5 Hal yang Harus Diperbaiki dari Pariwisata Majalengka

kabupaten majalengka

Perkenalkan, saya adalah seseorang yang lahir dan tumbuh besar di Kabupaten Majalengka. Dari brojol sampai sekarang nulis pun saya tinggal di Majalengka. Bahkan saya sampai nggak tahu rasanya merantau itu seperti apa. Meskipun banyak teman-teman saya yang merantau ke luar kota demi mendapatkan rejeki yang lebih baik daripada UMK Majalengka.

Salah satu yang paling saya sukai dari Majalengka adalah kekayaan alamnya yang memesona. Mulai dari Gunung Ciremai sampai Sungai Cikadongdong yang jernihnya ngalahin isi pikiran saya. Dan wisata pula lah yang menjadikan nama Majalengka makin dikenal oleh dunia luar. Sekarang bukan lagi Majalengka kota pensiun, atau Majalengka digoyang. Kami sebagai warlok Kabupaten yang diapit oleh Cirebon dan Sumedang bisa bangga dengan jargon Majalengka Eksotisnya.

Tapi, meski potensi wisatanya yang tumpah ruah dari ujung selatan sampai utara, menurut saya ada yang kurang dari wisata Majalengka dan harus diperbaiki biar makin cantik. Di antaranya adalah:

Akses jalan

Salah satu yang krusial dalam wisata adalah akses jalan. Bayangkan saja kalau kalian main ke tempat yang indah tapi aksesnya susah, apakah akan kembali ke sana? Tentu akan berpikir lagi. Meski sebenarnya kondisi saat ini sudah lebih baik dari lima tahun yang lalu, tetap saja akses yang ada masih dirasa kurang. Dari mulai jalan rusak sampai jalan yang jauh dan kurang lebar.

Latah adalah kita

Salah dua yang paling saya tidak suka adalah kelatahan wisata Majalengka. Niatnya memang bagus, untuk inovasi biar kekinian. Tapi, nggak perlu pasang sayap-sayap sama lambang hati juga dong. Atau permadani terbang serta bangunan yang justru mengurangi keindahan alamnya. Harusnya inovasi itu dilihat dan disesuaikan dengan kondisi wisata yang ada disana, bukan serta merta mengikuti yang sudah ada. Gunakan sistem Amati Tiru dan Modifikasi

Jarak yang jauh

Majalengka sepertinya harus membagi fokus wilayah wisatanya, seperti Bandung dengan daerah Ciwidey dan Rancabali. Ada wisata Argapura yang berada di sisi barat Gunung Ciremai, serta wisata Sindangwangi yang ada di sisi timur laut Gunung Ciremai, atau wilayah Lemahsugih yang ada di selatan Gunung Ciremai. Pemda, pokdarwis, dan masyarakat haruslah bekerja sama biar satu wilayah bisa mengembangkan wisatanya sesuai lokasinya. Jadi banyak pilihan wilayah yang bisa dikunjungi wisatawan. Bukan wisata dari satu wilayah ke wilayah lain yang perjalanannya saja bisa memakan waktu satu sampai dua jam lebih.

Informasi bukan hanya eksistensi

Tidak bisa dimungkiri kalau influencer, akun wisata, dan orang-orang di Majalengka sangat jago bikin foto atau video estetik. Cuma sayang, hal tersebut tidak dibarengi dengan gencarnya penginformasian terkait lokasi wisata, akses jalan, dan lainnya. Kebanyakan hanya posting foto estetik dan video cinematic. Wisatawan iya tertarik karena visual di media sosialnya bagus, tapi kan mereka juga butuh informasi detail tentang lokasinya. Apalagi kalau ada akun gede yang Majalengka banget tapi nggak suka balas pertanyaan wisatawan di media sosialnya.

Ego

Terkadang, saya melihat baik itu birokrat maupun pelaku wisatanya justru masih saling menaikkan ego masing-masing. Birokrasi ingin yang praktis dan efisien, sementara pelaku wisata ingin pengembangan yang merata. Juga terkait inovasi, perencanaan, sampai kritikan. Kadang baik birokrat maupun pelaku wisatanya sendiri ogah menerima itu semua. Selalu berpikir bahwa mereka paling benar tanpa mendengar pandangan dari wisatawan maupun masyarakat pada umumnya.

Nah itulah beberapa poin yang menurut saya harus diperbaiki ke depannya, jika memang Majalengka mau benar-benar mengembangkan pariwisata. Jangan hanya berpikir praktis dan ekonomis. Bikin wisata yang sustainable memang nggak mudah. Tapi, bukan berarti hal tersebut mustahil buat dilakukan. Saya percaya bahwa Majalengka ke depan akan mampu bersaing dengan daerah yang sudah terlebih dulu mengembangkan wilayahnya.

Sumber Gambar: Unsplash

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini y
Exit mobile version