5 Teori Kehidupan dari Tamatnya Drakor The Golden Spoon

5 Teori Kehidupan yang Saya Tangkap dari Tamatnya Drakor The Golden Spoon Terminal Mojok

5 Teori Kehidupan dari Tamatnya Drakor The Golden Spoon (Instagram Disney Plus Hotstar Indonesia)

Mulai tayang jelang akhir September yang lalu, drama Korea The Golden Spoon akhirnya memasuki episode terakhir pada Sabtu malam kemarin (12/11/2022). Diangkat dari Webtoon karya HD3, The Golden Spoon hadir dengan genre fantasi yang juga bikin geleng-geleng kepala dengan plot twist dan alur cerita yang menegangkan.

Sejak awal, The Golden Spoon memang sudah menarik perhatian dengan cerita tentang kesenjangan sosial antara orang miskin dengan orang kaya. Tak ketinggalan juga tentang bagaimana orang-orang yang pengin banget jadi orang kaya karena sudah sangat lelah menjadi orang miskin.

Adalah Lee Seungcheon (Yook Sung Jae), remaja laki-laki yang pintar, pekerja keras, dan hidup dalam keluarga miskin. Lantaran keadaan ekonomi keluarganya yang serbaterbatas, serta utang keluarga yang nilainya fantastis, Seungcheon akhirnya ikut ambil peran dalam membantu ekonomi keluarga. Sepulang sekolah ia bekerja menjadi pekerja paruh waktu.

Lee Seungcheon bersekolah di sebuah sekolah bergengsi di Korea. Di sekolah, Sengcheon kerap menjadi korban perundungan. Dipaksa mengerjakan tugas, diancam, hingga dipukuli, sudah seperti makanan sehari-hari bagi Seungcheon. Mirisnya, Seungcheon tidak bisa berbuat banyak selain pasrah. Kemiskinan membuatnya kehilangan harga diri dan hak untuk diperlakukan dengan layak.

Hingga pada suatu hari, ia bertemu seorang nenek penjual barang antik. Dari beragam barang antik yang si nenek jual, salah satunya adalah sebuah sendok emas yang konon bisa mengubah takdir seseorang. Hanya dengan menggunakan sendok tersebut sebanyak tiga kali, maka pertukaran kehidupan antara si kaya dan si miskin pun akan terjadi.

Meski sempat tidak percaya, Seungcheon yang ingin memberi kehidupan lebih baik untuk keluarganya, pada akhirnya benar-benar membuktikan kesaktian sendok emas tersebut. Tiga kali makan di rumah Hwang Taeyong (Lee Jung Won)—siswa paling kaya di sekolah—membuat kehidupan mereka tertukar.

Setelah bertukar kehidupan dengan Taeyong, Seungcheon memang terbebas dari kemiskinan. Namun bersamaan dengan itu, ia harus berpisah dengan keluarganya. Selain itu, ia harus menghadapi sederet masalah pelik dan penuh darah yang melibatkan Hwang Hyeondo (Choi Won Young), ayah dari Hwang Taeyong.

Setelah menonton sampai episode terakhir, berikut ini adalah teori kehidupan yang saya tangkap dari drakor The Golden Spoon.

#1 Menjadi miskin adalah musibah bagi sebagian orang

Kondisi Seungcheon dan sahabatnya yang meninggal bersama anggota keluarganya yang lain adalah buah dari kemiskinan yang begitu akrab dalam kehidupan mereka. Meski Seungcheon sudah bekerja keras, nyatanya kehidupan yang layak masih terasa jauh untuk dijangkau.

Yang lebih memprihatinkan lagi, dalam keadaan yang sudah sedemikian buruk, mereka masih harus menjadi korban kesenangan orang kaya yang begitu mengagungkan uang. Seungcheon menjadi korban perundungan di sekolah, sementara sahabatnya terpaksa mengalah karena tidak sanggup melawan orang kaya yang rakus pembangunan.

Dari latar belakang cerita mereka, kita bisa melihat bagaimana teori bahwa miskin adalah musibah terpampang nyata dalam sebuah cerita kehidupan. Meski berasal dari cerita drakor, saya rasa potret seperti itu pun bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

#2 Setiap perbuatan ada konsekuensinya

Saya rasa kita patut sepakat bahwa meskipun yang dilakukan oleh Seungcheon berasal dari sebuah niat baik (ingin membebaskan keluarganya dari kemiskinan), cara yang ia pilih tentu saja tidak bisa dibenarkan. Kalau di Indonesia, sendok emas dalam The Golden Spoon itu mungkin serupa jimat kekayaan. Mungkin memang akan memberikan kekayaan, tetapi bersamaan dengan itu ada “harga” yang harus dibayar.

