Umumnya, manusia ketika sedang keluar rumah sekadar jalan-jalan atau melakukan hal lainnya, maka akan menaruh uangnya di dalam dompet atau saku baju. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi para santri. Pasalnya, santri bukan jenis manusia pada umumnya, melainkan manusia di luar batas kenormalan, bahkan untuk sekadar menentukan tempat menyimpan uang.
Dompet sendiri merupakan sebuah kemewahan hakiki bagi santri. Bagi mereka yang memiliki dompet, dapat dipastikan ia memiliki strata tertentu jika dibandingkan santri pada umumnya.
Saya sendiri baru memiliki dompet tetap secara legal ketika sudah di pondok selama tiga tahun. Sebelumnya uang saya simpan di tempat seadanya, yang penting menurut saya aman terkendali dan terbebas dari tangan-tangan jahat.
Meski beberapa santri ada yang memiliki dompet, bukan berarti ketika keluar pondok pesantren ia membawa dompetnya. Bahkan menurut saya cukup merepotkan banget ketika keluar pondok pesantren harus membawa dompet.
Coba bayangin saja, jika pada umumnya dompet ditaruh saku belakang celana, lantas jika santri apa mungkin ditaruh di saku belakang sarungnya? Sarung kan hanya lembaran kain polos tanpa fitur saku, apalagi ritsleting.
Adapun saku di baju kemeja maupun baju koko yang dikenakan santri, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat menaruh uang, namun sayangnya pakaian tersebut hanya berlaku jika keluar pondok untuk kepentingan formal seperti mengaji. Tidak berlaku untuk keluar pondok untuk keperluan nonformal.
Lantas, untuk keperluan nonformal seperti sekadar mencari makan, atau mungkin ke warung kopi yang biasanya hanya mengenakan kaus polos, sarung plus kopiah, bagaimana menyimpan uangnya?
Saya akan memberikan bocoran bagaimana kecerdasan seorang santri ketika menaruh uangnya ketika keluar pondok pesantren, yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Jadi sebelumnya jangan kaget, ya.
#1 Di sela-sela songkok
Jika kalian tidak tahu apa itu songkok dan kepo dengan bentuk songkok yang saya maksud, maka tak perlu saya definisikan lebih lanjut, langsung saja lihat foto Bung Karno di Google atau di mana saja yang biasanya blio mengenakan tutup kepala di atas kepalanya. Nah, itulah yang dinamakan songkok.
Jadi, pada umumnya songkok memiliki dua lapisan di sampingnya, yakni lapisan dalam dan lapisan luar. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat sela seperti sela dompet. Nah, di sela itulah biasanya santri menyelipkan uangnya ketika sedang keluar. Yang terpenting jangan selipkan uang koin ya, pasalnya di kepala bakal terasa ada yang mengganjal, bahkan tidak mengenakkan.
Saya sendiri sering banget menaruh uang di sela songkok. Selain karena ribet kalau harus membawa dompet dan sedang mengenakan kaus, sela-sela songkok juga bisa menjadi dompet praktis ala santri. Jadi, menurut saya songkok memiliki dua fungsi secara tidak langsung, yakni sebagai tutup kepala dan sebagai dompet ala santri yang praktis, tanpa ribet.
#2 Di lipatan sarung
Kalau songkok merupakan dompet ala santri, maka lipatan sarung merupakan saku celana ala santri. Pasalnya, lipatan sarung ini merupakan pakaian bawahan sama halnya dengan celana, dan ketika ada tempat yang dapat menyimpan sesuatu di lipatan tersebut, maka dapat disebut juga saku.
Jadi, ketika mengenakan sarung secara tradisional tanpa modifikasi apa pun, hanya sehelai kain sarung saja, tentu akan ada lipatan sarung sedemikian rupa sebagai pengencangnya ketika mengenakannya.
Nah, lipatan sarung itulah biasanya menjadi tempat santri menaruh uang, mulai dari lipatan bagian tengah, samping kiri, dan kanan.
Bahkan saya pernah tahu, yang menurut saya paling nyeleneh, ada santri yang menaruh uangnya di lipatan sarung belakang. Tapi, biasanya model seperti ini malah jadi modus saja untuk menyembunyikan uang agar tidak ketahuan santri lain bahwa ia memiliki uang. Entah karena memang pelit atau takut uangnya dirampas, yang pasti saya pernah mengetahui teman saya seperti itu.
Sementara saya sendiri agak jarang menaruh uang di lipatan sarung. Saya menaruh uang di lipatan sarung hanya saat sedang tidak mengenakan songkok. Pasalnya, jika menaruh uang di lipatan sarung, berpotensi uang akan jatuh kalau tidak tepat menaruhnya atau saat sedang membenahi lipatan sarung itu sendiri.
#3 Di atas kepala yang tertutupi peci
Tempat menaruh uang yang terakhir ini sedikit antimainstream, beda dari pada yang lain. Tempat ini bukan dompet maupun saku ala santri sebagaimana sebelumnya, melainkan unik yang tak ada bandingannya.
Jadi, uang akan ditaruh di kepala santri atau tepatnya area yang tertutupi oleh peci, kemudian kepalanya ditutupi oleh peci agar uangnya tidak jatuh. Kelihatannya simpel, tapi agak nyeleneh dan di luar batas normal.
Menaruh uang model seperti ini sebenarnya tingkah laku teman saya ketika berada di pondok pesantren. Saya sendiri belum pernah melakukannya. Pasalnya, model seperti ini memperbesar potensi uang terjatuh, sama saja dengan uang yang ditaruh di lipatan sarung. Namun, bagi yang sudah pro, tentu tidak ada masalah untuk itu.
Jika kalian pernah nyantri, tentu menemukan beraneka ragam tempat menaruh uang versi santri. Sedangkan, jika kalian nggak pernah nyantri, mungkin beberapa keunikan di atas dapat kalian coba. Tapi ingat, kelihaian sangat diperlukan di sini agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kerugian ditanggung pengguna.
BACA JUGA Dear Pedagang Kecil, Jangan Remehkan Uang Receh dari Konsumen dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.