5 Episode Terburuk Upin dan Ipin, Ceritanya Kurang Riset hingga Eksekusi yang Nggak Maksimal

5 Episode Terburuk Upin dan Ipin, Ceritanya Kurang Riset hingga Eksekusi yang Nggak Maksimal Mojok.co

5 Episode Terburuk Upin dan Ipin, Ceritanya Kurang Riset hingga Eksekusi yang Nggak Maksimal (unsplash.com)

Sejak rilis pada tanggal 14 September 2007 silam, serial dari Malaysia, Upin dan Ipin, sukses mencuri perhatian. Kisah dua bocah kembar yang tinggal di Kampung Durian Runtuh ini memang seru untuk ditonton. Tak heran, serial anak-anak ini menjadi tontonan semua kalangan usia. 

Dari ratusan episode Upin dan Ipin, kamu bisa mendapat rekomendasi episode-episode terbaik di tulisan 5 Episode Terbaik Serial Kartun Upin dan Ipin ini. Namun, selayaknya pepatah tak ada gading yang tak retak, serial yang diproduksi oleh Les’ Copaque Production sebenarnya juga memiliki episode yang buruk. Maksud saya, beberapa episode tersebut mentah secara eksekusi, pesan yang nggak sampai ke ponton, hingga membosankan. Nah, di bawah ini daftar 5 episode terburuk Upin dan Ipin menurut saya: 

#1 Episode Perut Ehsan menggambarkan Cikgu Melati yang kurang profesional

Sepintas, penonton mungkin tidak merasa aneh dengan episode Perut Ehsan. Namun, kalau dicermati lebih lanjut, episode ini sebenarnya problematik. Bagaimana tidak, diceritakan Ehsan dijadikan bahan olok-olokan oleh teman-teman dan gurunya. 

Tonton saja ketika Ehsan bilang dia nggak mau makan. Respon teman-temannya malah meledek. Seolah, tidak mau makan adalah sesuatu yang haram bagi, katakanlah, mereka yang berbadan subur. Apaan coba?! Bukannya tanya kenapa nggak mau makan, malah langsung ngeledek. Body shaming banget. 

Di episode ini Cikgu Melati juga sama nggak beresnya. Sebenarnya niatnya baik ingin menjadikan Ehsan sebagai momen edukasi bagi murid-murid lain.  Masalahnya, harus banget ya Ehsan didudukkan di depan kelas selayaknya seorang pesakitan? Cikgu ini seperti nggak pernah belajar mata kuliah Psikologi Peserta Didik aja. Pada akhirnya, murid-murid yang lain jadi tambah mem-bully Ehsan, kan? 

#2 Tugas sekolah Upin dan Ipin yang tidak masuk akal di episode Rumah Hijau Opah

Episode Rumah Hijau Opah yang tayang di musim ke-17 juga saya nobatkan sebagai episode terburuk Upin dan Ipin. Pertama, karena adanya cacat logika soal tugas yang diberikan oleh Cikgu Melati. Bayangkan saja, anak TK sudah disuruh bikin maket rumah. Waktunya cuma semalem doang lagi. Ini Cikgu Melati nggak punya WA grup wali murid apa, ya? Kalau punya, apa Cikgu Melati nggak takut digeruduk emak-emak yang protes karena tugasnya yang  memberatkan itu?

Kedua, saya juga nggak habis pikir dengan alasan Cikgu Melati meminta murid-muridnya membuat maket. Tujuan pembelajaran apa yang dia mau capai? Kalau memang mau mengenalkan konsep rumah modern dan rumah tradisional, kenapa murid-murid Tadika Mesra tidak diajak berkeliling dan melihat secara langsung? Dengan begitu, pembelajaran jadi lebih nyata dan menyenangkan. Toh, di dekat sekolah ada rumah Opah yang bisa mewakili rumah tradisional dan rumah Ehsan yang bisa mewakili rumah modern.

Ketiga, sikap Cikgu Melati terhadap hasil karya Susanti di episode ini juga sangat disayangkan. Ya, memang sih, karya Susanti nggak bagus-bagus amat, tapi, sebagai guru, mbok ekspresi kekecewaannya ditahan dikit bisa, kan? Sejelek apapun karya murid, harusnya Cikgu Melati bisa mengapresiasinya.

