Dalam hubungan sosial antara manusia dan bengkel motor, ada satu hal yang sering luput dari pengamatan. Yang saya maksud adalah adanya 9 dosa kecil yang dilakukan oleh para mekanik.Â
Dosa ini memang bukan dalam arti religius, melainkan praktik-praktik sepele nan mengesalkan. Bahkan bisa pelanggan kehilangan kepercayaan.Â
Masalahnya, sebagian bengkel motor tidak pernah sadar. Bahwa kelalaian sekecil apa pun, mulai dari baut hilang, parts boncel, hingga perbaikan asal jadi, sudah cukup untuk membuat konsumen berpindah haluan ke bengkel sebelah.
Seperti halnya hubungan asmara, pelanggan bengkel motor juga punya batas kesabaran. Sekali dua kali dikecewakan, masih bisa memaafkan. Namun, kalau sudah berkali-kali, jangan heran kalau pelanggan memilih bengkel lain meski lokasinya lebih jauh. Berikut ini 9 dosa bengkel motor yang sering membuat pelanggan males balik lagi.
#1 Bengkel motor menghilangkan bautÂ
Bagi sebagian bengkel motor, baut mungkin barang remeh yang bisa hilang tanpa konsekuensi. Padahal, bagi pemilik motor, setiap baut punya ikatan emosional.Â
Baut yang hilang bukan cuma mengurangi estetika, tapi juga menimbulkan suara klutak-klutak yang mengganggu. Ironisnya, pihak bengkel motor sering berpura-pura tidak tahu, seakan baut tersebut lenyap karena dimakan jin.Â
Padahal kalau jujur, pelanggan biasanya maklum, tapi ya mbatin diganti, lah. Jangan anggap perkara baut doang, soalnya kalau bagian yang hilang itu menyangga komponen penting jelas bisa berujung fatal.
#2 Perbaikan asal jadi
Dosa klasik yang paling sering dijumpai adalah perbaikan model “yang penting nyala”. Motor memang bisa kembali berjalan, tapi tidak jarang masalah lama tetap ada, hanya ditambal seadanya.Â
Contohnya, suara mesin yang kasar tetap dibiarkan dengan iming-iming “Normal itu, Mas.” Padahal jelas tidak normal. Bagi pelanggan, perbaikan asal jadi terasa seperti dibohongi. Kan, sial.
#3 Parts motor boncel setelah diservis
Pernah suatu kali, pelanggan mendapati cover body motornya boncel setelah keluar dari bengkel motor. Ketika ditanya, mekanik hanya menjawab santai, “Memang sudah gitu, Mas.”Â
Jawaban semacam itu jelas lebih menyakitkan daripada boncelnya sendiri. Parts motor yang lecet akibat keteledoran mekanik adalah dosa besar yang sering ditutupi dengan alasan klise.Â
Padahal, yang diharapkan pelanggan hanyalah sedikit kehati-hatian dan tanggung jawab. Motor bagi sebagian orang adalah harta berharga, bukan sekadar kendaraan ke warmindo.
#4 Ongkos jasa bengkel motor yang tidak transparan
Fenomena lain yang membuat pelanggan malas kembali adalah ongkos jasa kayak misteri. Sering terjadi, harga jasa baru diumumkan setelah motor selesai diperbaiki.Â
Konsumen pun kaget, ibarat masuk warung tenda pinggir jalan, pesan nasi goreng, lalu ditagih harga setara steak wagyu. Transparansi harga adalah bentuk penghormatan terhadap pelanggan. Tanpa itu, bengkel motor terlihat seperti sedang memainkan permainan tebak-tebakan tarif yang tentu merugikan konsumen.
#5 Spare part palsu yang disulap jadi ori
Tidak semua bengkel motor melakukan ini. Tetapi, praktik penggantian spare part KW yang diklaim sebagai original cukup sering terjadi.Â
Pelanggan yang awam tentu percaya saja. Namun, setelah beberapa minggu, parts cepat rusak dan motor kembali bermasalah. Bagi sebagian orang, ditipu soal spare part rasanya lebih pahit daripada diputus pacar via WhatsApp. Sakitnya dobel.
#6 Motor ditinggal lebih lama dari janji
Mekanik sering berkata, “Sebentar aja, Mas. Setengah jam kelar.” Nyatanya, motor baru selesai keesokan harinya.Â
Keterlambatan memang hal manusiawi, tapi janji palsu semacam ini menjadi dosa yang menggerogoti kesabaran pelanggan. Jika saja sejak awal mekanik bengkel motor berkata jujur bahwa servis butuh waktu lama, pelanggan bisa mengatur waktu dengan baik.
#7 Pelayanan bengkel motor yang dingin dan judes
Selain soal teknis, ada pula dosa non-mekanis yang sering membuat pelanggan enggan kembali. Misalnya sikap mekanik yang dingin, ketus, atau bahkan tidak ramah.Â
Pelanggan bukan hanya ingin motornya sehat, tetapi juga ingin diperlakukan sebagai manusia. Interaksi sekadar basa-basi seperti “Silakan, Mas,” atau “Mau ditunggu atau ditinggal?” bisa memberi kesan positif. Sebaliknya, wajah datar penuh amarah membuat bengkel terasa seperti ruang interogasi KPK.
#8 Menunda pekerjaan karena asyik ngopi
Tidak ada yang salah dengan ngopi. Namun, ketika ngopi lebih diprioritaskan daripada motor pelanggan, itu jelas sebuah dosa.Â
Motor sudah ditaruh dari pagi, mekanik masih asyik bercengkerama dengan gelas kopi, rokok, dan gosip warung sebelah. Pekerjaan yang harusnya selesai dua jam jadi molor sampai sore. Pelanggan pun mendadak merasa seperti mahasiswa yang skripsinya di-PHP dosen pembimbing.
#9 Bengkel motor mengabaikan keluhan pelanggan
Dosa terakhir yang sering terjadi adalah sikap abai terhadap keluhan. Misalnya, pelanggan mengeluhkan suara berisik pada bagian tertentu, tapi mekanik menyepelekan dengan kalimat, “Itu biasa, Mas.”Â
Padahal, kalau diperiksa lebih teliti, bisa jadi memang ada masalah serius. Ketika keluhan tidak ditanggapi, pelanggan merasa suaranya tidak dianggap. Akibatnya, kepercayaan runtuh pelan-pelan, seperti kursi plastik yang diduduki bapak-bapak saat acara hajatan.
Pada akhirnya, 9 dosa bengkel motor ini memang terlihat kecil. Namun akumulasi dari dosa-dosa kecil itulah yang membuat pelanggan ogah kembali.Â
Satu kali kecewa bisa diabaikan, tapi kalau berkali-kali, bengkel akan kehilangan bukan hanya pelanggan, melainkan juga reputasi. Dan reputasi, sebagaimana kita tahu, jauh lebih mahal daripada harga sebuah baut.
Penulis: Budi
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Ngerti Soal Motor Itu Penting, Belajar dari Sekarang biar Nggak Ditipu Bengkel Nakal
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















