Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja

Imam Nurlaksono oleh Imam Nurlaksono
16 Maret 2021
A A
Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja mojok.co/terminal

Tidak Semua Setan Betah di Kota Jakarta, Tidak Semua Malaikat Nyaman di Jogja mojok.co/terminal

Share on FacebookShare on Twitter

Sejak hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya, saya menyadari secara tidak langsung mulai ada timbulnya perasaan dendam pada kota tempat di mana saya lahir. Sulit untuk diakui, tapi Kota Jakarta memang kerap memberikan hal-hal destruktif yang umumnya hanya didapatkan oleh mereka yang sudah keluar dari tempat mereka dilahirkan itu untuk kemudian pergi ke kota lain hanya untuk melanjutkan tujuan hidup. 

Mulai peristiwa kecil yang terjadi jika seseorang bertanya, “Aslinya dari mana Mas/Mbak?” Jika hal itu terjadi di suatu desa yang mungkin menjadi korban sentralisasi ibu kota, biasanya cukup banyak raut wajah yang mulai berubah ketika saya bilang “Aslinya dari Jakarta.” Memang tidak selalu menimbulkan respons negatif, namun tidak banyak juga yang merespons dengan positif. Sayangnya, mengapa percakapan basa basi di awal yang seharusnya bisa menjadi pencair suasana, malah menjadikannya dingin dan betulan basi?

Ya memang sih stereotip bahwa Kota Jakarta sebagai kota ibu kota cenderung membuatnya terasa istimewa karena adanya pengaturan kewenangan dari pemerintah. Tapi, di luar urusan tersebut apakah dapat dibenarkan bahwa semua orang dari Jakarta adalah bagian dari yang ikut merasakan hak-hak khusus ibu kota? Apakah orang yang memikirkan hal seperti itu pernah merasakan saat mereka ingin makan namun tak ada tetangga yang mengkhawatirkan hidupnya? Apakah semua dari mereka yang tinggal di ibu kota terpenuhi kebutuhan batinnya? Pernahkah ia berkunjung ke barat Kota Jakarta?

Apakah berita tentang angkuhnya Kota Jakarta lantas membuat orang-orangnya juga bersifat angkuh? Memang siapa sih penghuni Jakarta? 

Mencoba untuk memahami berbagai persoalan tersebut, saya pun mencari kota yang biasa disebut istimewa dan baik sebagai obat, ya, saya kemudian ingin memahami Yogyakarta sebagai antitesis Kota Jakarta. Saya pergi ke Yogyakarta untuk kembali memahami arti “rumah” itu sendiri.

Ternyata kota yang juga dijuluki sebagai kota pelajar ini telah membantu saya untuk menemukan jawaban tersebut.

Secara tidak langsung Jogja memberikan beberapa hal yang tak saya dapatkan di Jabodetabek. Bagaimana suatu interaksi dapat terjaga dengan sistem kebudayaan yang selalu terjaga, bentuk terimakasih yang tak ada habisnya, menjadikan manusia seperti layaknya makhluk hidup yang memiliki salah dan benar.

Ternyata Jogja mempunyai humor yang cukup baik bagi saya. Ia memberi tahu bagaimana kehidupan dasar yang memang sudah seharusnya terjadi, hal-hal yang mungkin jarang dibawa ke ranah dasar. Jogja merupakan kota istimewa dengan romantisme yang akan membuat siapa saja pengunjungnya merasa nyaman. Memang hal tersebut tidak salah bagi mereka yang hanya berkunjung untuk sesaat. Butuh waktu menetap yang lebih untuk mengerti bagaimana jenakanya Jogja.

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Saya cukup telat untuk sadar dan yakin bahwa suatu kota tidak dapat dinilai hanya karena bentuk perilaku mayoritas penduduknya. Jogja juga sama seperti Kota Jakarta, ia didatangi oleh banyak manusia dari berbagai daerah dengan karakternya masing-masing. Tidak semua kehidupan di Jogja itu adem ayem, tidak semua momen yang tercipta itu selalu menghasilkan memori yang baik untuk dikenang. Segala kekacauan ibu kota juga dirasakan di daerah istimewa ini. Tinggallah lebih lama di Jogja untuk mengerti beberapa hal yang mungkin dapat membuat kita merasakan bahwa Jogja dan Jakarta tidak jauh berbeda.