Baca halaman selanjutnya: #3 Terlalui banyak sponsor …

#3 Terlalu banyak sponsor di episode Untuk Prestasi

Episode yang tayang di musim ke-12 ini sungguh membosankan. Bayangkan. Baru beberapa detik main, sudah ada produk sponsor yang nongol. Okelah, kalau hanya muncul di awal tak masalah. Namun, produk tersebut ternyata terus muncul sampai ending. Episode ini dibanjiri produk sponsor di sana sini. Ah, ini nonton Upin dan Ipin apa nonton iklan dah? Membosankan.

Adanya edukasi tentang pentingnya susu di episode ini juga agak lebay. Okelah, susu yang mengandung AHA dan DHA memang baik untuk pembentukan sel-sel otak. Namun, bukan berarti mampu meningkatkan kecerdasan anak. Lha wong yang namanya kecerdasan seorang anak itu kan ditentukan oleh sejumlah faktor, mulai dari genetik, nutrisi dan lingkungan. Dengan kata lain, minum susu doang nggak cukup untuk bikin anak cerdas ya, Bun. 

Oh iya, saya juga agak ngeri ketika menonton episode Untuk Prestasi ini. Dilihat-lihat, Upin dan Ipin banyak sekali minum susu. Pagi minum, di sekolah minum, saat main minum, malam pun minum. Duh, apa Opah atau Kak Ros nggak aware dengan tingginya kandungan gula di segelas susu?

#4 Episode Bahaya Jerebu, Tingkah Upin dan Ipin bikin ilfeel

Saya melihat Upin dan Ipin episode Bahaya Jerebu kurang oke secara eksekusi. Sangat disayangkan karena  karena eksekusinya yang kurang oke. Padahal, pesan yang ingin disampaikan sudah bagus. Melalui episode Bahaya Jerebu, penulis serial Upin dan Ipin ingin mengedukasi penonton tentang bahaya yang mengintai di balik asap. Seperti biasanya, penulis tahu bagaimana cara memberikan informasi tanpa terkesan menggurui. Bisa jadi, itulah salah satu yang membuat Upin dan Ipin menjadi tontonan kesayangan banyak orang.

Sayangnya, sebagai penonton setia, saya kurang sreg dengan ending episode tersebut. Di ending duo kembar itu diceritakan menyiram segala macam asap yang mereka temui. Saya tahu, ending itu ingin memberi kejutan kepada penonton. Namun, saya menangkap kesan rusuh dari dua bocah itu. Saya kok malah jadi ilfeel karena mereka malah memadamkan yang tidak seharusnya. 

#5 Pesan moral Hari Bahagia Mei Mei tidak tersampaikan dengan baik

Terakhir, episode terburuk Upin dan Ipin jatuh pada episode Hari Bahagia Mei Mei. Sebetulnya, nilai moral dari episode ini sudah oke banget. Lewat episode ini, kita diingatkan bahwa tak selamanya kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Hidup itu tentang memilih dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Sayangnya, narasi yang sudah bagus dibangun di awal hingga tengah cerita, harus dihancurkan di 1 menit terakhir jelang bubar.

Di ujung episode, kenapa sih ada scene Opah ngebungkusin kambing guling dan Kak Ros bawain pop corn? Kenapa tidak dibiarkan saja? Nggak papa banget kok Upin dan Ipin nggak bisa ngerasin kambing guling dan pop corn. Toh, itu kan memang konsekuensi yang harus mereka tanggung atas pilihan yang mereka buat. Jangan mengkhianati pesan moral yang jadi benang cerita. 

Setelah menuliskan episode-episode buruk Upin Ipin, saya baru sadar dua dari lima episode itu ada kaitannnya dengan Cikgu Melati. Peran Cikgu sebagai tenaga pendidik Tadika Mesra sangat krusial, sayangnya eksekusi dalam ceritanya kurang maksimal. Tim kreatif serial Upin dan Ipin mungkin harus banyak-banyak riset lagi tentang bagaimana sebenarnya profesi guru TK itu. 

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Menebak Tipe Kepribadian Upin Ipin dan Murid Tadika Mesra Berdasar Tes MBTI yang Viral

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version