Uang 50 juta itu dikit. Beli mobil baru nggak bisa, beli rumah jelas nggak cukup. Tapi kalau mau beli motor, tinggal pilih! Inilah rekomendasi motor terbaik di bawah 50 juta yang bisa kalian gas
Artikel Mojok dan Terminal Mojok berkali-kali menekankan betapa layaknya Honda Supra X tidak hanya sebagai motor legend, tetapi greatest of all time di Indonesia. Irit bensin, perawatan murah dan mudah dengan perjalanan tipe motor sejak saya masih TK, sampai transmisi manual yang jelas “laki”. Di kantor, rekan kerja saya menganggap dia sebagai motor paling romantis. Joknya yang tidak besar alias “sedikit sempit” membuat perjalanan berdua “nempel terus”.
Sayangnya, seiring banyak tipe dan brand motor yang kini dijual, gelar GoAT Supra X banyak diperdebatkan. Generasi muda, khususnya para wanita dan komuter yang pergi beraktivitas dengan sepeda motor, memiliki pilihan sendiri. Nah, bagi kalian yang sedang ingin memboyong pulang sepeda motor baru dengan harga di bawah Rp50 juta, berikut referensi yang kami berikan. Kami di sini mencakup saya, para rekan kerja, keluarga, sampai pengemudi ojek kawakan.
Daftar Isi
- Brand legend nan antimainstream: Vespa LX 125, S 125, atau Primavera 150
- Rekomendasi motor lega: Yamaha NMAX vs Honda PCX
- Rekomendasi motor “agak lega”, “si yang penting listrik”, “si subsidi”: VOLTA 401
- Yang penting motor murah dan bensin: Honda Revo Fit atau Honda Beat
- Rekomendasi motor buat kamu yang suka mepet: Suzuki GSX-R150
Brand legend nan antimainstream: Vespa LX 125, S 125, atau Primavera 150
Supra X berada di bawah naungan Honda, brand yang jelas mainstream. Jika ingin bernostalgia dengan brand legend yang kini tampil tak biasa, jelas kita butuh motor Vespa! Masalahnya, semua motor baru Vespa kini memiliki harga jual resmi di atas Rp45 juta dan varian termurahnya ada di dua skutik LX 125 serta S 125. Dengan harga segini, minimal sudah ada port USB untuk mengecas dan lampu sudah LED ya.
Jika kalian tinggal di Jakarta dan bisa dapat diskon dari dealer, tentu Vespa Primavera 150 dengan warna blue estroverso baru bisa dibilang sebagai nostalgia beneran. Di harga resminya yang mencapai Rp50,9 juta, minimal kalian sudah mendapatkan mesin yang lebih bertenaga dan rem ABS ketika LX 125 serta S 125 jelas belum.
Rekomendasi motor lega: Yamaha NMAX vs Honda PCX
Bagi Anda dengan dimensi tubuh agak besar, Anda yang menggunakan motor berdua, atau hanya ingin merasakan kursi lebih lega, gunakanlah motor yang memang lebih lega. Apalagi jika Anda ingin menjadi driver ojol yang senantiasa mendapatkan bintang lima atau menjadi bintang lima di hati doi yang diboyong, Yamaha NMAX atau Honda PCX jadi pilihan.
Varian tertinggi NMAX adalah Connected ABS dan varian tertinggi PCX adalah ABS, terpaut harga sekitar Rp300 ribu saja. PCX unggul di kapasitas bagasi yang mencapai 30 liter (NMAX masih 25 liter), mesin yang lebih bertenaga dan irit bensin pula, ground clearance lebih tinggi, kursi menurut saya sedikit lebih nyaman, dan charger sudah langsung menyediakan USB port (meski daya mentok di 10W). Warna PCX favorit saya sendiri adalah varian majestic matte red.
NMAX unggul di biaya spareparts dan servis yang lebih terjangkau, basis pengguna yang lebih banyak, speedometer terhubung dengan ponsel via aplikasi Y-Connect, dan adanya kompartemen tertutup untuk menyimpan barang-barang “mini”. Untuk NMAX, saya lebih memilih warna hitam alias Maxi Signature.
Rekomendasi motor “agak lega”, “si yang penting listrik”, “si subsidi”: VOLTA 401
Yamaha NMAX dan Honda PCX memang memiliki kursi yang lega, tetapi harganya mahal. Jika ingin memiliki kursi lega tetapi dengan budget lebih tipis (dan masih ditambah subsidi Pemerintah) atau peduli polusi udara (tetapi listrik sebenarnya masih diproduksi di PLTU), VOLTA 401 andalan para ojol listrik bisa jadi pilihan.
