5 Dosa Warung Kopi yang Nggak Disadari Pemiliknya

5 Dosa Warung Kopi yang Nggak Disadari Pemiliknya (Unsplash)

5 Dosa Warung Kopi yang Nggak Disadari Pemiliknya (Unsplash)

Menjamurnya warung kopi di Indonesia adalah akibat dari meningkatnya kebutuhan tempat nongkrong. Penghuninya pun bermacam-macam, dari anak-anak muda hingga tua, mahasiswa, hingga korban PHK. Semua berkumpul di bawah satu atap yang sama. Diskusi dan adu gagasan untuk kemajuan Indonesia ke depannya.

Para pemilik warung kopi pun melihat kesempatan dan keuntungan dari banyaknya penikmat kopi. Mereka mulai membangun bisnis warkop dengan saling menawarkan bermacam jenis menu minuman dan makanan terlengkap. Atau menyediakan fasilitas tempat terunik dan tereksotis. 

Namun, di balik itu ada beberapa hal yang mungkin luput dari perhatian sebagian (ingat, ya, sebagian) para pengusaha warung kopi. Dan jika tak segera disadari maka dosa-dosa itu akan terus berlipat-lipat hingga menebal dan sulit dihapus. Hiks.

#1 Minim stop kontak

Ini sering terjadi di warung kopi bintang lima. Meski tidak menyebut semua, tapi dosa ini sering tidak disadari pemiliknya. Mungkin mereka lebih fokus bagaimana membangun kesan mewah dari sebuah warung kopi hingga lupa hal paling sepele yang bagi pelanggan sangatlah urgen. 

Hasil survei saya, rerata warkop mewah tidak menyediakan stop kontak dengan alasan pengunjung tak akan ngetem lama. Kata siapa, kalian pikir kami hanya niat foto-foto gitu.

Dari design, sih, memang cocok untuk foto ria. Apalagi fasilitas toilet yang bersih membuat pelanggan nyaman. Tapi, tolong lah sediakan stop kontak yang cukup. Minimal setiap meja tersedia dua colokan listrik.

#2 Toilet yang kumuh

Fasilitas toilet umum di Indonesia masih jauh dari kata baik dibandingkan negara-negara maju di eropa, tak terkecuali toilet warung kopi. Kondisi yang tak terawat dan kotor bikin orang-orang enggan masuk dan memilih pulang ke rumah. Padahal ini adalah kunci kenyamanan konsumen. Jika sudah merasa nyaman maka seorang konsumen akan setia kembali dan akan menjadikannya tempat nongkrong favorit. Bahkan mereka tidak segan untuk mengajak keluarga dan teman-temannya untuk menyambangi warkop pilihannya.

Tapi, apalah daya. Tingkat kepedulian akan kebersihan di Indonesia masih rendah. Terbukti dengan masih banyaknya sampah yang menumpuk di mana-mana, di sungai, selokan, trotoar, dan lain sebagainya. Hal ini mungkin tidak disadari Sebagian besar penduduk negeri. Maka sangat diapresiasi kiranya jika para pengusaha warung kopi memulainya.

Baca halaman selanjutnya….

#3 Minim asbak

Mayoritas penikmat kopi adalah mereka yang ahli isap. Menikmati secangkir kopi tak lengkap rasanya kalau tidak sambil rokokan, atau sebaliknya. Meskipun stigma kotor bagi perokok masih melekat, sebab sering membuang abu dan puntung rokok sembarangan. Tapi, ketahuilah tidak semua perokok begitu. Mereka juga sadar bahwa Tindakan tersebut adalah dosa kecil yang lama-lama akan menumpuk jika tak segera ditinggalkan.

Keberadaan asbak tentu akan meminimalisir dosa kecil itu. Namun, di beberapa warung kopi masih saja ada yang tidak banyak menyediakan asbak, bahkan tidak sama sekali. Saya jadi ingat dauh guru ngaji dulu, bahwa barang siapa yang membantu akan kemaksiatan maka dia tak jauh beda dengan pelakunya. 

Saya, tidak mau menyalahkan. Semua tergantung persepsi masing-masing. setidaknya ini bisa jadi peringatan bagi saya pribadi yang sering membuang puntung rokok sembarangan, baik karena kebiasaan atau memang tidak ada asbak sama sekali.

#4 Harga air mineral di luar akal

Bagi kalian yang pernah main ke bandara, stasiun, terminal dan tempat-tempat keramaian lainnya, harga barang yang lebih mahal daripada di tempat lain sudah biasa, terutama air mineral botol. Saya tidak menyalahkan, itu merupakan strategi marketing mereka. Sebab, seseorang yang tengah kehausan di bandara tak mungkin mau susah-susah pergi ke luar untuk mencari warung yang notabene jauh tempatnya.

Lalu bagaimana jika strategi itu digunakan oleh para pengusaha warung kopi. Ya, sangat tidak masuk akal. Kalau itu terjadi kepada saya, tidak akan membuat saya segan untuk keluar sebentar membeli air mineral botol di warung terdekat. 

Saat ini, Keberadaan warung kopi sudah tidak jauh dari kelontong, Alfamart, atau Indomart. Mereka hidup berdampingan. Jadi, daripada tekor Rp2000 membeli mineral botol seharga Rp5000 di warkop, mending jalan kaki beberapa Langkah ke toko terdekat yang menjual dengan harga normal.

#5 Tidak boleh membawa makanan dari luar

Kalian punya hak apa untuk melarang para pelanggan untuk tidak membawa makanan dari luar. Oke, saya terima jika hal itu adalah peraturan usaha. Tapi, kalian juga tidak punya hak untuk memaksa kami membeli makanan warung kopi. Maaf saya ngegas. Masalahnya siapa coba yang berani mampir ke warkop tanpa pesan apa-apa dan hanya memanfaatkan jaringan wifi. Kami tidak semiskin dan senaif itu.

Jadi, jangan seenaknya menyalahkan para pengunjung warung kopi yang bertingkah aneh-aneh. Mungkin itu adalah akibat dari pelayanan atau fasilitas yang kurang. Mungkin juga mereka yang suka ngetem seharian hanya untuk memanfaatkan wifi, karena memang mereka butuh. Yang penting mereka sudah pesan sesuatu. Ya, kalau tidak mau rugi, kenapa nggak dibuat aturan aja “satu kopi satu jam wifi”. Hehe.

Salam Settong Dhere!

Penulis: Abd. Muhaimin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 5 Orang Paling Menyebalkan di Warung Kopi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version