Di setiap tempat kerja, pasti ada saja orang yang nyebelin, entah rekan kerja atau atasan. Mulai dari tipe-tipe yang suka cari muka di depan bos, sampai yang hobi ngutang nggak bayar-bayar. Untuk rekan kerja yang selevel, mungkin masih gampang lah kita atasi. Tapi, kalau yang nyebelin atasan? Mau protes, tapi takut di-SP atau bahkan dipecat, sementara kalau diam saja lama-lama bikin dongkol.
Menghadapi atasan yang menyebalkan memang nggak mudah. Sampai tahap tertentu, ihwal atasan yang nyebelin ini bikin suasana kerja jadi kurang nyaman. Akibatnya, kita jadi kurang produktif. Apalagi otak kita memang didesain untuk survival. Secara instingtif, ketika ada ancaman, amigdala akan meng-hijack seluruh bagian otak yang lain, termasuk bagian yang berfungsi untuk berpikir jernih dan kreatif. Jadi, sangat wajar kalau kita bergesekan dengan atasan, terlepas posisi kita benar atau salah, kita lebih sering mengalah daripada terancam kehilangan pekerjaan. Begitulah kata seorang ahli yang pernah saya dengar.
Saya sendiri sudah pernah bekerja di berbagai tempat. Dan di tiap tempat kerja, selalu saja ada tipe atasan yang menyebalkan. Untungnya, makhluk-makhluk semacam ini nggak banyak, palingan satu dua orang. Bayangkan, kalau ada satu pleton di tiap kantor, mungkin semakin banyak pengangguran di negara kita, atau paling nggak, banyak orang terganggu kejiwaannya karena menghadapi mereka.
Nah, seperti apa sih tipe-tipe atasan yang bikin sebel? Berikut ini beberapa hasil temuan saya:
#1 Tipe Superindo
Jangan membayangkan soal belanja! Ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan supermarket. Kita sedang membicarakan tipe atasan yang “suka perintah doang”.
Tipe ini kayaknya paling banyak dalam dunia kerja, di mana pun, entah di sektor publik maupun swasta. Atasan tipe ini biasanya nggak mau turun tangan kalau ada pekerjaan-pekerjaan teknis. Kalau pas kebagian kerja-kerja teknis, ada saja alasannya: mules lah, kurang enak badan lah, dan seterusnya. Satu-satunya yang dia bisa ya cuma kerja-kerja-kerja, eh, maksudnya perintah-perintah-perintah.
Cara menghadapi atasan tipe ini gampang. Yang penting, Anda bisa menunjukkan kalau Anda adalah orang yang mau dan bisa bekerja dengan hasil yang baik tiap kali ada tugas atau perintah. Setelah itu, bila Anda sudah dipercaya, sesekali kritik dia. Tentu saja dengan bahasa yang baik dan sopan. Karena kalau nggak gitu, pekerjaan Anda jadi taruhannya.
#2 Tipe Origami
Nah, tipe kedua ini juga nggak ada hubungannya sama mainan kertas lipat. Origami maksudnya “otoriter, nggak demokratis”. Semua keputusan pokoknya ada di tangan dia, mulai dari yang strategis sampai soal-soal remeh temeh. Semua dia putuskan sendiri berdasarkan kepentingan dan seleranya, nggak ada orang lain yang boleh mengganggu gugat.
Kalau Anda adalah tipe orang yang banyak ide, jangan harap usul Anda akan diterima kecuali sejalan dengan idenya. Tapi tenang saja, tipe atasan Origami ini bisa diatasi dengan strategi. Modalnya utamanya cuma satu: keberanian. Namun modal keberanian saja tentu nggak cukup. Anda juga harus punya argumen, pengetahuan, dan data yang cukup kuat sekaligus bisa dipertanggungjawabkan, ketika ingin beradu argumen atau menyatakan pendapat. Bila perlu menggalang massa di tempat kerja seperti ketika menjatuhkan Orde Baru.
