Sehari yang lalu saya sedang mencari kontrakan adem ayem, jauh dari peradaban, dan tidak satu rumah dengan pemilik kos. Setelah lama memilih foto yang cocok dari unggahan di Instagram, kami coba menghubungi nomor WA yang tertera. Saya dan kawan mencarinya di akun-akun penyedia jasa pencarian kos-kosan atau kontrakan.
Ternyata, tiap unggahan mempunyai narahubung yang sama. Saya kira setiap foto kontrakan atau kos-kosan yang diunggah di feed Instagram punya nomor yang berbeda-beda—sesuai pemiliknya.
Saya menyebutnya makelar kontrakan. Sebuah bisnis baru yang tak akan pernah kehilangan peminat dan pasar (menurut saya).
Bisnis ini bekerja dengan sistem operasi digital dan jaringan komunikasi. Melalui platform media sosial, makelar kontrakan menjadi penghubung para pencari tempat tinggal untuk studi atau menginap—terutama mahasiswa. Umumnya daerah sekitar kampus, sekolah, dan segala tempat yang memungkinkan orang untuk menetap dalam jangka waktu lama.
Mengapa saya bilang bisnis ini tidak akan kehilangan pasar? Biar saya ceritakan. Bisnis ini pasarnya adalah mahasiswa (sebagian besar). Kita tahu bahwa tahun demi tahun mahasiswa selalu beregenerasi. Kampus membuka pendaftaran dan mahasiswa datang untuk merantau, ya meskipun tidak semuanya.
Mahasiswa, terutama yang jauh dari rumah tentu memerlukan kontrakan atau kos-kosan sebagai tempat sementara untuk menempuh studi di kampusnya. Di zaman digital, segalanya sudah menjadi sederhana. Akses info terhadap pemilik kontrakan atau kos bisa dilihat melalui platform media sosial seperti Instagram, Facebook, bahkan ada aplikasi yang sudah mengintegrasikan seluruh info kontrakan dan kos-kosan dari seluruh Indonesia.
Bisnis ini mudah dilakukan jika calon makelar kontrakan memahami daerah dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga sekitar. Perangkat teknis yang dibutuhkan hanya HP dengan spesifikasi lumayan, paling nggak berkamera cukup bagus, akun Instagram, kuota yang memadai, dan kendaraan untuk survei menemani calon yang akan bermahar.
Makelar menjadi jalur penghubung mahasiswa dan pemilik kos-kosan atau kontrakan. Dulu, jika kita memerlukan kos-kosan atau kontrakan, paling nggak harus bertanya minimal kepada penghuni kos yang lain atau ketua RT setempat. Itu pun mereka belum tentu mau direpotkan buat menemani survei sampai menemukan tempat yang cocok. Mahasiswa mempunyai kesibukan berupa tugas atau sekadar rebahan sedangkan RW setempat tentunya juga mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan hanya karena menemani mahasiswa yang mencari tempat tinggal. Tentunya itu memerlukan waktu yang lama. Sekali nemu belum berarti langsung cocok.
Oleh karena itu, dibutuhkanlah makelar kontrakan. Mereka hadir untuk menemani para mahasiswa yang sedang sibuk mencari kontrakan dan segera. Tentunya dengan segala kelengkapan dan sesuai dengan keinginan.
Lalu di mana letak keuntungan bisnis ini?
Melalui komunikasi dengan pemilik kontrakan dan kos-kosan, makelar memasang harga dari yang ditawarkan oleh pemilik kontrakan. Dia bisa berembuk dengan pemilik kontrakan dengan sistem ambil persenan atau kesepakatan untuk menambah tarif makelar. Sistem ambil persenan adalah bagi hasil antara pemilik kontrakan dan makelar. Sedang sistem tarif makelar adalah dengan menambah harga pada tarif yang ditawarkan oleh pemilik kontrakan.
Hal ini juga memudahkan pemilik kontrakan agar segera mendapatkan peminat. Melalui foto yang diunggah di media sosial, calon peminat mempunyai gambaran dan detail kontrakan tersebut sebelum menempatinya. Admin bisa berkreasi dengan desain grafis menarik dan interaktif. Oleh karena itu, unggahan konten di Instagram perlu dipikirkan dengan saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnya. Ingat, di zaman sekarang, media sosial (paling sering Instagram) menjadi representasi dari perusahaan.
Di masa pandemi sekarang, bisnis ini pun juga terkena dampaknya. Sedikit mahasiswa di kampus dan mencari kontrakan. Hanya mahasiswa semester uzur yang harus bolak-balik ke kampus sehingga mereka memerlukan kontrakan atau kos-kosan. Atau yang lainnya adalah mahasiswa maniak organisasi yang mencari kontrakan ideal untuk berorganisasi. Kontrakan yang adem, ayem, tentram, hijau, jauh dari peradaban, dan tentunya tidak dempet-dempetan dengan ibu kos agar bisa gemboran.
Bisnis makelar kontrakan bisa jadi pilihan mahasiswa yang mager buat kerja rodi angkat sana angkat sini. Yang mereka perlukan hanyalah konsisten dan mau bergaul dengan warga. Semua orang bisa melakukannya. Bisnis makelar bisa menjadi gerbang awal mengelola bisnis digital dengan sederhana dan keuntungan yang cukup paripurna.
BACA JUGA Semua Warga Jogja itu Ramah, kecuali Bapak Kos dan tulisan Abdul Manan lainnya.