Jualan makanan adalah salah satu jenis usaha yang selalu berkembang, tapi cukup sulit untuk bertahan dalam rentang waktu yang lama. Pasalnya, selera makan orang berubah seiring perkembangan zaman. Itulah yang menyebabkan banyak tempat makan yang dulunya populer, berangsur mulai sepi, lalu tutup.
Sebagai contoh, sekitar 2005 di depan kampus Unesa Ketintang ada warung penyetan yang sangat populer. Namanya penyetan kuburan karena lokasinya di depan kuburan. Saking ramainya, banyak pengunjung yang antre dan membuat jalan di sekitarnya macet. Namun, warung tersebut sekarang sudah raib entah ke mana. Sebetulnya, tidak hanya warung itu. Banyak tempat makan di Surabaya yang dulunya ramai sekarang tutup karena bangkrut atau sepi pelanggan.
Akan tetapi, di antara banyaknya tempat makan yang berguguran, ada beberapa tempat makan di Surabaya yang bisa eksis puluhan tahun dan masih laris sampai sekarang. Penasaran? Berikut adalah daftar warung legendaris di Surabaya yang berusia puluhan tahun, tapi masih laris manis sampai sekarang.
#1 Soto Gubeng Pojok (sejak 1950)
Berusia 72 tahun, Soto Gubeng Pojok masih eksis hingga sekarang. Tampilan warungnya sederhana dengan rombong pikulan dan tungku tradisional. Meskipun tempatnya sederhana, Soto Gubeng Pojok sangat terkenal dan selalu ramai pengunjung. Saking terkenalnya, jika kita searching di Google kata “Soto Gubeng Pojok Surabaya” akan banyak bermunculan warung soto yang namanya sama. Namun, perlu diingat bahwa yang asli hanya satu. Ia berlokasi di Jalan Kusuma Bangsa No.30 Surabaya.
Soto Gubeng Pojok tidak dimasak dengan kompor gas. Tapi, ia dimasak menggunakan tungku yang di dalamnya berisi kayu bakar. Rasa sotonya gurih, dagingnya empuk, kuahnya sedikit berlemak, tapi justru lemak inilah yang membuat soto ini enak. Isian sotonya bisa dipilih sendiri, ada daging, aseman, usus, dan babat. Semuanya enak, tapi yang recommended memang soto dagingnya. Harga satu porsi soto di sini Rp40 ribuan. Harganya agak mahal memang. Namun, ini sangat worth it karena rasanya enak dan isiannya banyak.
Kalau ke Soto Gubeng Pojok jangan lupa beli air kacang hijaunya juga, ya. Minuman ini cukup populer dan cocok disajikan bersama sotonya. Oh iya, jangan datang ke sini saat jam makan siang kalau nggak mau ngantre.
#2 Sego Sambel Mak Yeye (sejak 1982)
Meskipun berusia 40 tahun, sego sambel Mak Yeye tidak hanya digemari orang tua. Namun, banyak juga anak muda Surabaya yang menggemarinya. Sambel Mak Yeye terbuat dari cabai, tomat, terasi, bawang putih, bawang merah, dan garam. Semuanya diulek dengan cara manual bukan blender listrik. Sambelnya juga segar. Ia diulek saat ada pembeli.
Sego sambel Mak Yeye adalah kuliner malam yang wajib dicoba saat berkunjung ke Surabaya. Ia buka mulai dari jam 9 malam sampai dini hari. Saya menyarankan teman-teman untuk datang dengan hati yang tenang dan jangan emosian. Ini untuk antisipasi kalau ternyata warungnya ramai dan kalian harus antre. Harga satu porsi nasi sambal ikan pari (iwak pe) adalah Rp20 ribuan. Harga ini cukup murah untuk ukuran penyetan di Surabaya. Lokasi Mak Yeye ada di Jalan Jagir No.12 Wonokromo. Tepatnya, ia berada di dekat pasar atau sebelah utara Darmo Trade Centre (DTC).
#3 Lontong Balap Pak Gendut (sejak 1958)
Lontong balap adalah salah satu kuliner khas Surabaya. Makanan ini terdiri dari irisan lontong, tahu, tauge, dan lentho (kacang hijau yang ditumbuk kasar yang dicampur dengan bumbu lalu digoreng). Kuah lontong balap rasanya manis gurih dengan aroma rempah. Lauk pendamping yang pas untuk lontong balap adalah sate kerang dan kerupuk.
Ada banyak penjual lontong balap di Surabaya, tapi yang paling terkenal adalah Lontong Balap Pak Gendut yang usianya sudah tua 64 tahun. Satu porsi lontong Pak Gendut dihargai Rp18 ribu. Untuk lokasinya, ia berada di Jalan Prof Dr Moestopo No.11, dekat Stasiun Gubeng. Jam operasionalnya mulai dari 9 pagi sampai 9 malam. Tapi kalau weekend, tempat ini justru tutup.
#4 Rujak Cingur Ahmad Jaiz (sejak 1970)
Datang ke Surabaya tanpa mencicipi rujak cingur adalah perbuatan merugi. Meskipun di seluruh negeri ini ada orang jualan rujak cingur, yang autentik hanya ada di Surabaya. Di antara banyaknya rujak cingur enak di Kota Pahlawan, Rujak Ahmad Jaiz adalah yang paling melegenda. Resepnya pun diwariskan turun-temurun dengan rasa dan kualitas yang sama sejak 1970.
Perbedaan rujak cingur Ahmad Jaiz dengan lainnya adalah penggunaan kacangnya. Di sini kacang yang digunakan bukan kacang tanah, melainkan kacang mente. Cingurnya juga empuk dan bersih, tidak ada bau amis. Isian rujaknya pun berbeda, ada buah kedondong, pencit, nanas, timun, sayuran, dan lontong. Harga satu porsi rujak cingur Ahmad Jaiz sekitar Rp70 ribu sampai Rp100 ribu. Meskipun mahal, saya menyarankan teman-teman mencoba rujak ini saat datang ke Surabaya, setidaknya sekali seumur hidup.
Lantaran sangat populer, warung rujak cingur Ahmad Jaiz bahkan tidak punya sign board/papan nama, Gaes. Tapi tenang, untuk menemukan lokasinya mudah, kok. Kamu datang saja ke Jalan Ahmad Jaiz No.40, Peneleh, Kec. Genteng. Kalau malas ribet, bisa datang menggunakan ojol. Mereka sudah pasti hafal, kok.
#5 Sate Klopo Ondomohen (sejak 1945)
Sate ini dulunya dijual keliling pada masa awal kemerdekaan di Jalan Ondomohen. Namun, sekarang ia sudah menetap. Lokasinya berada di Jalan Walikota Mustajab No.36, Surabaya. Ciri khas sate ondomohen itu ada pada taburan kelapanya. Di sini kita bisa pilih beberapa jenis sate, ada daging, ayam, usus, sumsum, otot, atau bisa juga dicampur. Harga satu porsinya mulai dari Rp24 ribu. Kalau kamu datang ke sini saat weekend biasanya ruuuame pol.
Jadi, silakan disiapkan tabungannya dan segeralah berangkat kulineran ke tempat makan di Surabaya yang legendaris tersebut.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Audian Laili