Banyak hal yang saya dapatkan dari pengalaman yang sudah saya lalui selama berpindah-pindah ke beberapa kota. Dengan segala penilaian subjektif terhadap seseorang hanya berdasarkan dari mana ia berasal, penilaian tersebut bisa sama sekali keliru. Setiap orang tidak dapat ditentukan karakteristiknya hanya dari stereotip terkait budaya, lingkup sosial, ataupun kota kelahiran.

Berhenti memukul rata bahwa mereka yang berasal dari kota itu sama seperti apa yang kalian konsumsi dari berbagai media. Pada dasarnya kita semua ya memang manusia, siapa yang tidak pernah berbuat dosa lalu merasa dirinya suci di antara lainnya? Setiap orang selalu mempunyai porsinya masing-masing untuk menjadi setan atau malaikat, mari berhenti untuk saling menghakimi.

Tidak semua orang dari Kota Jakarta berwatak seperti setan. Tidak semua yang nyaman di Jogja otomatis berhati malaikat, ramah, dan sabar. Kedua kota ini sama-sama ramai oleh pendatang, ramai oleh karakteristik yang beragam. Jakarta menuntutmu serba cepat, Yogyakarta mungkin sebaliknya, mengharuskanmu sabar. Namun, keduanya menyimpan sekam masing-masing. Saya kemudian menyadari bahwa dendam akan kota kelahiran tidaklah tepat. Pun dengan memuja-muja kota “pelarian” yang dibilang istimewa ini. Lingkungan sosial bukan rumus matematika yang pasti diketahui setelah kita “menghitung” karakteristik orangnya.

BACA JUGA Pengalaman Konyol Orang Jawa Timur yang Merantau ke Jakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Maret 2021 oleh

Tags: JakartaJogjaKehidupan Sosialperantau
Imam Nurlaksono

Imam Nurlaksono

Saya Imam Nurlaksono, lahir di Jakarta, tinggal di rumah bersama orang tua di kota Tangerang. Saat ini saya berkuliah di Universitas Teknologi Yogyakarta, Program studi Ilmu Komunikasi. Saat ini saya sedang menempuh semester delapan.

ArtikelTerkait

Penutupan Plengkung Gading Adalah Kecemasan Terbesar Saya Sebagai Penglaju Bantul-Sleman Mojok.co

Penutupan Plengkung Gading Adalah Kecemasan Terbesar Saya sebagai Penglaju Bantul-Sleman

23 September 2025
Jalan Kaliurang Jogja: Udah Makin Macet, Lubangnya Berlipat Ganda, Bikin Susah Pengendara Motor!

Jalan Kaliurang Jogja: Udah Makin Macet, Lubangnya Berlipat Ganda, Bikin Susah Pengendara Motor!

25 Februari 2024
Membayangkan Betapa Nelangsa Jogja kalau UGM Tidak Pernah Berdiri Mojok.co

Membayangkan Betapa Nelangsa Jogja kalau UGM Tidak Pernah Berdiri

3 April 2025
Sleeper Bus_ Transportasi Roda Karet Paling Nyaman_ terminal mojok PO Bus mudik

Rekomendasi PO Bus untuk Mudik dari Jakarta ke Daerah Pantura  

16 April 2023
4 Tipe Mahasiswa yang Cocok Kuliah di Kota Semarang, Nggak Sembarang Orang Sanggup  Mojok.co jogja

Meski Banyak Orang Mencerca Kota Lumpia, Saya Memilih Menetap di Semarang ketimbang Jogja, Kota yang Pernah Saya Tinggali Belasan Tahun

9 Juli 2024
Cari Kos Murah di Jogja Makin Susah, 600 Ribu Cuma Dapat Fasilitas Seadanya dan Terletak di Pinggiran Mojok.co

Cari Kos Murah di Jogja Makin Susah, 600 Ribu Cuma Dapat Fasilitas Seadanya. Ada sih yang Mewah, tapi di Pinggiran

19 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.