6 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang sehingga Gagal Tembus Beasiswa LPDP

6 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang sehingga Gagal Tembus Beasiswa LPDP

6 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang sehingga Gagal Tembus Beasiswa LPDP (unsplash.com)

Beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) jadi salah satu beasiswa prestisius yang diincar oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Beasiswa dari dana abadi pendidik ini tak hanya memberikan jaminan untuk biaya pendidikan di universitas, tapi juga komponen lain seperti kebutuhan buku, dana penelitian, kesehatan, dan biaya hidup. Selain itu, ekosistem yang dibangun oleh LPDP juga sangat baik setelah penerima beasiswa ini jadi alumni.

Wadah alumninya tersebar di seluruh daerah di Indonesia dan berbagai negara di dunia. Oleh karena itulah, beasiswa LPDP sangat diincar oleh banyak orang. Pada seleksi tahap I 2024 saja, pendaftarnya mencapai lebih dari 20 ribu orang. Begitu kompetitifnya beasiswa satu ini. Seiring dengan makin banyaknya pendaftar, pihak LPDP juga makin menambah kuota untuk penerima beasiswanya. Tenang saja, selalu ada kesempatan kalau mau berusaha dan berdoa.

Selaku orang yang alhamdulillah dikasih amanah “keberuntungan” lolos seleksi beasiswa LPDP, saya akan sedikit berbagi terkait kesalahan-kesalahan dari yang sepele hingga berat yang menyebabkan seseorang gagal lolos seleksi LPDP. Semua kesalahan ini saya rangkum berdasarkan pengalaman dan kisah awardee LPDP lainnya.

#1 Tidak teliti dalam membaca syarat berkas administrasi beasiswa LPDP

Banyak pendaftar yang sering luput mengenai berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar beasiswa LPDP. Paling sering ditemui adalah kesalahan pada format berkas yang nggak sesuai dengan panduan di LPDP. Padahal format dan bentuknya sudah disediakan contohnya oleh pihak LPDP di panduan pendaftaran yang tertera di website resminya.

Misalnya, surat rekomendasi dari tokoh atau akademisi yang oleh pendaftar menggunakan format sendiri. Padahal di website sudah tertera formatnya. Selain itu, banyak kasus pendaftar justru memasukkan transkrip nilai profesi dan bukan nilai IPK perkuliahan.

Kesalahan fatal lain adalah mengupload syarat sertifikat bahasa Inggris yang nggak resmi atau bukan official. Ini sering kali terjadi ketika seorang pendaftar merasa memiliki sertifikat TOEFL tapi yang dirilis secara lokal oleh kampus S1-nya. Sebagai informasi, LPDP hanya menerima sertifikat TOEFL ITP, TOEFL iBT yang diterbitkan oleh ETS, PTE Academic, dan IELTS.

Peringatan keras, jangan pernah menggunakan sertifikat bahasa Inggris hasil joki atau palsu. Praktik seperti itu pasti akan ketahuan oleh pihak LPDP. Kalau sudah ketahuan, kalian akan diblacklist oleh LPDP sehingga nggak bisa mendaftar beasiswa kembali.

#2 Malas melampirkan sertifikat-sertifikat pendukung

Seleksi berkas adalah tahap awal untuk menjual diri kepada pihak LPDP. Agar mereka tertarik, salah satunya dengan melampirkan berbagai sertifikat semasa kuliah atau bekerja untuk menunjukan keaktifan dan keterampilan yang dimiliki oleh pendaftar. Kalau hanya melampirkan satu atau dua sertifikat, itu pun sertifikat seminar, ya siap-siap saja ditolak.

LPDP sebagai pemberi beasiswa ingin menjaring individu yang punya jiwa pengabdian dalam hal apa pun asalkan positif dan berdampak kepada Indonesia. Keberadaan sertifikat yang kalian miliki, baik itu sertifikat seminar (nasional dan internasional), sertifikat organisasi, sertifikat pelatihan, sertifikat kompetensi atau profesi, serta sertifikat akademik akan jadi nilai tambah yang memperbesar probabilitas kalian lolos seleksi administrasi.

Tapi perlu perhatikan, bukan sertifikat tanah yang dilampirkan, ya!

