Demam acara MasterChef Indonesia melanda banyak orang. Saya juga suka, walaupun sering pusing dengan nama masakan yang dipanjang-panjangin. Perasaan kayak lotek, tapi namanya, kok, jadi steam vegetables with spicy peanut sauce? Gimana lidah nggak kecetit kalau mau beli di abang samping kantor?
Tantangan di MasterChef Indonesia banyak. Di MasterChef Indonesia ada tantangan beregu, tantangan duplikasi, tantangan daging rusa, tantangan waste management. Sayangnya, tidak ada tantangan masak di tanggal tua. Padahal, ini tantangan real manusia sejagat raya. Uang tinggal selembar, hari masih delapan, semoga selamat sampai ganti bulan. Lantas, keluarlah beribu jurus untuk berhemat tralala. Tantangan masak tanggal tua selalu lekat dengan tantangan recycle food sejak awal bulan. Lantaran, krisis akhir bulan harus dikendalikan sejak awal bulan.
Recycle food alias remake lauk pauk plus pelengkapnya, bukan hanya karena alasan pengiritan. Namun, juga bentuk penghormatan pada makanan. Nasi sebutir saja pamali ditinggal di piring, kok lauk malah dibuang-buang? Kasta lauk, kan, lebih tinggi dari nasi, harusnya lebih dihormati, dong. Oleh karena itu, sedapat mungkin lauk juga jangan dibuang, lebih baik diolah lagi dalam bentuk berbeda. Supaya para pencicip sudah nggak ingat lagi perubahan bentuknya. Alias berkat make over, tampilan makanan ini jadi menarik lagi. Jadi, konsep recycle food ini dalam rangka memenuhi selera anggota keluarga yang “menuntut” makanan baru setiap akan makan. Misalnya,
#1 Olahan dari sayur sop
Sarapan makan dengan sayur sop. Saat siang hari, sayur sop sudah nggak tampak menarik. Akhirnya sayuran dalam sop tersebut dijadikan “topping” untuk masakan baru misalnya mi goreng atau ca sayur.
#2 Udang goreng yang nggak laku
Kita beli udang goreng. Eh, anggota keluarga yang lain mengutamakan udang yang gede-gede untuk dimakan. Sementara yang kecil-kecil, malah ditinggal. Udang yang nggak laku, digerus, dan jadilah tepung udang. Terus, tepung ini dicampur sama tepung terigu, telor, dan bawang. Mereka pun tidak menyadari bahwa udang yang tadi disisihkan, kini jadi “kekuatan utama” bakwan goreng.
#3 Sambal nasi box
Ada yang pulang bawa nasi box, lauknya nila bakar. Anggota keluarga yang lain cuma mau makan nila bakarnya saja, sementara sambalnya nganggur. Tenang, sambalnya bisa untuk bikin nasi goreng. Tinggal tambahin telor dan sawi, jadilah masakan baru.
#4 Kuah dan gori lontong sayur
Kita GoFood lontong sayur Sumatra. Ternyata, kuah plus gorinya masih sisa banyak. Kita jangan serta merta membuangnya, tapi coba memasak kuah plus gori tersebut sampai kalis. Jeng jeng jeng, jadilah gudeg Sumatra. Anda belum pernah coba? Jajal sekarang juga! Sungguh, rasanya nggak kalah sama gudeg Jogja.
#5 Tulang gurami
Kita beli gurami filet. Dagingnya langsung habis dimakan, sementara tulangnya nganggur. Nah, tulangnya yang krispi ini bisa kita gilas dengan cobek dan bakal jadi tepung gurih. Tinggal masukin telor dan daun bawang. Hmmm, ini enak sekali.
#6 Buah-buahan kisut
Buah-buahan pun begitu. Saat masih seger, banyak yang makan. Namun, pas udah kisut dikit, biasanya udah pada malas nyentuh. Nah, ini bisa diolah lagi jadi smoothies. Tinggal kupas buahnya dan diblender. Trus tambahin susu dan tabur remah-remah Oreo, pasti minuman “kenyang” ini bakal jadi rebutan.
Sebenarnya, masih banyak trik-trik recycle food yang lainnya. Namun, justru ini akan semakin memperlihatkan betapa pelitnya saya. Hahaha. Sekali lagi, ini bukan sekadar untuk penghematan. Namun, ini juga untuk menghormati keberkahan dalam makanan. Pasalnya, kita tidak pernah tahu, di bagian mana berkah itu berada. Salah satu usaha menjaringnya adalah dengan seminimal mungkin membuang makanan yang kita punya. Bukankah, begitu?