#3 Tipe Ngiler
Namanya ngiler, ya pasti nyebelin. Tapi ini ngilernya beda. Ini adalah tipe atasan yang “ngasih load kerja nggak rasional”.
Bayangkan bila Anda diberi tugas dadakan dengan tenggat waktu mepet. Kalau dengan ritme kerja normal, pekerjaan itu harusnya selesai dalam 1 pekan, tapi Anda harus menyelesaikannya dalam semalam. Kalau itu dikarenakan keteledoran kita yang nggak mengacu pada timeline kerja yang seharusnya, itu jelas kesalahan kita. Tapi, gimana kalau itu dikarenakan kepemimpinan atasan yang kurang kompeten dalam mengatur load kerja?
Untuk menghadapi tipe atasan seperti ini, ada cara jitu yang bisa Anda coba. Bila Anda mengalami kondisi yang serupa, sampaikan saja apa adanya bahwa pekerjaan itu nggak mungkin diselesaikan sendiri dengan tenggat waktu yang dia berikan. Atau, Anda bisa bernegosiasi kepada atasan untuk membantu menyelesaikan itu bersama-sama. Kalau nggak mau, ya sudah. Atasan seharusnya mengerti kondisinya. Bila pola yang sama masih terus terjadi, itu berarti atasan Anda yang memang nggak kompeten menjadi atasan. Tunggu saja, suatu saat kalian akan bertukar posisi.
#4 Tipe Cuakep
Banyak orang suka dengan atasan yang cakep. Tapi kalau terlalu cakep, ini kadang bisa bermasalah. Suami atau istri Anda di rumah bisa cemburu.
Eh, tapi ini bukan cakep, melainkan cuakep alias “cuek dan nggak care kepada bawahan”. Nah, ini tergantung. Dalam kondisi tertentu, atasan yang cuek bisa jadi menguntungkan atau biasa saja. Tapi pada kondisi yang lain, atasan cuek ini juga bisa jadi musibah.
Bila Anda sudah memiliki ritme bekerja secara independen yang baik, atasan yang cuek tak begitu berpengaruh. Tapi, kalau Anda masih pekerja entry level yang masih butuh bimbingan atau sedang menghadapi tantangan yang perlu solusi dari atasan, tipe atasan yang cuek ini bisa bisa bikin Anda stres karena ketiadaan arahan. Makanya, kalau Anda butuh bimbingan atau arahan, jangan ragu untuk bertanya atau meminta atasan. Perkara dia merespons dengan baik atau nggak, setidaknya Anda sudah on the track.
#5 Tipe Sugih
Suka nggak adil dan pilih kasih. Di dunia kerja, tipe atasan yang terakhir ini sering kali saya temui. Sebenarnya saya cukup beruntung karena, dalam pengalaman pribadi, saya sendiri lah yang kebetulan sering dipilih-kasihi. Tapi, jelas itu nggak fair. Sebagai seorang yang terpelajar (uhuk!), saya harus adil walaupun saya dalam posisi yang diuntungkan. Seperti kata Pram, “Seorang pelajar harus berbuat adil sejak dalam pikiran.”
Sebetulnya atasan yang pilih kasih itu masih bisa ditoleransi, selama kecenderungannya terhadap salah satu atau sejumlah bawahannya dilandasi atas profesionalisme. Misalnya, Anda disukai oleh atasan dan diperlakukan secara spesial karena kinerja Anda yang bagus, itu nggak masalah. Yang jadi masalah bila sikap pilih kasih itu sekadar atas dasar suka dan nggak suka yang sama sekali nggak ada relevansinya dengan hubungan profesional kerja.
Maaf, yang soal terakhir ini, saya nggak bisa memberi solusi bagaimana menghadapinya. Silakan Anda mencari strategi sendiri, wong saya juga lagi pusing karena menghadapi atasan yang nyebelin, dan ternyata bukan salah satu dari kelima tipe ini.
Penulis: Muhammad Luqman Hakim
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Atasan yang Selalu Approve Cuti Adalah Privilese yang Tak Dimiliki Semua Karyawan Indonesia.