#3 Tidak memanfaatkan waktu pengajuan sanggah

Setelah hasil seleksi administrasi diumumkan, ada jeda waktu yang disediakan oleh LPDP untuk melakukan sanggahan. Biasanya 4-5 hari kerja. Nah, kebanyakan pendaftar, ketika sudah mengetahui mereka nggak lolos tahap administrasi, mereka nggak memanfaatkan fasilitas tersebut karena sudah putus asa. Padahal fasilitas ini sangat membantu.

Misalnya, untuk melakukan sanggahan terkait berkas-berkas yang dirasa salah input atau terdapat kekeliruan. Beberapa pendaftar yang semula dinyatakan nggak lolos beasiswa LPDP, akhirnya bisa lolos karena melakukan sanggahan terhadap beberapa berkas yang dirasa keliru dan merevisi kekeliruan tersebut.

#4 Menyepelekan tahap seleksi skolastik beasiswa LPDP

Menyepelekan di sini artinya tidak mempersiapkan tes seleksi skolastik dengan baik. Tes skolastik ini mirip dengan Tes Potensi Akademik yang digunakan dalam tes CPNS atau sejenisnya. Para pendaftar kadang sudah telanjur fokus dan ribut persoalan berkas administrasi dan esai. Untuk esai sendiri, memang jadi salah satu momok yang dikhawatirkan oleh para pendaftar beasiswa LPDP. Pembuatannya memang menyita waktu para pendaftar sehingga perhatian terhadap persiapan tes skolastik jadi disepelekan.

Padahal tes skolastik ini penting karena poin yang didapat dari tes ini sedikit banyak akan membantu dalam perolehan nilai akhir pendaftar. Pasalnya, nilai tersebut akan diakumulasikan dengan nilai hasil tes substansi (tes wawancara) yang jadi momok yang paling mengerikan dalam proses seleksi beasiswa LPDP.

Kalau kalian lolos dengan nilai skolastik yang mepet dengan passing grade, tentu akan sangat berat menghadapi tes substansi yang passing grade-nya cukup tinggi.

#5 Tidak punya tujuan

Perkara selanjutnya yang bisa membuat seseorang nggak lolos beasiswa LPDP adalah nggak punya tujuan yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan ini memang disampaikan melalui esai yang disubmit oleh pendaftar. Mungkin dalam esai tersebut si pendaftar dapat menulis jelas tujuan yang muluk-muluk dan terlihat keren sehingga esai tersebut menghipnotis para reviewer.

Akan tetapi ketika tujuan itu hanya hasil copas, hanya ikut-ikutan, nggak jujur dari keinginan diri sendiri, dan bukan hasil dari perenungan yang matang, si pendaftar hanya akan menjadi bulan-bulanan interviewer ketika tahap seleksi substansi. Para interviewer tersebut tentu punya kemampuan untuk melihat apakah yang disampaikan oleh pendaftar sesuatu yang realistis, jujur, dan apa adanya atau tidak.

Selain itu, ketika nggak punya tujuan yang jelas, pendaftar biasanya terbata-bata dan terkesan mengawang-ngawang ketika diminta menjelaskan strategi untuk mewujudkan tujuan yang telah dituliskannya di dalam esai.

Jadi pastikan kalian punya tujuan dan target yang jelas sebelum memutuskan mendaftar beasiswa LPDP. Dan yang paling penting harus realistis. Jangan cita-cita seperti menjadi Presiden Amerika kalian tulisan sebagai tujuan hidup. Itu namanya nggak realistis!!!

#6 Tidak mampu menjelaskan potensi diri

Kesalahan terakhir menurut saya yang kerap dilakukan pendaftar beasiswa LPDP adalah pendaftar nggak mampu menjelaskan potensi dan value dalam dirinya. Dia nggak mengenal dirinya sendiri dengan baik ketika diminta menjelaskan ke pihak interviewer.

Mengetahui potensi dan value diri itu penting karena itu yang jadi pembeda dan nilai jual kalian kepada LPDP. Lha, kalau masih krisis identitas, kemudian hidupnya isinya kok cuma OVT soal chat WA yang nggak dibalas doi, ya mending nggak usah maksa daftar LPDP lah.

Itulah beberapa kesalahan yang sering kali dilakukan ketika mendaftar beasiswa LPDP. Bagi kalian yang sedang proses menunggu pengumuman seleksi berkas, semoga hasilnya memuaskan, ya!

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Alasan Mengapa Kamu Nggak Perlu Kuliah S2 Meskipun Pendaftaran Beasiswa LPDP Tahun 2024 Telah Dibuka.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version