Setelah bertukar kehidupan, Seungcheon memang menjadi kaya, tetapi di sisi lain ia kehilangan banyak hal. Ia terpisah dari keluarganya, bahkan harus benar-benar kehilangan ayahnya. Itu pun belum ditambah dengan sederet masalah pelik penuh darah yang nyaris menghancurkan hidupnya.

Bisa dibilang, sendok emas memang mengakrabkan Seungcheon—dan kedua pengguna sendok emas lainnya—dengan kekayaan, tetapi di saat bersamaan juga mendekatkannya pada masalah besar dan kematian. Karena pada dasarnya, demikianlah hidup ini berjalan, setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya.

#3 Perubahan takdir bisa terjadi jika semesta merestui

Oke, poin ini memang terkesan terlalu gimana gitu. Tapi serius deh, setelah menonton episode terakhir semalam, poin ini yang paling menempel di kepala saya. Sejak awal, Seungcheon sudah sangat bekerja keras untuk bisa kaya, tetapi semesta seperti belum merestui.

Ketika ia menjadi orang kaya pun waktunya tidak lama. Toh, ujung-ujungnya kehidupannya tetap gitu-gitu saja. Sama halnya dengan Taeyong, meskipun ia sudah menukar kehidupannya dengan Seungcheon, ujung-ujungnya dia tetap tampil sebagai orang yang sukses.

Intinya, meskipun sendok emas sempat menukar kehidupan mereka, semesta tetap punya caranya sendiri untuk membuat semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Seungcheon yang kembali ke setelan awal boleh jadi adalah “hukuman” atas pilihannya, boleh jadi juga karena semesta yang belum merestui ia menjadi orang kaya.

Untuk poin ini, kita tentu hanya bisa menerka-nerka.

#4 Jodoh pasti bertemu

Judul lagunya Afgan ini juga cocok disematkan untuk kisah cinta Seungcheon dengan Na Juhee dalam The Golden Spoon. Sejak menjadi rekan kerja di toserba tempat mereka bekerja, kisah percintaan mereka memang berjalan lambat, penuh lika-liku, sempat berpisah dan singgah di hati yang lain, tetapi ujung-ujungnya bisa bertemu kembali.

Meski Seungcheon berganti “wujud”, Juhee tetap bisa mengenali. Di episode terakhir, saya juga bisa menangkap bahwa kisah cinta mereka ini, bisa tetap berlanjut karena adanya kekuatan doa yang mereka yakini bersama.

#5 Uang: pisau bermata dua

Dalam drakor The Golden Spoon, setidaknya ada tiga tokoh yang diceritakan menjadi pengguna sendok emas. Di antara ketiganya, Seungcheon digambarkan punya niat baik, tokoh lainnya punya niat sangat buruk, dan satunya lagi belum jelas karena keburu meninggoy, wqwqwq.

Nah, dari cerita tentang sendok emas yang erat kaitannya dengan kekayaan itulah kita bisa melihat bagaimana uang menjadi pisau bermata dua. Bagaimana uang itu bisa memberi manfaat atau justru mendatangkan musibah, semua bergantung pada yang akan menggunakannya.

Seungcheon bisa dibilang memanfaatkan uang untuk sesuatu yang bernilai baik, beda dengan pengguna sendok emas satunya lagi yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah ia miliki. Tidak peduli orang lain menderita, asal ia bertambah kaya, maka hal apa pun bisa dilakukan. Ketika uang dan kuasa dimanfaatkan untuk sesuatu yang menguntungkan diri sendiri, dari sanalah ketidakadilan menyapa kehidupan orang-orang kelas bawah.

Itulah kelima teori kehidupan yang saya tangkap dari drakor The Golden Spoon. Meski sangat kuat unsur fantasinya, banyak hal dari drakor ini yang relate dengan kehidupan sehari-hari. Ending dramanya memang terasa sangat mengejutkan dan nyaris bikin kecewa, tetapi setelah dipikir-pikir lagi, pilihan ending yang demikian justru membuat drakor ini berhasil menyampaikan kehidupan perihal takdir.

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Anak Chaebol di Jagat Drama Korea yang Baik Hati.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version