara-negara yang bukan masuk daftar negara favorit mereka dan Indonesia seringkali jadi salah satunya. Nggak hanya sekali dua kali saya menemukan pengguna yang mengatur agar dirinya cuma bisa menerima pesan dari orang-orang Eropa dan Amerika Utara, alias mereka yang berkulit putih.
Teman ARMY saya yang berasal dari Filipina juga pernah mengalami hal pahit waktu ngobrol sama orang Korsel. Dia yang bahasa Inggrisnya sudah lancar banget ini dikira orang Amerika Serikat oleh pengguna Twitter yang berasal dari Korsel. Setelah teman saya ini ngaku kalau dia dari Filipina, orang Korsel tersebut langsung meninggalkannya karena kecewa teman saya bukan orang AS.
#4 Wajib sopan banget
Beberapa waktu lalu, sebuah base yang memfasilitasi pengiriman menfess mengenai bahasa Korea juga memberikan tips bagi para pembelajar bahasa Korea. Base tersebut mewanti-wanti agar kita nggak secara random nge-chat orang Korea tanpa kenal secara personal. Katanya, tindakan itu berpeluang dianggap nggak sopan oleh orang Korea.
⚠️ Sensitive tweet
Thread kali ini agak sensitif untuk beberapa orang, mengenai pendapat dan peraturan base untuk share tentang chat dengan native speaker. pic.twitter.com/WuAoAhP0Cx
— ON | BAKORFESS (@BakorFess) July 19, 2021
Perlu diketahui kalau orang Korea memang cukup beda dari orang Indonesia. Orang sana lumayan tertutup dan menghormati privasi. Belum lagi waktu nge-chat, kita juga harus memperhatikan kata sapaan dan tata bahasa soalnya percakapan antara orang yang belum dikenal, sudah dikenal tapi lebih dihormati, dan sudah kenal dekat itu berbeda-beda. Mumet nggak? Mumet lah, masa nggak.
Memang di luar sana nggak semua orang Korea susah untuk diajak temenan. Tapi kalau seandainya kalian kesulitan buat cari teman native Korea, nggak usah sedih. Ada banyak jalan menuju ke Roma, masih banyak cara yang bisa kalian tempuh untuk fasih berbahasa Korea. Teman-teman Indonesia sesama pembelajar bahasa Korea banyak banget, kok. Kelas-kelas gratis yang diadakan oleh kampus-kampus yang punya program studi bahasa Korea juga bejibun. Atau kalian bisa juga latian berkomunikasi memakai bahasa Korea dengan cara caper ke idol di Weverse atau Instagram. Nggak di-notice mah nggak apa-apa. Ada temennya, kok, yaitu saya. Huhuhu.
BACA JUGA Panduan Memakai Kata ‘Kamu’ dalam Bahasa Korea biar Nggak Bikin Tersinggung dan tulisan Noor Annisa Falachul Firdausi lainnya.