Ada satu kebiasaan yang sudah mendarah daging bagi kebanyakan orang Indonesia, yaitu minum es teh. Minuman ini seperti sahabat setia di segala suasana. Panas? Es teh. Habis makan gorengan? Es teh. Buka puasa? Es teh lagi.Â
Tapi, di balik kesegarannya yang menggoda, es teh pinggir jalan menyimpan banyak “dosa” yang bikin saya mikir dua kali sebelum membeli. Berikut 5 di antaranya.
#1 Teh yang sudah basi dan bau pesing
Ini pengalaman paling menjijikkan yang pernah saya alami. Suatu hari saya beli es teh di pinggir jalan karena kehausan. Begitu tegukan pertama masuk mulut, ada rasa dan bau aneh yang langsung bikin perut mual. Tehnya bau pesing, seperti teh yang sudah diseduh dari kemarin bahkan lusa, tapi tetap dipanaskan ulang agar bisa dijual lagi.
Kualitas bahan baku es teh yang dijual di pinggir jalan memang sering jadi masalah. Mereka memakai bahan berkualitas rendah untuk menghemat biaya. Bahkan ada yang memakai teh basi.Â
Yang lebih menyebalkan, penjual seakan tidak peduli. Mereka tetap menjual teh basi itu dengan santainya, seolah tidak ada yang salah. Padahal kalau konsumen sampai sakit perut gara-gara minum es teh basi, siapa yang rugi?
#2 Air kobokan menyamar jadi es teh
Ini bukan hiperbola. Saya pernah mengalami sendiri kejadian yang bikin trauma seumur hidup. Jadi, suatu sore, saya beli makanan dan es teh.Â
Saat sedang menyeruput tehnya, saya iseng melihat ke arah gerobaknya. Ternyata si penjual lagi nyuci piring dengan air di ember besar.Â
Selesai mencuci, air kobokan yang penuh minyak dan sisa makanan itu dia tuang ke ember satunya yang dipakai buat bilas gelas es teh. Spontan perut saya langsung mual dan tidak jadi menghabiskan minuman itu.
Bayangkan, air yang seharusnya berasal dari air matang yang bersih, ternyata berasal dari sumber yang tidak jelas.Â
Air kayak gini jelas tidak higienis dan mengandung bakteri serta parasit. Pembeli bisa seperti diare dan infeksi saluran pencernaan.
Saya pernah dengar cerita dari teman yang melihat langsung penjual es teh mengisi teko dari kran umum yang airnya keruh. Ketika ditanya, si penjual bilang “Nanti juga direbus kok”. Masalahnya, kita tidak pernah tahu apakah air itu benar-benar direbus hingga matang atau cuma dipanaskan sebentar. Serem kan?
#3 Es batu dari air mentah
Kalau airnya sudah masak, bukan berarti aman begitu saja. Masalah berikutnya ada di es batunya. Es batu rentan terkontaminasi bakteri karena paparan yang mungkin terjadi selama proses pembuatan, penyimpanan, dan penggunaannya. Air untuk membuat es batu dapat menjadi sumber kontaminasi jika tidak bersih atau mengandung bakteri seperti E. coli.
Banyak penjual es teh yang membeli es batu dari depot atau menggunakan es balok yang sebetulnya diperuntukkan untuk pengawetan ikan. Es balok sering disimpan di pinggir jalan dan diangkut menggunakan truk yang sebelumnya membawa bahan baku lain yang menyisakan bakteri. Belum lagi kalau cara pengambilan esnya sembarangan, langsung pakai tangan tanpa sarung tangan atau alat bantu.
Makanan dan minuman yang tidak melalui proses penyiapan higienis dapat menyebabkan keracunan karena bakteri yang terkandung dalam air, yaitu bakteri Salmonella enteritidis. Jadi meski es itu kelihatan bersih dan membeku, bukan jaminan bebas bakteri.
#4 Gelas es teh yang cuma dibilas seadanya
Ini yang paling sering saya temui. Penjual es teh yang “mencuci” gelas cuma dengan membilas sekali di ember berisi air yang sudah keruh. Airnya itu-itu terus, dipakai untuk membilas puluhan gelas tanpa diganti. Bahkan kadang masih ada bekas mulut pelanggan sebelumnya yang menempel di pinggir gelas.
Peralatan yang digunakan seperti cangkir, gelas, dan sendok sering kali tidak dicuci dengan baik atau dibersihkan dengan air yang kurang bersih. Gelas yang tidak bersih bisa jadi sarang bakteri dan virus. Apalagi kalau gelasnya sudah kusam atau ada noda teh yang menempel permanen, jelas itu tanda gelas jarang dicuci dengan benar.
BPOM mengingatkan untuk memperhatikan faktor kebersihan dan sanitasi sebelum membeli es teh. Misalnya seperti menghindari gerai yang jorok, wadah es batu tidak bersih, atau es batu diambil langsung tanpa alat bantu. Kalau melihat kondisi seperti ini, lebih baik urungkan niat beli.
#5 Lokasi jualan yang jorok
Lokasi berjualan juga sangat menentukan kualitas higienis minuman. Bayangkan kalau gerobak es teh ada di samping tong sampah, atau di area yang penuh lalat. Gerai yang banyak lalat dan dekat dengan tempat pembuangan sampah sangat tidak dianjurkan karena bisa membahayakan kesehatan.
Saya pernah lihat penjual es teh yang tempatnya pas di sebelah got yang mengalir. Setiap ada motor atau mobil lewat, debu dan percikan air got langsung terbang ke arah gerobaknya. Bisa jadi, teh dan es batunya pasti kena kontaminasi. Tapi anehnya, tetap saja banyak yang beli. Mungkin karena harganya murah atau memang sudah langganan.
Kelima “dosa” di atas bukan untuk menyerang semua penjual es teh ya. Masih banyak kok penjual yang menjaga kebersihan dengan baik, menggunakan air matang, es batu bersih, mencuci gelas dengan benar, dan memilih lokasi jualan yang higienis.
Penulis: Alifia Putri Nur Rochmah
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Dosa Pedagang Es Teh Jumbo yang Menguntungkan Mereka tetapi Sangat Merugikan Pembeli
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















