6 Makanan yang Bentuknya Iyuuuh, tapi Rasanya Sedaaap

6 Makanan yang Bentuknya Iyuuuh, tapi Rasanya Sedaaap terminal mojok

Makanan yang bentuknya aneh, nggak menarik, cenderung menjijikkan dan mengerikan itu emang rasanya ada yang enak?

Jujur saja, tiap kali beli atau mau mencoba suatu makanan, apa sih faktor utama yang bikin kamu tertarik? Satu jawaban yang nggak bisa dimungkiri tentu saja adalah tampilan makanan. Semakin menarik penampakan suatu makanan, hasrat untuk mencoba akan semakin menggelora. Sebaliknya, kalau dari luar sudah terlihat buruk rupa, otomatis kita pasti akan ragu untuk mencicipi.

Di Indonesia ada banyak makanan yang ternyata penampakannya aneh, sama sekali nggak menarik, bahkan cenderung menjijikkan atau mengerikan. Nggak kebayang, deh, kalau akan mencicipi. Tapi anehnya, sekali mencicipi makanan-makanan tersebut, kita bakal approve rasanya. Alias enaaak. Lha, kok bisa, ya?

Saya sendiri pernah mencicipi beberapa makanan yang nggak bisa di-judge from it’s cover ini. Awalnya ya iyuuuh gitu, tapi pas hleeeb masuk mulut, langsung berasa beuuuh, mantap! Makanan apa saja yang masuk dalam daftar masakan iyuh tapi rasanya enak ini? Berikut daftarnya:

#1 Gulai otak

Gulai otak bisa ditemui di rumah makan Padang dengan kuahnya yang berwarna kuning khas dengan kekentalan tertentu, plus penampakan otak sapinya yang alamak gede banget itu. Namanya otak ya pasti bentuknya bulat-bulat, mlungker, apalah itu. Walau saya memiliki darah Minang, keinginan untuk mencicipi gulai otak ini lenyap tak berbekas saat melihat tampilannya. Rasa lapar bisa langsung hilang begitu saja.

Saat akhirnya saya menguatkan nyali untuk mencobanya, waktu pertama kali hendak memasukkan potongan otak ke dalam mulut, perut saya sudah mual duluan. Tapi pas hleeeb, yasalam, ternyata enak banget! Entah karena bumbunya yang pekat dan kuat atau apa pun itu, yang jelas kesan horor yang sebelumnya muncul langsung berubah. Jadinya saya malah kayak orang kelaparan makan makanan satu ini. Hehehe.

#2 Swikee

Pernah kebayang nggak makan potongan badannya boneka Barbie? Nah, itulah kesan pertama saya saat melihat badan kodok yang dimasak dalam bentuk yang mirip dengan sup. Bener-bener terbayang boneka Barbie tanpa kepala yang direbus dan dibumbuin, bo!

Saya mencicipi swikee di usia sekitar 10-11 tahun. Saat tahu itu adalah paha kodok, saya semakin gemetaran. Kodok dimakan? Mending makan tempe, deh. Setelah dibujuk dan dirayu, akhirnya saya berani mencoba. Saya cicipi dulu kuahnya, dan ternyata enak. Yaiyalah, masakan dengan bumbu ala Tionghoa mana ada yang nggak enak, kan? Lalu, saya pun mencoba daging si Barbie, eh, kodok itu tadi. Ternyata mirip sama daging ayam, Sodara-sodara. Tapi, gemas saja karena dagingnya kecil dan sedikit.

#3 Gatot singkong

Kalau yang ini makanan tradisional Indonesia ya, Gengs. Dibuat dari singkong yang difermentasi. Konon, proses fermentasi inilah yang menyebabkan si gatot berwarna kehitaman agak iyuuuh gitu. Tampilannya memang nggak banget, baik waktu masih dalam bentuk gaplek maupun sudah jadi gatot yang diberi campuran gula merah dan kelapa. Warna hitam dari jamur hasil fermentasi ini tuh merusak mood makan, Gaes. Tapi, pas dicoba ndilalah enaaak, gurih, dan kenyal-kenyal gitu. Ditambah manisnya gula merah, asli lezat banget buat sarapan atau jadi camilan sambil ngeteh sore.

#4 Baby octopus

Saat si baby octopus booming banget jadi santapan kekinian, saya sama sekali nggak kepikiran untuk mencobanya. Ya Tuhan, itu si octopus bentuknya masih utuh, lho! Yang terbayang di kepala saya si octopus bergerak, terus tentakelnya goyang-goyang gitu. Horor, kan?

Pernah suatu hari, seorang teman kerja bawa menu baby octopus sebagai bekal makan siang. Waktu dia pamer, lutut saya rasanya langsung lemas. Itu tentakel masih kelihatan jelas bulet-buletnya. Sama seperti 3 makanan yang saya sebutkan sebelumnya, ternyata saat dicoba rasanya sedap! Rasanya mirip banget sama cumi-cumi. Seafood sudah pasti enak, begitu kata teman saya. Ya sepakat, sih.

#5 Rujak cingur

Pertama kali pindah ke Surabaya, salah seorang sepupu menawarkan rujak cingur ke saya. Pas dilihat, ya ampun warnanya cokelat kehitaman, isinya penuh entah apaan. Semakin syok saat dikasih tahu bahwa bintang utama rujak cingur adalah cingurnya sapi alias mulut. Whaaat? Mulut sapi? Bahkan, katanya ada juga yang mencampurkan hidung dan telinga sapi. Tapi, melihat sepupu makan dengan lahap, akhirnya saya tergoda juga untuk mencicipi. Nggak perlu saya bahas lebih banyak lah ya, intinya rujak cingur jadi makanan favorit saya sejak saat itu. Bodo amat mau itu mulut, hidung, apaan kek. Pokoknya maknyus!

#6 Ikan nike Manado

Makanan terakhir yang bikin saya keder untuk mencobanya di awal adalah tumis ikan nike khas Manado. Saya pernah punya teman yang asli dari Manado, dan mamanya selalu bawa bahan mentah dari Manado saat mengunjungi teman saya ini. Pernah suatu hari, mama teman saya menawarkan sebuah hidangan yang awalnya saya kira adalah cacing atau luwing yang dimasak. Iyuuuh. Lonjong, panjang, kecil-kecil, apalagi sudah tercampur bumbu membuat warnanya jadi semakin nggak karuan. Katanya, itu ikan nike. Jadi, bentuk sebenarnya si ikan nike ini tuh belang-belang gitu, Gaes. Aduh, coba bayangin sendiri saja deh, yaaa.

Lantaran sungkan sudah ditawari tapi nggak segera mencicipi, saya akhirnya mencoba makanan yang penampakannya agak aneh ini. Lha, kok rasanya enak. Enaaak banget malah! Ada gurih-gurihnya gitu. Jadi, bukan hanya karena pengaruh dari bumbunya, melainkan si ikan mini ini sudah enak dari sononya. Apalagi konon katanya kandungan gizi dan nutrisi ikan nike ini tinggi. Sip wis.

Perlu diingat, ini opini saya pribadi ya, Gaes. Saya nggak diendorse sama baby octopus atau ikan nike. Xixixi. Dari keenam makanan yang penampakannya aneh, mengerikan, menjijikkan tersebut, bisa kita simpulkan don’t judge a book by its cover. Jangan, deh, apalagi kalau soal makanan. Kesampingkan dulu urusan pikiran, yang penting perut bahagia. Karena konon, hati yang bahagia berawal dari perut yang bahagia, lho.

Sumber Gambar: YouTube Eastcode Travel

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version