Gitar adalah salah satu alat musik yang banyak disenangi anak muda. Mereka rela belajar berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk bisa mahir bermain gitar agar dapat menjadi pemandu lagu dari suatu band atau sekaligus menjadi penyanyi. Alat musik yang konon katanya berasal dari Spanyol (tepatnya abad ke-16) ini sebenarnya cukup mudah untuk dipelajari, baik berguru kepada orang lain maupun otodidak melalui internet seperti YouTube.
Mahir bermain gitar tentunya menjadi anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Dengan bermain gitar, kita bisa mengekspresikan apa pun yang ada dalam pikiran kita melalui petikan senar yang indah. Kita pun dapat menciptakan sebuah lagu melalui gitar dan aksara. Selain itu kita bisa membantu jika sedang dibutuhkan pemain gitar untuk suatu acara. Apalagi kalau bermain gitar untuk kekasih tercinta, sudah pasti melting deh si doi.
Saya mengenal gitar pertama kali ketika menginjak usia 11 tahun, atau lebih tepatnya saat saya duduk di bangku kelas 5 SD. Saat itu ayah saya memberikan kado ulang tahun kepada saya sebuah gitar akustik. Harganya waktu itu kalau nggak salah sekitar 300 ribuan. Sampai saat ini, gitar itu masih ada tergantung di kamar saya. Entah sudah berapa kali saya mengganti senar karena sering terputus. Saya belum berniat untuk mengganti dengan yang baru karena selain belum ada duitnya, saya sudah terlanjur cinta dengan gitar itu.
Orang pertama kali yang mengajarkan saya bermain gitar adalah paman saya. Saya bingung juga ayah membeli gitar tapi doi nggak bisa memainkannya. Karena paman saya cukup mahir memetik gitar, saya pun berguru padanya. Nggak butuh waktu lama buat saya, hanya dalam beberapa minggu saja saya sudah cukup mahir memetik gitar di usia yang masih sangat muda. Meskipun banyak yang dikorbankan, termasuk bermain bola plastik di lapangan desa, tapi saya menikmatinya.
Ketika pertama kali belajar bermain gitar, ada beberapa hal yang saya alami dan tidak akan lupa sampai sekarang. Di bawah ini saya akan membagikan pengalaman saya saat dulu belajar bermain gitar, siapa tahu kalian yang sedang atau ingin belajar gitar bisa mempersiapkannya dari sekarang.
Rasa perih di jari
Yap, hal yang saya alami pertama kali saat belajar gitar adalah sakit jari-jemari. Bukan sekadar sakit, namun perih sekali seperti tergores silet. Apalagi waktu itu jari saya masih kecil dan senarnya berbentuk nilon. Setiap selesai memetik gitar, kulit jari-jari saya langsung perih, merah, dan membekas.
Maklum, namanya juga belajar, harus banyak yang diperjuangkan. Karena untuk mencapai suatu keinginan, harus melalui dulu jalan yang terjal, termasuk rasa sakit.
Untung belajar pakai senar nilon. Coba pakai string…
Kesulitan menyeimbangkan jari pada fingerboard
Awal-awal mempelajari suatu kunci gitar, hal utama yang harus bisa kita kuasai adalah menyeimbangkan jari di senar pada fingerboard atau papan jari yang berbentuk persegi panjang. Dulu saya selalu pusing menempatkan telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari lainnya di mana. Saya pun belum paham di mana letak senar satu sampai senar enam. Namun karena terus diasah, perlahan saya dapat menyeimbangkan jari saya meskipun rasa perih tidak dapat dibendung.
Suara sumbang
Setelah dapat menyeimbangkan jari di fingerboard untuk satu buah kunci, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah menggenjreng untuk menghasilkan suara atau nada pada lubang suara (bulatan di badan gitar yang digunakan sebagai akses dari soundboard). Saat pertama kali saya menggenjreng, suaranya sangat saya benci karena tidak ada indah-indahnya sama sekali, yang ada bikin kuping tercoreng. Ketika saya genjreng keenam senar, jari-jari saya tidak berada di posisi semula (ambyar karena belum bisa menahan) sehingga suara yang dihasilkan tidak sinkron.
Belajar satu lagu
Kunci gitar yang awal-awal saya pelajari adalah kunci-kunci dasar seperti kunci C, F, D, G, Dm, dan Am. Sesudah saya mempelajari beberapa kunci gitar dengan genjrengan yang agak lumayan, barulah paman saya mengajari saya sebuah lagu. Lagu pertama yang saya bawakan adalah lagu “Lupa-lupa Ingat” dari Kuburan Band. Saya mengambil lagu itu karena mudah dibawakan sebab liriknya adalah kunci dari lagu itu sendiri. Sepenggal liriknya yaitu “C Am Dm ke G ke C lagi Am Dm ke G ke C lagi…”
Ketagihan
Beberapa minggu belajar memetik gitar, akhirnya saya pun benar-benar ketagihan. Setiap hari saya selalu mengasah kemampuan saya. Ketika paman tidak ada, saya inisiatif untuk belajar mandiri sambil bernyanyi. Lama-kelamaan saya pun menjadi terbiasa. Ya, bisa karena terbiasa. Dengan kemampuan yang saya miliki itu akhirnya ketika ujian praktikum kesenian, saya pun membawakan sebuah lagu menggunakan gitar meskipun masih sedikit kaku. Meskipun begitu, saya bisa dapat nilai yang bagus muehehehe.
Belajar gitar itu amat mengasyikkan, percaya deh. Kalau udah bisa satu kunci, pasti rasa ingin tahu kunci yang lain akan semakin bertambah. Semakin hari semakin bergairah. Saya pun semakin mencintai musik, maka dari itu saya pun terus bermain gitar. Kunci saya ketika belajar bermain gitar adalah percaya, giat, dan sering berlatih. Saya selalu ingat pepatah “Bisa karena terbiasa”, dan kini saya selalu berlatih agar semakin terbiasa.
BACA JUGA Kenapa Sekolah Selalu Jadi Lebih Bagus pas Saya Sudah Lulus? Hah??? dan tulisan Erfransdo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.