8 Nama Desa di Banyuwangi yang Unik dan Nyeleneh

8 Nama Desa di Banyuwangi yang Unik dan Nyeleneh Mojok.co

8 Nama Desa di Banyuwangi yang Unik dan Nyeleneh (wikipedia.org)

Ada banyak cara menamai suatu daerah. Penamaan bisa bersumber dari kekayaan alam daerah tersebut, tokoh lokal, hingga sejarah yang pernah terjadi di sana. Itu mengapa, istilah-istilah unik, atau bahkan nyeleneh, bisa jadi nama suatu daerah. Terminal Mojok pernah mengangkat beberapa topik soal penamaan unik ini, seperti beberapa jalan yang ada di Malang dan Semarang. 

Kali ini saya juga akan mengakat topik serupa. Hanya saja, saya akan fokus pada nama desa dan daerah yang ada di Banyuwangi, daerah tempat tinggal saya yang kian menggeliat di sektor pariwisatanya. Di bawah ini beberapa nama daerah di Banyuwangi yang terdengar aneh unik yang kadang mengundang rasa penasaran. 

#1 Desa Licin

Jika berencana mendaki Gunung Ijen via Banyuwangi, Kecamatan Licin adalah salah satu wilayah yang akan dilewati. Dalam bahasa Indonesia, kata licin berarti permukaan yang halus dan berisiko membuat seseorang tergelincir. Begitulah nama desa di Banyuwangi ini. Diyakini, kata licin diberikan pada derah ini karena karakteristik jalanan pegunungan yang curam, sering basah, dan licin akibat curah hujan yang tinggi.

Walau punya kesan yang berbahaya, desa yang berada di kawasan perbukitan membuat daerah ini memiliki tanah yang subur. Itu mengapa kawasan ini menjadi sentra pertanian utama di Banyuwangi. Sebagian besar masyarakat Licin menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perkebunan.

#2 Desa Bubuk

Desa Bubuk, yang terletak di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, memiliki nama yang unik. Dalam bahasa Jawa, bubuk berarti tidur. Namun, bukan berarti penduduk desa ini senang bermalas-malasan ya. Dahulu, Desa Bubuk merupakan daerah yang sangat makmur, terutama di sektor pertanian. Berkat tanahnya yang subur, para petani menikmati hasil panen yang melimpah setiap tahunnya. Namun, kemakmuran ini membuat mereka terlena dan lupa bersyukur.

Hingga suatu hari, bencana datang, tanaman tiba-tiba terserang hama. Hama ini berbentuk sangat halus, menyerupai tepung atau serbuk, menghancurkan seluruh hasil pertanian dengan cepat. Desa mengalami gagal panen, menyebabkan krisis pangan yang mengancam kehidupan seluruh warga desa. Sebagai bentuk penyesalan dan pengingat bagi generasi selanjutnya, tetua desa kemudian mengganti nama desa ini menjadi Desa Bubuk. Menariknya, dalam bahasa Indonesia, bubuk juga berarti padatan kering yang terdiri dari partikel halus, mirip dengan bentuk hama yang pernah merusak pertanian warga. Nama ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu bersyukur dan tidak lupa berdoa agar terhindar dari malapetaka.

#3 Desa Bengkak 

Desa Bengkak terletak di wilayah Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Jika mendengar namanya, mungkin sebagian orang akan mengira desa ini memiliki kaitan dengan makna bengkak dalam bahasa Indonesia, yaitu pembesaran pada tubuh akibat memar atau cedera. Namun, tentu saja hal tersebut tidak ada hubungannya dengan kondisi masyarakat di sana. Desa Bengkak dikenal sebagai desa pesisir yang memiliki potensi alam yang menjanjikan. Sayangnya, tidak ada catatan pasti mengenai asal-usul nama Bengkak. Sejarah penamaannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini. 

Baca halaman selanjutnya:  #4 Kecamatan …

#4 Kecamatan Glenmore 

Sekilas, nama Glenmore terdengar asing di telinga, seolah bukan bagian dari Banyuwangi. Tak heran, karena hanya kecamatan ini yang memiliki nama dan aksen alfabet bergaya Eropa. Glenmore juga memiliki karakter geografis yang unik dibandingkan kecamatan lain di Banyuwangi. Berada di dataran tinggi, wilayah ini menawarkan udara sejuk dengan suhu yang kontras dibandingkan daerah lain di sekitarnya. Bahkan, ketika di kecamatan lain cuaca cerah, di Glenmore bisa saja turun hujan, mengingat intensitas curah hujan di daerah ini cukup tinggi.