Hadir dalam empat varian, Lite, Regular, Plus, sampai S, sampai saya bingung sendiri perbedaannya apa. Yang jelas, motor ini memiliki hingga tiga slot baterai dengan jarak tempuh per baterai mencapai 60 km. Tenaga mesinnya lumayan untuk berkomuter sehari-hari dengan speedometer digital dan penunjuk sisa daya, bisa mengecas baterai sendiri atau menggunakan sistem ganti baterai, bisa mengatur percepatan mesin, bisa jalan mundur, dan ada port USB untuk mengecas.
Menurut para pengemudi ojol, motor ini nyaman digunakan jika kita punya minimal dua baterai dan home charger sendiri. “Kekurangan” motor ini terletak pada keheningan suaranya yang menyebabkan kendaraan lain mungkin sulit menyadari keberadaannya.
Yang penting motor murah dan bensin: Honda Revo Fit atau Honda Beat
Ketika budget terbatas dan ogah dengan motor listrik, solusinya adalah membeli motor bensin dengan harga dan biaya perawatan yang terjangkau. Membeli motor dari brand yang terpercaya tentu menjadi jaminan penggunaan di masa depan, sehingga dengan terpaksa motor Suzuki dikecualikan dari pembahasan ini.
Untuk motor bertransmisi manual, Honda dan Yamaha memiliki pilihan termurah masing-masing Revo Fit dan Vega Force. Keduanya sama-sama irit bensin, tetapi Revo Fit dengan kapasitas mesin 110cc lebih murah hampir Rp2 juta dan setahu saya motor ini banyak diandalkan oleh brand-brand besar untuk jasa delivery. Jelas, pilihan saya di Revo Fit. Rasio kompresinya juga rendah, di bawah 10:1 sehingga minum Pertalite harusnya aman.
Untuk motor bertransmisi otomatis, kita punya Honda Beat dan Yamaha Mio M3. Yamaha membanderol harga lebih murah Rp600 ribu dari Beat varian terendah dan terlihat memberikan mesin lebih bertenaga dengan kapasitas 125 cc. Akan tetapi, Beat yang berkubikasi 110 cc sesungguhnya berproduksi lebih efisien dan selisih tenaga mampu dikompensasi dengan bobot yang lebih ringan. Sehingga motor tidak kalah lincah dengan konsumsi bensin yang lebih irit. Iya, Mio sering diejek sebagai “sahabat SPBU” di sosmed.
Fitur power charger hanya tersedia di Beat Deluxe yang harus menambah Rp800 ribu. Itu pun kita harus membeli lagi si charger ke ponsel karena yang diberikan adalah slot lighter seperti di mobil. Karena judulnya mau murah, yang varian biasa aja ya?
Rekomendasi motor buat kamu yang suka mepet: Suzuki GSX-R150
Duh, Suzuki, GSX-R150 yang kata Pak Budi di Terminal Mojok nggak cocok untuk pacaran. Ya, motor ini memang bukan untuk kamu pacaran, melainkan bisa membantu hobi mepeters kamu agar tidak terlambat. Saya naik motor yang satu ini, juga gara-gara ojol, sekitar empat tahun lalu.
Motor sport 150 cc ini memiliki torsi yang mirip dengan NMAX dan PCX, tetapi tenaga maksimumnya lebih tinggi sekitar 20 sampai 30 persen. Inilah yang membuat dia ngebut dengan mudah, ditambah bodinya yang memang didesain untuk mendukung kegiatan kebut-kebutan dengan stabil. Setidaknya itulah yang saya rasakan ketika melibas jembatan layang di kecepatan 80 km/jam, ketika NMAX sudah terasa kurang stabil di tempat yang sama pada kecepatan 55 km/jam.
Top speed GSX ini lebih tinggi sekitar 10 sampai 15 persen dari NMAX dan PCX. Akselerasi 0-100 km per jam bisa dicapai GSX kurang dari 15 detik. Ketika NMAX butuh waktu sekitar 16-17 detik dan PCX lebih dari 19 detik. Berita baiknya lagi, varian ABS pun memiliki harga resmi Jakarta di bawah Rp40 juta. Maklum, Suzuki-nya itu sulit bisa dijual mahal.
Satu pesan jika kalian punya motor ini, sayangilah nyawa. Belajar disiplin, bukan belajar ngebut~
Demikian rekomendasi motor kali ini, tidak harus diikuti tetapi semoga membantu. Jika bingung menentukan antar-brand, saran saya sih bisa test drive langsung atau bertanya ke teman, saudara, sampai doi. Misalnya, jika doi kamu adalah fans Marc Marquez dan benci Valentino Rossi, membeli PCX tentu lebih menarik daripada NMAX. Kalau doi kamu adalah fans Pecco Bagnaia, beli apa pun bisa jadi tidak berpengaruh karena Ducati, ya tahu sendirilah… mahalnya.
Penulis: Christian Evan Chandra
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGAÂ Mengenal Tipe Vespa Matic yang Harganya Overpriced