5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki

5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki terminal mojok

Di antara pulau-pulau lainnya di Indonesia, pesona Bali memang sudah nggak diragukan lagi. Bahkan banyak wisatawan asing lebih tahu Bali ketimbang Indonesia sendiri. Keunikan Pulau Dewata juga terkenal di dalam negeri. Mulai dari agama penduduknya yang mayoritas Hindu, nama orang-orangnya, sampai budayanya yang sangat kental. Hal tersebut sering membuat orang selalu penasaran dengan segala hal berbau Bali.

Sebagai orang Bali, saya merasa beberapa kali teman-teman saya bertanya hal yang terlalu polos. Apalagi kalau saya berkenalan dengan orang baru, mereka nggak akan segan-segan bertanya segala hal tentang Pulau Dewata. Nah, dari sekian banyak pertanyaan konyol mengenai kampung halaman saya tersebut, saya merangkumnya sebagai berikut:

Katanya orang Bali susah ngomong “t”?

Sebenarnya, sih, sama saja dengan orang daerah Jawa Timur atau Jawa Tengah yang pengucapan salah satu hurufnya terasa tebal, seperti “b” yang diucapkan “mb”. Sedangkan orang Bali, untuk pengucapan huruf “t” terdengar seperti “teee” terdengar keras dan tajam. Tapi, entah kenapa orang awam malah ngerasa kalau kami susah ngomong T. Padahal nggak gitu konsepnya. Setiap dialek memang punya keunikannya masing-masing.

Harus bisa nari Bali nggak, sih?

Di kampung halaman saya di sana bukan cuma menampilkan tarian-tarian di acara keagamaan saja, melainkan juga menyuguhkannya saat penyambutan tamu atau acara-acara lain yang berkaitan dengan pariwisata. Bali memang terkenal dengan tariannya yang eksotis dan penuh misteri. Jadi, wajar saja kalau akhirnya orang Bali dianggap selalu bisa menari.

Sayangnya, nggak sembarang orang bisa menari tarian Bali sesuai aturan yang tepat. Mulai dari musik, gerak tubuh, serta kedipan mata memiliki aturannya sendiri. Makanya butuh waktu lama untuk mempelajari tarian tersebut. 

Sering jalan-jalan ke pantai, dong?

Woy lah!!! Kamu pikir wisata di Bali itu cuma pantai doang? Memang, sih, banyak pantai di sana yang menawarkan pengalaman bagi wisatawan untuk melihat matahari terbenam, hingga olahraga air seperti diving, snorkeling, dan lainnya. Tapi, bukan berarti setiap saat kami pergi ke pantai, dong. Saya gemez sekali kepada teman atau siapa saja yang selalu bertanya, “Kamu sering jalan-jalan, ya? Ke pantai terus, dong? Balinya di mana?”

Saya ingin menjelaskan sedikit mengenai ini. Wisata di Pulau Dewata nggak bisa dinikmati dengan ke pantai saja. Banyak spot pemandangan sawah yang indah, pemandangan danau alami, air terjun, dan gunung berapi. Pulau Dewata menawarkan banyak hal untuk bisa dinikmati bukan cuma alamnya yang cantik dan menawan, tapi juga wisata budaya, seperti seni, agama, tempat peninggalan sejarah, bahasa daerah, kerajinan tangan, pakaian adat, arsitektur bangunan, dan hal-hal yang menjadi ciri khas.

Baju orang Bali kayak apa, sih?

Untuk keperluan ke pura atau sembahyang, para wanita di Bali mengenakan kebaya berwarna putih dipasangkan dengan kain batik, selendang, dan bunga di rambut. Sementara para pria nampak gagah dengan pakaian tradisional mereka. Tapi, orang sana nggak melulu pakai kebaya, kain, atau pakaian tradisional. Cara berpakaian orang-orang di sana ya layaknya manusia pada umumnya, menyesuaikan dengan waktu dan tempat. Hehehe.

Kalau sembahyang di mana? Memangnya ada Pura, ya?

FYI saja, sih, “pura” diucapkannya “pure”, ya. Apa pun kata yang berakhiran “a” akan dibaca “e”. Orang Hindu itu sembahyang rutin di pura. Di sana, pura bisa ditemukan dengan mudah. Tapi sayangnya, keberadaan pura di luar Bali jarang sekali. 

Itulah beberapa pertanyaan konyol tentang Bali yang kadang bikin geleng-geleng ketika ditanyakan pada saya. Nggak apa-apa, tak kenal maka tak sayang. Tapi, sebaiknya kalian mulai deh belajar tentang keragaman dan geografi di Indonesia. Biar paham dan saling memahami gitu, lho. Juga biar nggak kebanyakan nanya, sih. Wqwqwq.

BACA JUGA Kalau Artis dan Bule Pindah ke Bali, Terus Orang Bali Mau Ngungsi ke Mana?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version