Nama Glenmore sendiri memiliki jejak sejarah yang erat kaitannya dengan masa kolonial Belanda. Dulu, banyak investor asal Eropa yang datang ke Banyuwangi dan membuka perkebunan di wilayah ini. Kehadiran mereka meninggalkan jejak nama tempat yang masih bertahan hingga kini. Sejarah Glenmore juga dibahas dalam buku Glenmore: Sepetak Eropa di Tanah Jawa. Nama Glenmore tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara lain, terutama di wilayah berbukit dengan lanskap serupa. Salah satu yang paling terkenal adalah Glenmore di Skotlandia, sebuah desa yang memiliki kontur tanah dan suasana yang hampir sama dengan Glenmore di Banyuwangi.

#5 Desa Kalipait 

Dalam bahasa Jawa, Kalipait berarti sungai yang terasa pahit, dari kata kali (sungai) dan pait (pahit). Nama ini bukan sekadar sebutan, tetapi berasal dari kisah unik yang melekat pada desa ini sejak zaman dulu. Desa Kalipait, yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, dikenal memiliki banyak sungai kecil dengan air yang terasa asin hingga pahit. Fenomena ini begitu mencolok sehingga masyarakat setempat akhirnya menamai desa ini Kalipait.

Meskipun terkenal dengan keunikan airnya, Kalipait justru menawarkan suasana asri dan teduh, menjadikannya tempat yang nyaman untuk beristirahat. Lokasinya juga sangat strategis karena berada dekat dengan Pantai Plengkung (G-Land), salah satu destinasi selancar terbaik di dunia. Banyak yang berpendapat bahwa air asin yang mengalir di sungai-sungai kecil di Kalipait berasal dari laut Pantai Plengkung, yang kemudian meresap melalui tanah dan menciptakan rasa sangat asin hingga pahit pada aliran sungainya.

#6 Kandangan

Sekilas, nama Kandangan terdengar mirip dengan kata kandang yang dalam bahasa Jawa berarti tempat untuk memelihara hewan. Namun, makna sebenarnya jauh lebih dalam dari itu. Dalam bahasa Jawa kuno, kandangan merujuk pada tempat berkumpul yang aman dan diharapkan selalu terjaga dari ancaman dan bencana. Di Banyuwangi, terdapat sebuah desa bernama Desa Kandangan yang terletak di Kecamatan Pesanggaran, tidak jauh dari kawasan wisata Pulau Merah. Desa ini menyimpan jejak sejarah yang menarik, karena pada masa kolonial, VOC pernah menjadikannya sebagai markas besar di Banyuwangi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai peninggalan seperti piring dan gelas bertuliskan VOC, serta keberadaan PTPN XII Sumberjambe, yang dahulu merupakan bagian dari sistem perkebunan yang dikelola oleh pemerintah kolonial.

#7 Desa Kelir

Dalam bahasa Jawa, kelir berarti warna, namun uniknya, nama ini justru digunakan sebagai nama sebuah desa, yaitu Desa Kelir di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Tidak seperti Kampung Warna-warni Jodipan di Malang yang dinamai karena rumah-rumahnya yang penuh warna, penamaan Desa Kelir tidak ada kaitannya dengan warna bangunan sama sekali.

Asal-usul nama Desa Kelir berakar dari sebuah legenda yang telah diwariskan turun-temurun. Konon, nama ini berasal dari layar putih pertunjukan wayang kulit. Namun, saat terjadi banjir bandang, kain layar tersebut hanyut terbawa arus deras hingga akhirnya tersangkut di sebuah batu besar dekat Puskesmas Kelir. Secara ajaib, kain putih itu perlahan berubah menjadi batu. Hingga kini, batu tersebut masih ada dan dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Batu Kelir. Sejak peristiwa itulah, desa ini akhirnya diberi nama Desa Kelir.

#8 Desa Bajulmati 

Di perbatasan Banyuwangi-Situbondo, terdapat desa bernama Bajulmati. Dalam bahasa Indonesia, Bajulmati berarti buaya mati. Nama ini tidak muncul begitu saja, melainkan berakar dari sejarah desa. Konon, dulu kawasan ini dikenal dengan nama Boyomati, yang kemudian berubah menjadi Bajulmati.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, dulunya daerah ini terkenal angker dan misterius. Di sana terdapat dua pohon beringin putih besar yang dipercaya memiliki penunggu gaib. Selain itu, wilayah ini juga menjadi habitat buaya putih dan satwa liar lainnya. Legenda setempat menyebutkan bahwa terjadi pertarungan sengit antara seekor buaya dan seekor banteng. Pertarungan ini berakhir dengan kematian keduanya. Buaya putih itu dipercaya berubah menjadi arca. Sejak peristiwa tersebut, kawasan itu menamai desanya sebagai Bajulmati.

Itulah delapan nama desa atau daerah unik dan nyeleneh yang ada di Banyuwangi. Jika kamu mengetahui nama desa lain yang tak kalah menarik, jangan ragu untuk menambahkannya dalam tulisan berikutnya ya. 

Penulis: Nuruma Uli Nuha
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 5 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Liburan ke Banyuwangi  

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version