Tatkala menerima surat edaran Camat di daerah saya agar setiap warga mengibarkan bendera merah putih sebulan penuh, rupanya sekarang sudah masuk bulan Agustus 2021. Ingat Agustus, ingat pula lomba-lomba khas menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang sudah memasuki usia 76 tahun ini.
Teringat kembali betapa meriah agustusan dua tahun lalu dengan berbagai lomba dan acara. Namun, tak demikian dengan tahun lalu saat corona melanda seluruh dunia. Praktis, tak ada lomba agustusan apa pun yang menyatukan setiap warga.
Tahun ini, berharap Corona segera menghentikan aksinya tampak masih jadi harapan hampa—ditambah aksi dan atraksi berbagai pihak yang bikin hati gundah gulana. Sementara pada saat yang sama, ada nyawa yang lepas, tak kenal usia tua maupun muda. Entahlah bagaimana bentuk hati mereka yang memandang kematian hanyalah angka statistik semata. Bikin muntab, bikin capek hati, tapi kita seolah tak dapat berbuat apa-apa.
Kita lupakan sejenak semua dagelan-dagelan yang ada. Kita pun bisa membuat dagelan serupa dengan cara berbeda. Tujuannya tentu untuk meningkatkan imun diri, keluarga, dan sesama warga. Untuk itulah, saya merekomendasikan beberapa lomba-lomba yang biasanya saya mainkan saat nge-MC. Kiranya ini cocok dan dapat dilaksanakan meski sebatas virtual.
#1 Lomba pantun
Pantun sebagai warisan budaya lisan bangsa sangat efektif membuat suasana cair. Nah, dalam rangka agustusan, tema yang ditampilkan peserta misalnya tentang mengisi kemerdekaan. Begini contohnya,
“Melati cempaka warisan karuhun, putih bersih tumbuh di serambi.
Meski merdeka sudah 76 tahun, korupsi masih menjadi hobi.”
Penilaian siapa pemenangnya terserah panitia. Kalau mau dibuat serius, ya harus memenuhi kaidah pantun yakni antara sampiran dan isi harus nyambung serta rima akhir juga harus sesuai misal a-b, a-b. Namun, kalau mau dibuat fun, ya dicari yang lucu-lucu aja. Tujuannya, kan, untuk memeriahkan acara dan meningkatkan imun dengan senyum dan tawa.
#2 Lomba tahan suara paling lama
Jenis lomba agustusan ini tergolong mudah, tapi harus punya modal nafas panjang. Misalnya meneriakkan “Aku Cinta Indonesiaaaaaaaaa…… hingga habis nafas. Nah, juri mencatat siapa yang paling panjang suaranya. Sebaiknya, akhir kalimat tersebut diakhir dengan huruf-huruf vokal, a-i-u-e-o.
#3 Lomba tongue twister
Tongue Twister merupakan lomba klasik yang sering dimainkan dalam gim-gim ice breaking pemecah kebuntuan saat dalam kelas atau seminar-seminar. Patut dicoba menjadi lomba agustusan kali ini. Misalnya, menyebut: kelapa gading – kepala daging. Atau yang lebih pendek, biru-ribu secara cepat dan tepat. Nah, yang lancar dan nggak beribet mengucapkannya dapat diadu kembali hingga mendapatkan 1-2 orang pemenang saja yang paling lancar.
#4 Lomba sepeda hias
Lomba sepeda hias adalah lomba agustusan khas anak-anak. Cukup ditampilkan di layar virtual, juri dapat menilai sepeda yang paling kreatif dan inovatif sesuai kriteria yang ditetapkan. Anak-anak pun ikut senang meski tak dapat saling menyapa teman sebaya. Ya, mudah-mudahan saat 17 Agustus nanti PPKM level 4 di Pulau Jawa sudah menurun seiring paparan Covid-19 yang berkurang sehingga anak-anak dapat mejeng sama sepeda hias masing-masing dengan circle pertemanannya.
#5 Lomba stand-up komedi
Meski akan memakan waktu lebih lama dari empat lomba sebelumnya, lomba stand-up komedi mempunyai potensi menarik minat banyak orang. Apalagi teknologi digital Zoom atau Google Meet memungkinkan dihadiri hingga 1000 orang. Siapa tahu akan melahirkan komika tingkat RW yang potensial. Temanya ya bebas saja, mau tematik agustusan atau tema-tema lain yang aktual seperti PPKM level 4.
Dari kelima lomba yang saya paparkan, bisa jadi pembaca Terminal Mojok punya alternatif lomba-lomba lainnya—sesuaikan saja dengan kemampuan juri dan pesertanya. Tapi, jangan lupa hadiahnya. Tak ramai rasanya kalau lomba tanpa iming-iming hadiah.
BACA JUGA 4 Hiburan yang Hampir Pasti Ada Ketika Pentas Agustusan dan tulisan Suzan Lesmana lainnya.