Iseng-iseng saya hitung berapa jumlah grup WA yang saya ikuti. Jumlahnya ternyata cukup mencengangkan: 90. Wow! Banyak juga ya. Mungkin akan ada yang nanya, 90 itu grup apa saja? Macem-macem, dari mulai grup kelas, kantor, ngaji, keluarga, sampai komunitas. Saya juga senang gabung grup belajar ini itu semisal belajar jualan online lewat Shopee dan Instagram, belajar menulis, parenting, sampai grup ASI dan MPASI. Grup-grup WA untuk belajar ini kebanyakan aktif hanya untuk momen tertentu saja dan biasanya bubar setelah semua pertanyaan dari peserta selesai dibahas.
Dari 90 itu, hanya sekitar 30% yang masih aktif, lainnya hidup segan mati tak mau. Sekitar 60-70an grup hanya tinggal nama karena saya malas dan belum ada waktu untuk menghapus satu per satu (maaf harus saya jelaskan, daripada nanti banyak yang gagal fokus dengan angka 90 itu, dikira hape saya supercanggih). Dari 30% yang masih hidup itu, hanya tinggal 1 sampai 3 grup WA yang saya benar-benar aktif di dalamnya, sisanya saya memilih jadi “hantu” alias silent reader saja karena nyaris nggak pernah komen. Di grup WA dimana saya menjadi hantu ini biasanya saya setting agar notifikasinya bisu, seminggu atau kalo perlu setahun sekalian. Di grup apa sajakah itu?
1. Grup WA yang isinya kebanyakan ucapan selamat ulang tahun
Tujuan awal bikin grup WA ini sebenarnya untuk berbagi info penting dan resmi, tapi entah kenapa tujuan mulia ini bergeser, alih-alih diskusi serius malah isinya kebanyakan ucapan selamat ulang tahun, itu pun kebanyakan copy paste atau lebih parah lagi, cuma pesan terusan yang keliatan jelas dari simbol panahnya. Hanya Tuhan yang tahu apakah doa modal copas dan forward begini bisa diterima apalagi dikabulkan.
Jadi inget PAUD anak saya di desa, kegiatannya ulang tahun melulu, kasihan gurunya yang honornya cuma seuprit tapi habis buat beli kado, juga ortu murid yang bolak-balik kudu bayar iuran buat ngasi kado walaupun nantinya dapat ganti nasi kuning dan jajanan, buyar juga rencana orang tua idealis untuk tidak membiasakan perayaan ulang tahun sejak dini.
2. Grup WA yang isinya kebanyakan stiker atau meme
Saya heran dengan orang-orang, kok mereka punya banyak sekali ya koleksi stiker dan meme? Apa cuma saya di dunia ini yang nyaris tidak punya koleksi stiker dan meme? Lucu sih kalau sesekali dalam pesan terselip stiker dan meme, tapi kalo kebanyakan ya eneg, apalagi kalau stiker atau memenya populer banget tapi sudah agak basi, misalnya meme ekspresi tertawa atlet basket NBA asal China Yao Ming ketika sedang melakukan konferensi pers pada tahun 2009. Bayangin, Yao Ming nyengir sudah 11 tahun lamanya!
Nggak enak saja kalau pagi hari buka WA ada ratusan chat yang belum dibuka, kirain ada pesan penting, tapi endingnya kecewa begitu men-scroll isinya cuma berbalas stiker dan meme. Ah, sekali lagi sekian menit yang berharga dalam hidup saya terbuang sia-sia.
3. Grup WA yang isinya kebanyakan guyonan-guyonan menyerempet “gituan”
Grup kaya gini kalo guyon sukanya nyerempet-nyerempet “gituan”. Kalau nge-share sesuatu pun, nggak jauh-jauh dari hal itu. Alasan mereka klise saja: “Biar grup nggak sepi.” Biasanya, sekali lagi biasanya, tentu nggak semuanya, grup kaya gini mayoritas anggotanya bapak-bapak, karena yang suka membahas hal-hal “gituan” itu ya mereka, kaum adam.
Guyonan jenis ini bisa kita sebut dengan “guyonan lelaki.” Bahasan mereka contohnya tentang: warung ayu, rondo anyaran, cewek PL karaoke, ya semacam itulah. Lelaki-lelaki ini sebenarnya tak terlalu berbahaya (cuma ngeselin), mereka hanya sekumpulan lelaki normal yang (seringnya) cuma berani berkomentar di dunia maya tapi mengkeret saat ada istrinya di dunia nyata. Kalau ada anggota yang keluar dari grup karena jengah dengan segala postingan dan pembicaraan unfaedah itu, biasanya diledek sebagai orang yang terlalu serius dan tidak bisa diajak guyon. Daripada ribet, mending di-mute saja, beres. Jangan lupa disetting agar WA tidak otomatis mendownload media apa pun bentuknya.
4. Grup WA yang isinya kebanyakan pertanyaan
Grup kaya gini biasanya isinya mayoritas ibu-ibu. Pertanyaan yang sering mereka lontarkan contohnya semacam:
Dokter mata yang buka hari Minggu siapa ya?
Beli susu UHT yang murah di mana ya?
Kalau anak bayi batuk pilek baiknya dijemur jam berapa ya?
Drakor yang lagi ngehits judulnya apa ya?
Grup semacam ini sebenarnya berguna, tapi seringnya pertanyaan yang sama dilontarkan berulang-ulang oleh orang yang berbeda-beda. Grup seperti ini hanya cocok dibuka jika kita sedang memerlukan informasi saja, tinggal search pakai kata kunci yang pas, ketemu deh yang kita cari.
5. Grup WA yang isinya kebanyakan jualan
Sebagian grup memang ditujukan khusus buat jualan. Contohnya grup sesama agen baju gamis merk T yang saya ikuti. Isinya ya mayoritas berisi kode-kode yang hanya kami yang mengerti dan langsung to the point, misalkan: Nyabar Hero 12 S, nanya dulu Poeva 30 XL, atau langsung kirim gambar. Kalau lagi rajin jualan, ya saya pantengin terus grup itu, tapi kalau lagi males, ya nggak perlu terlalu aktif, kalau butuh barang saja bisa nyabar alias nyari barang ke grup.
Yang ngeselin itu kalo ujug-ujug dimasukin ke grup tak dikenal, dengan orang-orang tak dikenal, kemudian langsung dibombardir dengan produk-produk yang kita minat saja enggak. Model kaya gini langsung diblokir atau dilaporin sekalian biar kapok.
Ada lagi yang sebenarnya bukan grup jualan, tapi lagi-lagi dengan alasan klise “biar grup nggak sepi,” ada 1-2 anggota yang jualan, karena nggak ada teguran, yang lain ikutan jualan juga, mana sekali upload bisa lebih dari 5 foto, jadi aja deh grup jadi rame, penuh orang jualan yang tidak pada tempatnya. Tujuan awal grup entah bagaimana kabarnya.
Mungkin ada yang berpendapat, daripada jadi “hantu” mbok ya mending left saja, buat apa dipertahankan kalau sudah tidak nyaman? Ya, masuk akal juga sih, tapi pasti ada beberapa pertimbangan saat kita memutuskan harus hengkang atau bertahan, dan keputusan itu ada di tangan kita.
BACA JUGA Daftar Orang yang Seharusnya Dihilangkan dari Grup WA
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.