6 Cara Ladeni Telepon Penipuan Sesuai Karaktermu

6 Cara Ladeni Telepon Penipuan Sesuai Karaktermu Terminal Mojok.co

6 Cara Ladeni Telepon Penipuan Sesuai Karaktermu (Unsplash.com)

Ketika sedang menikmati istirahat selepas pulang dari kerja, tiba-tiba hape saya bergetar. Saya melihat ada telepon WhatsApp masuk ke nomor Tri saya. Penelepon mengaku dari CS (Customer Service) BRI dan mengarahkan saya untuk ke kantor Bank BRI terdekat. Katanya, agar saya dapat menebus poin yang telah saya kumpulkan melalui transaksi guna ditukarkan barang-barang elektronik.

Saya sebetulnya sudah sadar bahwa ini adalah sebuah telepon penipuan. Namun, saya ingin meladeni sang CS abal-abal ini agar mengurangi jam kerjanya yang digunakan untuk menipu orang lain. Sayangnya, telepon harus segera saya akhiri sebab azan maghrib telah berkumandang.

Dari pengalaman tersebut, saya jadi kepikiran untuk memberikan saran pada kamu. Kira-kira, bagaimana sajakah cara meladeni telepon penipuan dari CS abal-abal yang bisa bikin kesal si penipu dan agak melegakan kita, calon korbannya. Saran ini saya sampaikan berdasarkan tipe karakter kamu, ya.

#1 Tipe bukan pendengar yang baik

Banyak orang terlahir sebagai sosok yang males mendengar cerita orang lain. Apalagi kalau ceritanya begitu-begitu saja dan cenderung gibah serta tidak ada kepentingan untuk kehidupannya. Terlebih, jika kita sudah tahu kalau sedang ditelepon oleh seorang penipu yang bakal menjelaskan banyak hal untuk memengaruhi calon korbannya. Saran saya, untuk tipe orang seperti ini adalah nggak perlu mendengarkan penjelasan dari si penipu. Namun, biar kita terkesan betul-betul mendengarkan, cukup mengulang kata terakhir yang penipu tanyakan.

Cukup jawab telepon secukupnya sambil melanjutkan aktivitasmu (Unsplash.com)

“Dengan Bapak Ahmad Arief Widodo, nasabah BRI, benar?” tanya sang penipu.
“Hmmm, benar,” jawab saya.

“Bapak, apakah informasi yang saya berikan sudah jelas?”
“Hmmm, jelas,” jawab saya.

“Apakah bapak mendengarkan penjelasan saya dengan serius?”
“Hmmm, serius,” jawab saya.

Tambahkan “hmmm” agar kita seolah-olah mencerna setiap kalimat yang penipu jelaskan. Tidak masalah jika si penipu mendominasi percakapan, tapi yang sebenarnya mengontrol arah pembicaraan adalah diri kita sendiri.

#2 Tipe agamis

Orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi, menurut saya lebih diuntungkan karena keilmuan agamanya. Sebab, ketika ditawari hadiah dari bank tipu-tipu, bisa saja orang yang agamis ini menjawab bahwa ia sudah hijrah. Oleh karena itu, ia sudah tidak menggunakan bank konvesional. Ini karena menurutnya, bunga bank itu haram. Bahkan, meskipun cuma mendapatkan hadiah, tetap saja haram.

Tidak sampai di situ, ia bahkan bisa sekaligus menceramahi CS abal-abal yang mendapatkan gaji dari bunga bank yang haram karena diqiyaskan dengan riba tersebut. Gimana? Bakal bikin keder si penipu, kan?

#3 Tipe melek finansial

Buat kamu orang yang melek finansial, pasti bakal tau bahwa nabung di bank itu tidak menguntungkan. Pasalnya, ini kalah dengan pertumbuhan inflasi. Selain itu, kemungkinan besar kamu pun mengikuti program nabung saham dari IDX.

 

Angkat telepon dan tunjukkan pemahaman finansialmu (Shutterstock.com)

Maka saran saya, setelah penipu menjelaskan secara fafifu wasweswos berkaitan dengan arahan dia untuk menipu, cukup jawab, “Maaf, sekarang saya udah nggak nabung di Bank, tapi nabung saham. Karena saat ini saya sudah menerapkan financial planner dalam kehidupan.” Kemudian, kalau kamu masih punya banyak tenaga, omongan tersebut dapat dilanjutkan dengan berbagi saran dari perencana keuangan yang kamu dapat dari berbagai platfrom. Ini biar penipunya dapat meningkatkan financial well literate-nya. Sungguh, kamu sangat baik hati sekali.

#4 Tipe sultan

Kalau kamu orang kaya raya sampai tujuh turunan sembilan tanjakan dan sebelas belokan, tapi masih kena telepon penipuan semacam itu, ini saran saya. Ketika si penipu memberikan arahan untuk pergi ke bank, kamu cukup bilang, “Maaf, saya nggak tahu lokasi ATM atau kantor bank terdekat di sini. Sebab, biasanya saya yang didatangi orang bank di rumah.”

#5 Tipe donatur

Apabila kamu orang yang suka berbagi dengan orang lain dan memiliki jiwa empati yang tinggi, begini saran saya. Ketika kamu diiming-imingi berbagai macam hadiah oleh si penipu, cukup jawab, “Saya ikhlaskan hadiah-hadiah yang saya dapatkan untuk Anda saja. Atau kalau tidak bisa, silakan diserahkan pada yayasan atau lembaga sosial yang biasa diajak bekerja sama oleh CSR bank. Terima kasih atas bantuannya.” Lalu, langsung matikan saja teleponnya.

#6 Tipe orang sibuk

Kamu adalah tipe orang yang punya agenda padat setiap harinya. Eh, di tengah-tengah kesibukanmu, malah ada telepon dari si penipu. Tentu saja, ini sangat menyebalkan. Namun, ada solusi itu situasi tersebut.

Betapa menyebalkannya ditelepon penipuan di tengah aktivitas padat (Shutterstock.com)

Ketika mereka telepon, jawab saja, “Saya tidak punya waktu untuk ngatre ke ATM karena ada revisian dari klien yang belum dikerjakan. Kantor juga lagi sibuk banget karena banyak kerjaan. Bos juga lagi marah-marah karena klien melakukan pembayaran hasil kerjaannya lama banget. Bla bla bla.” Sekalian saja kamu ceritakan kesibukan kamu selama di kantor dan jadikan si penipu sebagai tempat curhat. Lumayan, lah, kamu jadi punya tempat untuk berkeluh kesah gratis, kan?

Namun, meskipun kita sudah punya banyak amunisi untuk berjaga-jaga, motif telepon penipuan selalu berinovasi. Jadi, jangan lengah, Kawan. Selalu berhati-hati dengan sesuatu yang tampak too good to be true. Sepakat?

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version