Daftar Isi
#3 Nggak pakai taoge pendek
Satu hal yang paling sering disalahpahami penjual rawon yang bukan orang Jawa Timur adalah penggunaan taoge. Untuk rawon baiknya menggunakan taoge pendek. Taoge pendek ini memang terbuat dari kacang hijau layaknya taoge di pecel, namun segera dipanen saat usianya masih muda makanya ekornya pendek-pendek. Kalau di Jawa Timur, taoge jenis ini dipakai dalam hidangan rawon, soto (terutama soto Madura), dan sayur trancam.
Taoge pendek ini punya rasa langu khas yang cocok banget dipadukan dengan rawon. Sayur ini mampu menjadi penyeimbang untuk kuah rawon yang amat berkaldu. Jadi kalau ada penjual rawon yang pakai taoge pecel apalagi taogenya direbus dulu sudah dipastikan ia penjual rawon aliran sesat.
#4 Nggak pakai sambal terasi matang
Sambal yang ideal untuk menemani rawon adalah sambal terasi matang. Bisa kelihatan dari warnanya yang cenderung gelap. Rasanya harus ada manis-manisnya untuk mengimbangi kuah rawon yang gurih asin tadi.
Kalau kalian makan rawon di Jawa Timur, umumnya kalian akan mendapatkan sambal yang semacam itu. Seandainya warung makan tersebut menyediakan menu soto dan rawon, penjual tetap akan membuat dua sambal yang berbeda. Sambal kemiri untuk soto dan sambal terasi matang untuk rawonnya. Jadi jika rawon yang kalian beli nggak menyediakan sambal terasi matang atau malah ngasih sambal bawang, berarti patut dipertanyakan keautentikannya.
#5 Lupa menaburkan brambang goreng
Brambang atau bawang merah goreng adalah komponen yang kerap disepelekan. Padahal keberadaannya dalam masakan Nusantara termasuk rawon, membuat kelezatannya makin powerful. Brambang juga bisa berfungsi untuk mempercantik tampilan rawon yang monoton dan hitam.
Memang brambang goreng sudah ditambahkan penjual rawon ke dalam kuah saat si rawon matang. Tapi rasanya suka sedih aja gitu kalau penjualnya nggak memberikan ekstra taburan brambang goreng di atas rawon yang dihidangkan.
#6 Nggak menyediakan kerupuk udang
Beberapa lauk pendamping yang cocok banget sebagai teman makan rawon di antaranya telur asin, tempe yang digoreng tanpa tepung, empal, perkedel, dan paru goreng. Namun ada satu komponen klasik dan paling dasar yang sebaiknya nggak dilupakan, yakni kerupuk udang.
Di Jawa Timur, kerupuk udang adalah satu-satunya jenis kerupuk yang dianggap pantas untuk disajikan di momen-momen spesial. Nggak heran kalau doi selalu muncul di setiap hajatan mendampingi menu makanan apa pun, termasuk rawon.
Makan rawon tanpa kerupuk udang rasanya kayak ada yang kurang. Nggak masalah kalau nggak ada telur asin atau tempe, asal kerupuk udang jangan sampai absen. Nelangsa rasanya kalau di warung makan yang nyediain rawon malah lupa menyediakan kerupuk udang. Mending saya pesen menu yang lain aja. Hiks.
Kalau dipikir-pikir, saya memang punya standar yang cukup ribet dalam menikmati rawon. Kalau bisa sih harus punya cita rasa dan penampilan semirip mungkin dengan pakemnya di tempat asal. Sebab memang sebegitu istimewanya rawon di mata saya.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rawon Warteg, Culture Shock Terbesar Saya di Dunia Kuliner.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.