Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

5 Penyebab Perantau di Jakarta Gagal Meraih Mimpi

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
25 Juli 2022
A A
5 Penyebab Perantau di Jakarta Gagal Meraih Mimpi

5 Penyebab Perantau di Jakarta Gagal Meraih Mimpi (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pilihan bagi mayoritas orang yang ingin mengubah nasib. UMR yang tinggi dan permintaan tenaga kerja yang terus meningkat tiap tahunnya dari korporasi, baik nasional maupun multinasional membuat seseorang memiliki banyak pilihan dalam mencari pekerjaan. Maka tak heran jumlah perantau di Jakarta selalu meningkat, terlepas dari adanya stereotip yang mengikuti.

Tentunya, hal itu tetap dibarengi dengan persaingan antarperantauan yang juga sangat ketat. Kalau tidak dapat kerjaan, maka bisa disiasati dengan berjualan. Di Jakarta, apa pun bisa dijual, terlebih barang atau jasa yang dijual menawarkan kekhasan yang bersifat kedaerahan.

Meskipun begitu, merantau ke Jakarta tidak serta merta menjamin seseorang bakalan sukses, kaya, atau sejahtera. Justru sebaliknya, saya sering kali bertemu dengan sesama perantau dari berbagai daerah yang gagal dengan kehidupan tanpa arah dan hanya berjuang untuk esok hari tanpa tahu nasib mereka di hari-hari selanjutnya.

Penyebab kegagalan bisa beragam, tapi setidaknya ada 5 penyebab utama yang bikin seorang perantau gagal di Jakarta.

#1 Datang tanpa perencanaan

Jakarta itu bisa dibilang ramah kepada perantau yang datang dengan berbagai persiapan dan perencanaan. Mereka yang punya mimpi dan ambisi yang kuat, tentu akan dapat banyak akses dan celah untuk meraih kesuksesan.

Tetapi, Jakarta juga akan sangat jahat, untuk mereka yang datang merantau tanpa rencana. Hanya datang untuk berjudi dengan nasib, tanpa tahu mau kerja dan berkarier seperti apa jika sudah di Jakarta.

Perencanaan bisa dimulai dari mengenal lebih dalam soal Jakarta. Bagaimana kehidupannya, seperti apa potensi masalah yang akan dihadapi, dan mencari tahu soal karakteristik orang-orang yang menghuni di dalamnya.

Setelah mengetahui soal Jakarta, dimulai dengan menyiapkan strategi, mulai dari apa yang ingin dikerjakan di sana, menyusun pengeluaran, dan akan bertempat tinggal di mana. Kemudian mengidentifikasi berbagai risiko dari aspek sosial dan ekonomi supaya bisa segera menyusun mitigasinya.

Baca Juga:

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

#2 Menyamakan budaya kerja di Jakarta dengan di daerah

Budaya kerja yang saya maksud di sini adalah perihal waktu dan lingkungan kerja. Ketahuilah jam kerja 9 to 5 di Jakarta itu hanya aturan tertulis, pada implementasinya bisa sangat fleksibel. Bisa 9 to 9, 10 to 7, 8 to 5, 12 to 12, dan masih banyak model jam dan keluar masuk kerja lainnya. Semuanya sesuai dengan tempat kerja masing-masing.

Hal ini tidak bisa diprotes dan sebagai perantau harus siap. Kalau tidak, kehidupan pekerjaanmu hanya akan diisi oleh tangisan dan penyesalan. Mencoba mengatur waktu sebijak mungkin menjadi bagian penting agar tidak kaget dengan fleksibilitas waktu kerja di Jakarta.

Perihal lingkungan kerja juga tidak bisa disamakan dengan di daerah luar Ibu Kota. Seorang kawan pernah bercerita bagaimana dirinya begitu tidak nyaman dengan suasana tempat kerjanya yang bisa sangat fluktuatif. Kadang tiba-tiba bisa sangat mencekam dan kompetitif, kadang bisa sangat cair dan sangat kekeluargaan. Bahkan bisa sangat nggak jelas saking begitu randomnya karakter orang-orang di dalamnya.

#3 Value yang tidak ditonjolkan

Value di Jakarta artinya skill dan kepribadian. Seorang kawan sesama perantau pernah mengeluh bagaimana dia seringkali disepelekan pendapatnya karena dianggap tak punya skill. Padahal dia punya skill, tapi memang tidak di-expose secara serampangan di lingkungan kerja.

