Selain dikenal dengan kesenian tari reog-nya, Ponorogo juga punya kuliner khas yang siap membuat lidahmu berdansa, yakni sate ayam Ponorogo. Dijamin, deh, sate ayam Ponorogo akan membuatmu ketagihan. Pasalnya, meskipun sama-sama sate ayam, rasa dan sensasi yang dimiliki berbeda dengan sate ayam lain.
Sekali lagi saya tegaskan, sate ayam, ya. Soalnya masih ada tuh orang yang tanya, “Sate khas Ponorogo itu sate ayam apa kambing?” Dengan tegas saya jawab, “Sate ayam.” Nah, kalau masih ada yang tanya lagi ayam apa yang dipakai, saya jawab ayam potong. Mungkin ini akan mengecewakan sebagian orang yang pengin jawabannya ayam kampung. Sayangnya, daging ayam potong adalah solusi agar mendapatkan sate ayam yang empuk maksimal dengan bumbu yang meresap.
Sebagai warga asli Ponorogo yang punya bapak berjualan sate ayam, lidah saya sudah hafal banget dengan kuliner satu ini. Saking enaknya, saya nggak pernah beli sate selain sate ayam Ponorogo. Bahkan saya berani bertaruh, setelah mencicipi kuliner satu ini kalian bakal bilang nggak ada yang seenak sate ayam Ponorogo.
Memangnya, apa sih yang bikin sate ayam Ponorogo istimewa banget? Nih, saya kasih tahu, ya.
#1 Potongan dagingnya tebal dan arahnya membujur
Serius, deh, potongan daging pada sate ayam Ponorogo itu tebal-tebal. Kamu bakalan puas mengunyah daging ayam yang empuk itu. Ketebalan dagingnya akan memenuhi rongga mulutmu. Jadi nggak kayak slilit yang cuma numpang di sela-sela gigimu.
Selain itu, potongan dagingnya membujur dan memanjang. Jadi, dalam satu tusuk ya masih satu potongan, bukan terbagi jadi potongan kotak-kotak kecil kayak sate kambing.
Ada juga beberapa tusuk sate yang dagingnya nggak membujur panjang. Sebagai gantinya terpotong jadi dua atau tiga bagian namun dengan ketebalan yang sama. Itu artinya daging yang digunakan adalah bagian paha. Rasanya lebih empuk dan gurih, pokoknya muantap. Kalau dapat tusukan ini sih namanya rezeki nomplok!
#2 Sambalnya khas dengan rasa manis yang pas
Nah, ini bukti nyata kalau nggak semua orang Jawa Timur nggak suka makanan manis. Tempo hari saya membaca tulisan tentang orang Jawa Timur yang katanya anti-makanan manis. Beberapa warga Jawa Timur yang dekat dengan Jawa Tengah seperti Ponorogo dan Ngawi cenderung suka kuliner manis, kok. Contohnya ya sate ayam Ponorogo ini.
Bayangkan, komponen utama dalam bumbu sambalnya adalah gula merah dan gula putih yang melimpah. Racikan bumbunya selalu terasa pas gitu. Dan ketika saya bawakan sebagai oleh-oleh untuk kawan-kawan di luar kota seperti Surabaya, Sragen, dan Trenggalek, mereka juga bilang enak.
#3 Bumbunya meresap sampai ke tulang
Eits, bumbu sate berbeda dengan sambalnya, ya. Proses membumbui sate ayam dilakukan sebelum dan selama sate ayam dibakar. Butuh waktu yang lama dan teknik yang penuh kesabaran agar mendapat hasil yang maksimal. Nggak heran, sensasi manis-manis pedas itu bakal kamu rasakan sampai ke gigitan daging paling dalam. Dan itu bakal kamu dapatkan di setiap tusuk satenya. Nggak bakal ada daging yang rasanya sepoh, deh. Penjual sate ayam Ponorogo paling ahli kalau bikin bumbu-bumbu racikannya meresap sampai ke setiap helai daging ayamnya. Yakin nggak pengin coba?
#4 Bisa request selain daging ayam
Jangan berpikir kamu bisa request daging sapi atau kambing, ya. Sudah saya bilang, kan, orang Ponorogo ahlinya bikin sate ayam. Lha, kok bisa request selain daging ayam? Maksudnya, kamu bisa request bagian lain selain daging ayam kayak kulitnya, kepalanya, sayapnya, hingga ati ampelanya. Bahkan, kamu juga bisa pesan sate balungan, kok. Tahu balungan, kan? Itu, lho, bagian daging yang masih kantil di tulang lunak atau keras sebagian. Jangan tanya rasanya, yang jelas benar-benar memanjakan lidahmu, deh.
Nah, kalau urusan memesan bagian tertentu gini baiknya kamu belinya ke pedagang rumahan, bukan di restoran besar. Pasalnya, di restoran besar biasanya hanya menyediakan sate daging ayamnya. Kalau beli ke penjual-penjual rumahan, mereka bisa menyisihkan bagian-bagian ayam yang kamu pesan itu.
#5 Tahan dua hari
Jika kamu memesan sate ayam Ponorogo untuk dibawa perjalanan jauh atau buat oleh-oleh, penjual bakal menyajikan sate terpisah dari sambalnya. Sambalnya biasanya dalam bentuk kering dan bisa kalian encerkan sewaktu-waktu. Dagingnya tahan lama, kok. Dalam tempo 2×24 jam, sate ayam masih tetap enak.
Kawan saya yang lain pernah menaruh sate di kulkas biar bisa lebih tahan lama. Memang dalam 3 atau 4 hari sate masih layak untuk dikonsumsi. Namun, kepadatan dagingnya sudah berubah karena sudah berbaur dengan suhu dingin. Sehingga saya hanya bisa menyarankan maksimal 2 hari untuk penyimpanannya.
Itulah 5 hal yang bikin sate ayam Ponorogo istimewa dan tak terkalahkan. Maka jangan heran kalau harganya sedikit lebih mahal dibandingkan sate ayam lain. Namun, jangan khawatir, harga yang mahal itu bakal ditebus sama rasa enaknya yang nggak main-main. Tertarik untuk mencicipi?
Penulis: Rezha Rizqy Novitasary
Editor: Intan Ekapratiwi