Gerakan vaksin Covid-19 mulai resmi dijalankan sejak 13 Januari 2021 kemarin. Sebagai milestone, Jokowi menjadi orang pertama yang divaksin disaksikan oleh jutaan orang Indonesia melalui siaran langsung.
Tentu saja hal ini mengundang berbagai macam respons dari teman-teman saya di media sosial. Respons yang diberikan juga terbilang unik bin aneh tapi menggelitik sanubari. Kadang mengundang untuk berkata kasar dan merasa anxiety.
Respons yang pertama lebih ke arah pro, entah karena terpaksa atau memang tidak punya ideologi sendiri tentang vaksin ini. Beberapa teman saya yang bekerja di kantor yang dekat dengan pemerintah, ya sebut saja BUMN berlomba-lomba menggunakan twibbon.
Eits bukan sembarang twibbon ya, melainkan sebuah twibbon yang bertuliskan “saya insan (insert instansi) siap mendukung vaksin Covid-19”. Sangat menggugah dan menginspirasi orang untuk siap juga divaksin.
Biasanya twibbon ini akan dipercantik dengan foto saat sedang bekerja atau bahkan foto selfie terbaik ala Pepsodent. Tidak lengkap rasanya kalau hanya disimpan di album atau menjadi foto profil saja sehingga harus di-share melalui berbagai macam platform media sosial yang dimiliki, mulai dari Story WhatsApp sampai Instagram dan TikTok.
Saya sebagai pembaca twibbon yang sangat keren secara visual tersebut merasa sangat terinspirasi setelah melihatnya. Lantas timbul pertanyaan apakah dengan melakukan hal tersebut akan mengurangi angka Covid-19? Ya tidak ada yang tahu kecuali Mbak Ayu sang peramal andal.
Sebenarnya akan lebih baik apabila mau membagikan mentahan twibbonnya agar orang-orang juga bisa ikut memeriahkan kampanye “insan siap” tersebut kan? Selain banyak orang yang akan menggunakan juga bisa menyebarkan vibes positif tentunya.
Tidak menutup kemungkinan juga nantinya akan banyak bermunculan twibbon serupa dengan tulisan yang menarik, mungkin ada “insan rebahan” atau “sobat ambyar” yang mau untuk membuatnya. Terdapat sebuah konsensus bersama apabila menggunakan twibbon semacam ini merupakan bentuk dukungan terhadap sebuah gerakan yang sedang dilakukan.
Respons kedua lebih mengarah ke ujaran yang bersifat oposisi yang dengan kesan lantang menolak vaksin. Teman seperti ini biasanya bisa dilihat dari postingan Story WhatsApp atau broadcast yang dikirim di grup nongkrong.
Diawali dengan sebuah informasi dari portal berita online yang kita sendiri bahkan tidak tahu portal itu kredibel atau tidak. Lalu dilanjutkan dengan informasi kutipan dari sosok yang bergelar dokter atau ilmuwan dari luar negeri.
Apabila kalian juga menemui format tersebut berarti kita senasib. Respons semacam ini sangat lumrah terjadi di tengah simpang siurnya informasi tentang vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia. Tapi, mbok ya dicek dulu valid atau tidaknya informasi yang disebarkan.
Takut yang tidak mengerti jadi ikut terprovokasi dan enggan untuk divaksin. Padahal kan sudah gratis meskipun dengan angka keberhasilan kurang dari 70%. Tapi, setidaknya WHO dan MUI sudah menyetujuinya. Berarti kita bisa sedikit lega akan hal itu.
Tidak berhenti hanya saat menyebarkan informasi via grup WhatsApp, aliran kontra biasanya akan melanjutkannya dengan diskusi terbuka dari berbagai sumber diawali dengan percakapan, “Kata temenku atau saudaranya temenku ada yang pernah cerita…,” sampai tidak ada ujungnya.
Respons terakhir cenderung membuat isu ini menjadi bercandaan dan bukan hal serius dengan cara membuat meme. Salah satunya dengan memposting bahwa efek samping vaksin Covid-19 mempunyai efek samping bisa memperbesar Mr P. Alhasil kabar ini merupakan angin segar bagi para jomblo yang kurang beruntung mempunyai alat vital.
Tidak hanya itu ada isu juga apabila disuntik vaksin akan menjadi titan. Efek menonton anime Attack on Titan yang baru saja rilis Januari ini.
Sempat juga terlihat komentar Kominfo saat live streaming proses penyuntikan vaksin pertama kepada presiden, mereka menambahkan klaim bahwa dengan divaksin tidak akan mengubah orang menjadi Titan. Sangat meme-able!
Gerakan vaksin nasional memang masih mengundang pro kontra tapi setidaknya kita bisa bernapas lega karena Covid-19 memiliki titik terang. Semoga dengan vaksin nasional jumlah yang terinfeksi semakin berkurang. Apa pun aliran kalian dalam menanggapi ini, tetaplah waras. Asal jangan termakan hoaks dan bikin kasusnya tambah banyak, ya!
BACA JUGA Vaksin Gratis Bukan Berarti Masalah Selesai, Ingat, Ini Indonesia dan tulisan Achmad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.