6 Hal Dasar yang Ada pada Cwie Mie, Mi Ayam Orang Malang

6 Hal Substansial pada Cwie Mie, Mi Ayam Orang Malang Terminal Mojok

6 Hal Substansial pada Cwie Mie, Mi Ayam Orang Malang (Pixabay.com)

Mi ayam jadi salah satu makanan yang paling banyak digemari masyarakat. Harganya yang terjangkau dan porsinya yang mengenyangkan jadi nilai tambah mi ayam. Tapi, kalian sadar nggak sih kalau di Indonesia ada beragam versi mi ayam yang beredar di pasaran? Setidaknya ada 4 tipe mi ayam yang paling populer: mi ayam Wonogiri, mi ayam Jakarta, mi ayam Bangka, dan yamin Bandung.

Malang juga punya mi ayam khas, namanya cwie mie. Sepintas penampakannya mirip mi ayam Jakarta, tapi saya nggak tahu apakah rasanya serupa. Sebab, saya sendiri belum pernah makan mi ayam Jakarta yang autentik langsung dari tempat asalnya. Di kalangan orang Malang sendiri nama “cwie mie” nggak begitu populer. Nama yang populer sampai ke pelosok kampung justru “pangsit”—nama singkat dari “pangsit mi ayam”—nggak peduli tipe mi ayam apa yang dijual.

Cwie mie menggunakan topping ayam kering, rasanya gurih asin, dan aslinya disajikan kering dengan kuah di wadah terpisah. Di Malang tentu nggak cuma mi ayam tipe cwie mie yang dijual, ada juga mi ayam ala Wonogiri seperti yang kita jumpai di sebagian besar wilayah Jawa. Terlepas dari beragamnya mi ayam yang beredar di Malang, setidaknya ada 6 hal dasar yang nggak bisa dihilangkan dari dunia per-cwie mie-an Malang.

#1 Kerupuk pangsit

Kerupuk pangsit jadi komponen yang wajib ada pada mi ayamnya orang Malang. Hukumnya fardhu ain. Disediakan sepaket dengan mi tanpa tambahan biaya.

Asal kerupuk pangsit ini adalah kulit pangsit yang digoreng biasa tanpa diberi isian adonan apa pun. Biasanya ditaburkan begitu saja di atas mi, tapi ada juga yang dibentuk mangkok. Saking pentingnya kehadiran kerupuk pangsit ini, ia malah jadi kata ganti menyebut “mi ayam” di Malang jadi “mi pangsit” atau bahkan “pangsit” saja.

Saat pertama kali merantau di Jogja, kerupuk pangsit ini sempat jadi masalah buat saya. Saat itu saya memesan “pangsit” di sebuah kedai mi ayam. Eh, yang datang cuma kerupuk pangsitnya tanpa mi. Dari situ saya yang mainnya kurang jauh ini baru tahu kalau yang disebut pangsit itu bukan minya.

Setahu saya, sebagian besar penjual mi ayam di Jogja dan banyak kota lainnya nggak menyediakan kerupuk pangsit pada mi ayamnya. Kalau mau menambah kerupuk pangsit, ya harus bayar lagi. Kadang malah ada yang nggak menyediakan sama sekali.

Hal mengecewakan lainnya, beberapa kerupuk pangsit yang saya temui di Jogja itu bikinan sendiri dan ditambah seledri. Rasanya jadi kurang cocok dengan lidah saya. Sebab, kalau di Malang kerupuk pangsitnya renyah banget dan pakai kulit pangsit siap goreng yang dijual di pasaran. Jadi, nggak ada tambahan aneh-aneh yang malah merusak rasa.

#2 Acar timun dan cabai rawit

Acar jadi pendamping wajib bagi cwie mie Malang meskipun prioritasnya masih di bawah kerupuk pangsit. Acarnya nggak cuma potongan timun, melainkan sudah direndam dengan larutan air cuka dan gula, lalu ditambah cabai rawit hijau.

Rasa acar ini seger banget. Cocok buat menetralisir minyak-minyak di mulut saat menyantap cwie mie. Berdasarkan pengamatan saya, keberadaan acar pada mi ayam seperti ini cukup jarang saya jumpai di luar Malang.

#3 Rasanya gurih asin

Secara umum, cwie mie Malang rasanya gurih, asin, dan ladanya cukup kuat. Ini tentu berbeda dengan mi ayam Jawa yang manis dan pekat rasa rempah-rempahnya. Dibanding mi ayam Jawa, cita rasa cwie mie lebih ringan.

Kunci kenikmatan cwie mie ada pada minyaknya. Kebanyakan pedagang menggunakan minyak bawang putih, tapi ada juga yang mengganti minyak gorengnya dengan lemak ayam yang dilelehkan.

#4 Taburan

Topping ayam pada cwie mie bisa bervariasi. Ada yang kering, ada juga yang dimasak cokelat bersaus meski nggak sepekat mi ayam Wonogiri. Selain topping ayam, yang harus ada pada mi ayam Malang ini adalah taburan pelengkapnya, yakni daun bawang cung (lokio) dan bawang merah goreng.

Rasa daun bawang cung ini lebih manis dan nggak getir kalau dibandingkan daun bawang prei. Selama merantau di Jogja, saya kebingungan karena mi ayam di sini kebanyakan menggunakan taburan daun bawang prei. Celakanya hampir semua masakan di Jogja taburan daun bawangnya cuma 2 macam, kalau nggak daung bawang prei ya seledri.

#5 Sayur

Di Malang ada 2 jenis sayur yang dipakai pada cwie mie. Yang paling umum adalah sawi hijau yang dimasak bareng minya, yang kedua adalah selada. Kalau pakai selada ya seladanya nggak perlu dimasak.

#6 Kuah bukan hal wajib

Secara umum ada 3 jenis cwie mie yang bisa kita pesan di pedagang gerobakan di Malang, yaitu kering, nyemek, atau basah. Kuah bukan sesuatu yang wajib ada pada mi pangsit orang Malang ini. Sebenarnya tanpa kuah pun mi tetap terasa enak. Kalau urusan tambah sambal dan persaosan sih kembali ke selera masing-masing.

Mungkin kita juga masih bisa menemui hal serupa di kota lainnya di sekitaran Malang, namun saya rasa penerapannya nggak semasif di Malang. Di perantauan, kekhasan cwie mie di atas suka bikin saya kangen rumah. Untungnya kerinduan saya bisa sedikit terobati dengan adanya Mie Gacoan yang mirip cwie mie Malang.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Rekomendasi 5 Mi Ayam Terenak di Malang Raya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version