Film adaptasi langsung Mortal Kombat akan segera rilis pada April 2021. Sebagai warga Indonesia, tidak ada yang lebih mengejutkan sekaligus membanggakan selain hadirnya Joe Taslim, aktor asal Indonesia dalam film Mortal Kombat tersebut untuk memerankan Sub Zero. Terlepas dari kemampuan akting bela dirinya yang mumpuni, ada hal lain yang membuat kita berpikir tentang tokoh penting dalam gim pergelutan legendaris ini.
Seandainya Sub Zero benar-benar ada di dunia nyata, akankah ia nanti memutuskan pensiun dari Mortal Kombat? Jika benar demikian, di mana tempatnya menghabiskan sisa umurnya?
Setelah bergumul dengan es selama bertahun-tahun, Sub Zero tentu butuh penyeimbang. Bukan berarti pula ia ke gurun pasir yang jangankan ada es, airnya saja susah. Tentu kalau langsung pindah ke tempat ekstrem dia akan kaget dan nggak tahan. Idealnya, Sub Zero akan memilih tempat tropis yang ada dingin dan panasnya. Tidak ada negara tropis yang lebih nyaman selain Indonesia.
Selepas pensiun, Sub Zero mungkin akan menetap di Bandung, Malang, atau daerah-daerah lain yang terkenal dengan suhu dinginnya. Supaya tidak terlalu kaget, ceritanya. Namun, ia tetap harus mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun ia sudah berpengalaman membunuh musuhnya tanpa ampun, Indonesia tetaplah negara hukum. Lagi pula, ia menyatakan pensiun. Sub Zero harus memikirkan pekerjaan lain yang lebih halal.
Dengan kemampuannya menciptakan es, Sub Zero bisa berjualan es balok. Ya, pembaca tidak salah dengar. Oleh karena itu, ia akan mengurungkan niatnya untuk menetap di daerah dengan suhu dingin. Untuk apa jualan es di tempat yang warganya malah mencari kehangatan? Bukankah sama saja seperti kamu mencintainya tapi dia mencintai orang lain? Nyesek, bukan? Sub Zero pun harus pindah ke tempat yang justru sangat membutuhkan hawa dingin. Tiada tempat yang lebih sering membutuhkan es daripada Ibu kota negaramu sendiri yang wes begitulah.
Di Jakarta, Sub Zero bisa mulai langsung menyewa atau bahkan membeli kios untuk berdagang es balok karena tabungan pekerjaannya dulu tentu tidak sedikit. Di awal buka, ia tak perlu membeli freezer yang besar seperti tukang balok es pada umumnya. Tinggal beli air galon, lantas didinginkan sampai jadi es secara sekejap. Barulah es yang sudah cukup banyak itu dipotong-potong menjadi balok. Jangan kira ia akan pakai air tak matang apalagi air kotor. Martabatnya sebagai saudara sepengendalian dengan suku air di Avatar The Last Airbender menuntutnya untuk tetap menghormati sumber air yang bersih.
Lantaran lebih cepat meraup untung tanpa terancam biaya operasional alat, ia akan mempunyai beberapa pegawai yang bertugas memotong balok esnya atau berjualan secara keliling. Sub Zero sendiri tetap akan membuat es dengan mencelupkan jarinya ke air yang tersedia. Kalau sedang sibuk sambil mengurusi keuangan, mungkin malah tinggal disambi dengan kakinya saja.
Kalau balok esnya mencair lebih cepat, juragan Sub Zero tinggal membekukan kembali airnya. Dengan demikian, ia tidak akan mengalami kerugian lain seperti juragan balok es pada umumnya. Itulah sebabnya kesuksesannya sebagai juragan es balok bukanlah hal yang sulit.
Beberapa tahun, Sub Zero yang sudah mapan memutuskan untuk berkeluarga. Tidak ada kipas angin dan AC di rumahnya, melainkan heater. Ini karena istrinya selalu mengeluh ketika Sub Zero mimpi buruk akibat masa lalunya, maka kekuatannya akan lepas kendali dan membuat seisi kamar tak berbeda jauh dengan gua-gua es di kutub utara.
Sewaktu hamil, istrinya ngidam ingin dibuatkan es krim. Meskipun Sub Zero sudah menyarankan untuk beli saja, si istri tetap ingin es krim buatan tangannya sendiri sebagai pengendali es.
Es krim buatannya ternyata lumayan enak. Oleh karena itu, ia berinisiatif membuka cabang usaha yang menjajakan es krim. Berbeda dengan es balok yang langsung dibuat dari air matang sampai menjadi beku, Sub Zero butuh resep untuk membuat produk es krimnya enak dan lembut.
Meskipun menjadi pengusaha es balok dan es krim yang sukses, Sub Zero tetap memiliki permasalahan, terutama semakin senja usianya. Jika dahulu ia mudah mencabut tulang punggung lawannya sebagai jurus andalan, kini ia semakin bermasalah dengan tulang punggungnya sendiri. Sudah sering ditempel koyo, tapi kalah dengan suhu badannya sendiri yang terlalu dingin. Akibatnya, jalannya semakin susah ke mana-mana, apalagi mengurusi kiosnya.
Apakah anaknya mau meneruskan warisan usahanya? Mungkin karena tidak menuruni kekuatan pengendali es, ia enggan menuruni jejak ayahnya. Kalau sudah agak dewasa dan punya pendidikan yang cukup baik, mungkin anaknya justru ingin bekerja di perusahaan start-up karena gengsinya lebih besar daripada mengurusi kios ayahnya. Sub Zero di masa tuanya pun hanya bisa geleng-geleng kepala.
Sumber Gambar: Instagram Joe Taslim
BACA JUGA Joe Taslim dan Iklan Lucu yang Selalu Bikin Saya Terkagum-kagum dan tulisan Ahmad Sulton Ghozali lainnya.