Niatnya baik, supaya nggak dilimpahkan tambahan pekerjaan, tapi di satu sisi, dia sering diremehkan. Skill sesekali perlu kita “pamerkan” dengan diasah sesering mungkin melalui kesiapan seseorang tanggung jawab yang diberikan. Tentunya tanggung jawab itu harus relatable dengan kerjaan dan skill yang dimiliki.

Karena terkadang, tanggung jawab yang dilimpahkan juga suka nggak sesuai dengan pekerjaan kita. Maka dari itu, kepribadian kita harus kuat untuk berani menolak sehingga dipandang punya daya tawar dan nggak bisa dimanfaatkan dengan mudah sebagai “pesuruh”.

#4 Tidak membangun relasi

Banyak perantau ketika di Jakarta karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya akhirnya terjebak pada zona “workaholic”.

Padahal Jakarta itu kota dengan segala macam akses. Mau akses apa pun, asal punya relasi dan koneksi yang luas, bisa dengan mudah dicapai. Akses karier, akses pendidikan, akses jodoh, dan lain sebagainya.

Membangun relasi bisa melalui banyak medium, bisa dari perkumpulan alumni, komunitas hobi, serikat perantauan, atau yang lainnya. Banyak relasi artinya banyak kita tahu cerita dan kisah dari berbagai sudut pandang. Banyak relasi artinya membuka kesempatan karier yang lebih beragam di masa depan. Banyak ngobrol juga punya fungsi positif untuk me-refresh otak yang sudah membantu dalam bekerja keras.

#5 Terlalu santai dan nggak tahu sampai kapan di Jakarta

Ini yang banyak perantau sering abai. Mereka tidak tahu mau sampai kapan di Jakarta. Padahal membuat peta jalan kehidupan di Jakarta itu penting supaya semua yang kita lakukan lebih terukur.

Misalnya seorang perantau ingin merantau selama 5 tahun di Jakarta. Setidaknya pada tahun pertama seorang perantau sudah punya gambaran tentang apa saja yang ingin dilakukan, apa saja yang ingin dibangun, apa saja yang ingin diraih. Tahun kedua harus bisa apa, harus punya apa, dan seterusnya. Tentu itu hanya acuan, bukan sebagai keharusan yang wajib diwujudkan.

Entah itu mau selamanya tinggal di Jakarta atau hanya sementara, semuanya harus bisa dipastikan. Kalau ke depannya ternyata ada perubahan soal jangka waktu kehidupan menjadi perantauan di Jakarta, paling tidak itu berubah karena koreksi positif untuk perencanaan masa depan.

Percayalah, hidup di Jakarta tanpa tahu akan berakhir kapan itu seperti menjalin pacaran yang nggak tahu nikahnya kapan. Nggak enak dan bakal menyusahkan diri sendiri.

Nah setidaknya itu 5 penyebab kenapa seorang perantau bisa gagal di Jakarta. Jika kalian berencana merantau ke Ibu Kota, ada baiknya perhatikan hal-hal ini agar proses membangun mimpi kalian berakhir indah, bukan malah berakhir menyedihkan.

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Merantau ke Jogja Menyadarkan Saya tentang Privilese Hidup di Jakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Juli 2022 oleh

Tags: gagalJakartamerantauperencanaan
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

5 Bioskop Murah di Jakarta yang Harganya Masih di Bawah Rp35 Ribu Mojok.co

5 Bioskop Murah di Jakarta yang Harganya Masih di Bawah Rp35 Ribu

20 Februari 2024
Stop Glorifikasi Kerja di Bali, Nyatanya Nggak Seindah yang Dibayangkan Orang

Stop Glorifikasi Kerja di Bali, Nyatanya Nggak Seindah yang Dibayangkan Orang

16 Desember 2023
Ambil KPR di Tanah Rantau: Sebuah Keputusan Berujung Penyesalan

Ambil KPR di Tanah Rantau: Sebuah Keputusan Berujung Penyesalan

16 Juli 2025
Repotnya Orang Paninggaran Pekalongan di Perantauan karena Kerap Disalahpahami Orang-orang yang Nggak Paham Geografi

Repotnya Orang Paninggaran Pekalongan di Perantauan karena Kerap Disalahpahami Orang-orang yang Nggak Paham Geografi

15 Februari 2024
Merantau di Jogja Lebih Enak Dibanding Surabaya, Lebih Slow dan Manusiawi Mojok.co

Merantau di Jogja Lebih Enak Dibanding Surabaya, Lebih Slow dan Manusiawi

23 Agustus 2025
Perkara Croissant di Jakarta yang Tampak Lebih Mahal daripada di Australia terminal mojok.co

Perkara Croissant di Jakarta yang Tampak Lebih Mahal daripada di Australia

10 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.